Pelatnas Kebumian (Tahap 2)
Halo!
Gue akan melanjutkan pengalaman gue selama mengikuti rangkaian pelatnas Kebumian. Kali ini, pelatnas tahap kedua!
Awalnya gue ragu untuk melanjutkan usaha gue di pelatnas. Nilai gue turun drastis banget. Seperti biasa, kimia gue hampir tidak ada yang lulus. Gue juga ketinggalan banyak materi sekolah. Intinya, semua pelajaran sekolah terbengkalai.
Pelatnas 2 berlangsung pada tanggal 26 Februari – 22 Maret 2017. Kali ini, pelatnas kebumian satu lokasi dengan pelatnas matematika (di University Hotel Jogja). Oke mari kita mulai.
Geologi. Ya, di ahad pertama kami berguru geologi. Di pelatnas 2 ini kami fokus di materi paleontologi, geologi sejarah, sedimentologi, stratigrafi, dan geologi struktur. Dosen favorit gue yakni Pak Akmaluddin (FTG UGM). Dia sanggup menjelaskan materi geologi struktur secara rinci dan terperinci tanpa membutuhkan santunan proyektor. Intinya, beliau top banget dah. Kami melaksanakan field trip geologi di Sangiran dan Alas Kobong, Jawa Tengah. Field trip kali ini jauh lebih seru daripada pelatnas 1. Kami berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran. Setelah berguru insan purba semenjak SMP, kesudahannya gue sanggup melihat fosil-fosilnya secara langsung. Oya, di Alas Kobong kami berguru geologi struktur dan stratigrafi tempat tersebut. Cuaca pada waktu itu cukup terik, jadi ya agak melelahkan juga. Untuk program laboratorium, kami melaksanakan praktek pendeskripsian fosil makro dan mikro di FTG UGM.
Astronomi. Pada pelatnas tahap ini, kami diajarkan lebih banyak mengenai stellarium dan penggunaan teleskop. Selama dua hari kami pergi ke Desa Gantiwarno (Jawa Tengah) dan melaksanakan pengamatan malam. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan dites satu per satu. Hal yang diujikan yakni pointing (benda langit, RA, deklinasi, KLU, KLS, dll.) dan bongkar-pasang teleskop. Setelah itu, kami mengamati beberapa benda langit ibarat Bulan, Jupiter, Jewel Box, gugus bintang Pleiades, dan beberapa bintang lainnya. Seru banget!
Meteorologi. Kali ini, meteorologi membahas banyak mengenai perawanan, cuaca, dan iklim. Pak Zadrach (FITB ITB) juga memutar banyak film perihal meteorologi. Lalu, pada hari terakhir sesi meteorologi, kami berkunjung ke Candi Prambanan. Eits, bukan untuk main-main, tetapi untuk praktek pengamatan perawanan. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan ditugaskan selama 2 jam untuk mengamati tanda-tanda meteorologis yang ada (awan dan angin). Beberapa dikala kemudian, terjadi hujan lebat. Kami semua terpencar dan berteduh di candi-candi. Pada akhirnya, dikala kami hingga di hotel, kami mempresentasikan hasil pengamatan yang telah kami lakukan.
Oseanografi. Saat sesi oseanografi, kami dibawa ke Jepara, tepatnya di Teluk Awur. Kami bermalam di sana selama tiga hari. Lokasi tersebut berada di kampus lapangan oseanografi dari Undip Semarang. Penginapannya ya seadanya, berair dan sedikit gerah. Plus nyamuknya asing banget! Meskipun begitu, makanannya lezat banget loh. Oke, di sana kami banyak melaksanakan praktek lapangan, sanggup dibilang 90% praktek. Hal yang kami pelajari selama di Jepara yakni sedimentologi pesisir, arus, gelombang, dan pasang surut. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan terdapat beberapa pos. Seingat gue ada pos deskripsi sedimen, pos gelombang, pos pasang-surut, dan pos kapal. Di pos deskripsi sedimen kami melaksanakan pendeskripsian sedimen yang ada di pantai tersebut beserta penyebab terjadinya sedimen tersebut. Lalu di pos gelombang kami mengukur kecepatan angin dengan hand anemometer yang lalu sanggup dikonversi menjadi tinggi dan periode gelombang. Di pos pasang-surut (paling membosankan), kami mengamati perubahan tinggi muka air yang sanggup dibaca di palem pasut per lima menit dan lalu mencatatnya. Pos terakhir, pos kapal, ini yakni pos paling seru. Kami menaiki kapal dan pergi ke tengah laut. Pada dikala kapal behenti, banyak dari antara kami yang mual alasannya diombang-ambingkan oleh gelombang (bahkan ada yang muntah). Setelah itu, kami mengambil data pengamatan. Pertama, kami mengukur kejernihan air dengan secchi disk dan mengukur temperatur air dengan thermometer. Kemudian kami mengukur kecepatan arus (lupa nama alatnya), mengukur salinitas air, dan mangambil sampel sedimen dasar maritim dengan grab sediment. Setelah melaksanakan praktek seharian, kami kembali ke penginapan dan menciptakan seluruh laporannya.
Akulah sang dermaga
Menepilah walau sesaat
Tertambatlah walau ‘tuk singgah
Kecuali,
Bila kamu rela tenggelam ibarat kapal itu
Beberapa ahad lalu (Februari), gue menerima surat dan tertulis bahwa gue lolos ke pelatnas tahap 3. Puji Tuhan!
0 Response to "Pelatnas Kebumian (Tahap 2)"
Posting Komentar