iklan

Cerpen Bintang Purnama (Cinta Lain Dunia)

 Terpaku sendiri diiringi sekelumit harapan dan ketakutan Cerpen Bintang Purnama (Cinta Lain Dunia)

Bintang.........

Terpaku sendiri diiringi sekelumit harapan dan ketakutan. Jalannya panjang namun terjal. Dia tak berani menerawang jauh akan harapan yang mulai berani ia rajut. Tak bisa ia merajut mimpi terlalu tinggi. Langkahnya sendiripun begitu berat, namun tak ada pilihan lain. Dia sendiri tak bisa berjalan sendiri. 
Hatinya bahwasanya sudah baik-baik saja beberapa waktu lalu. Dia sudah bisa mengolah semua rasa. Dia sudah mulai bisa melepas sedikit-demi sedikit segala kenangan. Dia baik-baik saja. Namun rindu itu seolah mencari jalannya sendiri. Akhirnya beliau terpaku di dalam jelaga keraguan. Lamunannya panjang melewati banyak sekali harapan dan kemungkinan. Hatinya sendiri gundah, meninggalkan sekelumit beban yang ia pikul dan beliau bawa. Dia memang sendiri, namun fikirannya penuh menghadirkan banyak sekali macam rupa yang berseliweran dipikirannya. Sampai akibatnya beliau terlelap.

“Hai... “ Seseorang membuyarkan lamunannya. Bintang bersiap arahan untuk melarang orang tersebut duduk disampingnya. 
“Ini...” Suaranya menggantung ketika beliau lihat yang berniat duduk disampingnya itu memang siempunya yang disiapkan kawasan khusus olehnya. Dia kemudian tersenyum, kemudian melanjutkan lamunannnya. 
“ Bintang... istirahatlah”

Dia hanya mengangguk, kemudian memalingkan wajahnya pada formasi rumah yang dilewatinya. Pepohonan seakan berkejaran menggapainya. 

Matanya enggan tertutup, terlalu ramai hal yang berkecambuk dalam fikiriannya. Perlahan beliau menoleh pada sosok yang ada disampingnya. Sosok  yang selama ini telah membuat gelombang dihatinya. Membuat riuh rendah dihatinya. 

Teringat beliau insiden beberapa tahun kebelakang. Saat itu cintanya pada pria itu sedang begitu indah bersemi. Harapannya dipupuk begitu besar semoga bisa selalu bersama pria itu. Sosok istimewa berjulukan Purnama. Yang senantiasa menyinari hatinya. Malam-malamnya akan cerah berpendar tawa dan canda bersama dia. Segala resah, gundah gulana akan hilang disapu sapaan lembutnya.

Saat itu, pertemuan mereka terajut kembali sesudah berpuluh tahun terpisah. Hati yang saling mencari itu akibatnya bertemu. Namun, ada sesal dalam pertemuan itu. Kenyataannya jarak dan waktu yang terpaut jauh telah memisahkan jiwa dan raga mereka. Mereka tak lagi bisa bercengkaram setiap hari laksana tahun-tahun yang pernah mereka lewati. 

Dahulu sekali dua hati itu terpaut saling memuji satu sama lain. Mereka memendam rasa beberapa tahun hingga akibatnya bisa saling mengungkapkan satu sama lain. Kisah mereka begitu indah, nrimo dan mereka yakni pasangan yang paling bahagia. Bintang bagi purnama yakni pendar kebahagiaan. Sedangkan Purnama bagi bintang yakni cahaya hidupnya. Mereka saling menyayangi dan mengasihi. Purnama begitu menjaganya, beliau sangat memperlakukan Bintang dengan Istimewa seolah Bintang yakni mutiara berharga yang ia rawat dan ia jaga dengan setia. 

Namun itu dongeng berpuluh tahun yang lalu, hingga akibatnya mereka dipisahkan oleh kejamnya waktu. Purnama meninggalkan Bintang dalam harap yang  semu. Maka jadilah beliau jiwa yang kosong, Bintang tak lagi gemerlap, awan hitam kelam selalu menutupi auranya. Hatinya hancur didera harap dan rindu yang begitu menyiksa. Dia tak tahu kapan beliau akan bertemu lagi dengan sang Purnama. Ribuan hari beliau hitung untuk sanggup sedikit saja kabar wacana Kasihnya. Namun, jangankan kabar nyata. Kabar burungpun tak ada. Purnama seolah hilang ditelan bumi dan meninggalkan Bintang sendiri berkerlip ragu dalam rindu yang menggebu.

Baru setahun kebelakang mulai ada kabar wacana Purnama. Dia kembali, namun beliau tak mencarinya. Bintang gusar menanti kabar. Hatinya didera tanda tanya yang amat besar. Apa salahnya hingga beliau diperlakukan menyerupai itu. Saat Bintang tau akan kabar kekasihnya yang telah kembali. Purnama sudah berada jauh di kawasan yang tak terjangkau. 

Jika Purnama sudah kembali, kenapa beliau tak bertanya dimana gemintangnya. Dimana kebahagiaanya. Mengapa Purnama menentukan bisu. Padahal jikalau saja ia mau, ia bisa mencarinya. Bintang putus asa, beliau tak ingin berharap apa-apa lagi. Padahal keinginannya sederhana, beliau hanya ingin menatap mata itu lagi. Mata yang memancarkan kehangatan, mata yang penuh cinta. Mata yang akan membuatnya luluh lantah. 

Bintang ingin meraba wajah itu lagi. Menyentuhnya perlahan. Purnama yang dahulu selalu dalam jangkauannya sekarang telah lepas dan mungkin tak akan kembali. Dia telah menentukan meninggalkannya tanpa ingin membuat jalan untuk kembali. 

***

Purnama.....

Bintang sudah tak terjangkau baginya. Untuk apalagi beliau memupuk harapan yang semu pada gadis yang dahulu sungguh ia rindukan. Bintangnya tak lagi bersinar. Purnama terlanjur kecewa pada jarak dan waktu yang memisahkan mereka hingga membuat Bintang berubah. Bintang sekarang tak teraih olehnya. Begitu fikirnya, maka Purnama menentukan untuk diam dan tak memberi harapan semu pada Bintang. Dia tak ingin mengganggu Bintang yang sudah berada ditempat yang jauh. Menjangkaunya hanya akan melukai keduanya. Maka Purnama menentukan untuk tinggal dengan berjuta kenangan yang bisa ia ulang setiap waktu ia bisa. 

Purnama kembali ke kawasan kenangan awal mereka memadu kasih. Petualangannya telah usai . Dan kawasan yang ia tinggali tak memungkinkan untuk beliau berkirim kabar pada kekasihnya. Dia hanya kecewa pada kekasihnya. Mengapa surat terakhir darinya tak terbalas. Bintang, seandainya beliau tahu. Kepergiannya yakni untuk impian mereka, demi masa depan cinta mereka. 

Purnama ingin menghadiahkan istana mungil nan indah untuknya dan Bintang. Dia mencoba merajut asa dan harapan dengan peluhnya untuk kebahagian kekasih yang sangat ia jaga. Dia sudah membayangkan bahwa kekasihnya akan menyambutnya dengan suka cita ketika beliau kembali. Tapi apa, Bintangnya telah berlalu pergi menjauh ke kawasan yang beliau sendiri sulit menjangkaunya. Terlalu terjal jalan itu, terlalu curam untuk Purnama bisa hingga disana. Perlu hidup sesudah mati, jikalau mereka ingin merajut kembali dongeng mereka. Dan Purnama kecewa pada sang Bintang yang telah pergi.

***

Mimpi, episode 1............

Bintang tak pernah tahu akan hal itu, Surat dari Purnama tak pernah Ia baca. Pada akhirnya, dongeng mereka hanya sebuah untaian puisi indah yang hanya cukup untuk dikenang. Hingga waktu mempertemukan mereka setahun yang kemudian di Lagun. Akhirnya mereka mengalah pada rindu yang begitu menggebu. Mereka pasrah pada rasa yang telah begitu menyanderanya. Bintang yang tak ingin semuanya berlalu tanpa alasan dan penjelasan, meminta Purnama untuk menemuinya. 

Di Lagun mereka bertemu, dibibir pantai. Ditemani deburan ombak yang saling berlarian saling susul menyusul. Saat itu, tangan mereka saling menggenggam. Hati mereka bertaut. Gerimis sore itu menambah syahdu dua hati yang saling begitu merindu. Tak banyak yang terucap. Hati mereka cukup saling tahu akan rasa yang tak pernah sirna. Akan rindu yang selalu terjaga. 

Dua hati akibatnya tahu bahwa tak ada yang berubah. Mereka masih saling mencinta. Mereka masih saling berharap akan adanya suatu keajaiban pertemuan menyerupai ini. Pertemuan bagi mereka begitu mahal. Sesuatu yang harus dibayar dengan penuh perjuangan.

Mereka tak ingin apa-apa lagi ketika itu, mereka hanya ingin menikmati setiap detik  berlalu dengan berpeluk rindu yang mereka sudah rangkai dari waktu ke waktu. Waktu seolah berlalu terlalu cepat. Sampai akibatnya mereka harus kembali pada waktu dan tugas yang harus mereka lalui. Bagaikan mimpi indah yang terangkai begitu syahdu, tapi akibatnya sirna didera kenyataan yang menghadang jauh dari skenario mimpi. Kenyataan yang begitu memisahkan jarak yang tak gampang ditempuh ruang dan waktu.  

***

Mimpi, episode 2........

Kini sebuah perjalanan gres sedang mengiringi dua manusia yang saling menyayangi itu. Sebuah perjalanan  bertajuk mimpi yang panjang. Perjalanan yang entah bagaimana akan terjadi. Bintang masih terpaku dalam diam, sementara purnama begitu juga. Dalam kebisuan mereka, bahwasanya begitu banyak kasih dan sayang yang ingin di bagi. 

Bintang kembali memalingkan wajahnya menatap wajah teduh kekasihnya, namun kali ini Purnama pun menatapnya. Mereka saling tatap, seolah ingin memastikan bahwa ini bukan mimpi. 

“Bintang....” 
“Yaa....”
“Apa yang kamu fikirkan, lepaskan semua jangan ada lagi yang membebanimu”.

Bintang hanya tersenyum ditatapnya pria itu, seolah Ia ingin memasukkan setiap lekuk senyum yang terpancar, mata teduh yang Ia rindukan, tatapan hangat yang selalu ia cari itu ke dalam memory otaknya. Ia menemukan segala kenyamanan yang beliau cari selama ini, namun beliau ragu. Di pundaknya ada begitu berat beban rasa yang harus ia pikul dan ia takut tak bisa menahan bebannya itu. Purnama pun tahu, betapa untuk melangkah sejauh ini beliau harus berdarah-darah. Tak gampang menembus labirin ini. Seolah dunia lain yang harus ia lewati dengan penuh ketakutan dan kekhawatiran. 

Pada akhirnya, sosok gadis dihadapannya membuatnya bimbang. Bukan ia tak mengerti apa yang ada dalam fikiran gadis pujaannya itu. Purnama tahu betul, ini perjalanan terberat yang harus mereka tempuh untuk cinta mereka.

***

Bintang..........

Bintang membuka matanya perlahan, pertemuan itu seakan nyata. Tak terasa bulir bening keluar membentuk anak sungai. Dimana kekasihnya? 

Kini, hanya mimpi yang bisa mempertemukan mereka. Hanya kenangan dalam maya yang terajut antara beliau dan kekasihnya. Bintang tak akan lagi bisa memeluk raganya. Bintang hanya bisa menghias wajah kekasihnya dalam bayang yang semu, dalam mimpi yang panjang serta lamunan akan sosok Purnama yang sekarang tak terjangkau. 

Masih terpaku di atas pusara dengan nisan bertuliskan Dwi Purnama. Bintang mematung disana, tak sanggup membayangkan sosok yang tertanam didalam bumi itu. Sosok yang selama ini ia cintai. Sosok yang selalu tiba dalam mimpinya. Kini sesudah usang tak ada kabar wacana kekasihnya, beliau menemukan pusara kekasihnya itu. Bukan hanya jasad yang terkubur disana, namun cintanya telah terkubur bersama kenangan yang begitu panjang wacana perjalanan cinta mereka. 

Purnama.......

Jauh beliau menatap kekasihnya dalam  beku. Begitu erat jaraknya dan kekasihnya. Masih begitu terang terdengar degup perasaan pujaannya itu. Cinta itu tak pernah pudar. Namun, tak ada yang bisa menembus semua diam-diam cinta mereka. Kini, kekasihnya telah menemukan tanggapan atas apa yang ia cari selama ini. Purnama lega, setidaknya Bintang bisa hidup dalam ketenangan. Tak lagi dibayang-bayangi pertanyaan dan harapan akan kepulangannya. 

Kini tak ada lagi kawasan untuknya dan Bintang bisa bertemu selain mimpi. Malamnya akan indah jikalau sudah menemukan wajah gemintangnya. Purnama berjanji beliau tak akan pergi. Dia akan tetap disini, menjaga kekasihnya hingga terlalut dalam gelap malam. Hingga akibatnya beliau akan menghadirkan senyum diwajah bagus kekasihnya. Purnama tak akan ingkar janji, beliau tak akan meninggalkan kekasihnya. Dia akan terus menjaga gemintangnya dalam episode mimpi-mimpi Bintang.


Karya Noviyani
Komunitas Bisa Menulis

Sumber http://gudangbukusekolah.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Cerpen Bintang Purnama (Cinta Lain Dunia)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel