✔ Menciptakan Etanol Dari Singkong
Energi merupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia. Banyak negara berperang untuk menerima atau mempertahankan sumber-sumber energi tersebut. Energi telah berkembang menjadi sebagai roh bagi suatu negara. Jika tidak ada lagi sumber energi di suatu negara, sanggup dipastikan negara tersebut akan mati. Saat ini sumber energi utama umat insan diperoleh dari materi bakar fosil.
Masalahnya sekarang, materi bakar fosil merupakan sumberdaya yang tak terbaharukan dan suatu ketika pasti habis. Selama ini, lebih dari 90% kebutuhan energi dunia dipasok dari materi bakar fosil. Jika eksploitasi terus berjalan dengan angka ketika ini, diperkirakan sumber energi ini akan habis dalam setengah era mendatang.
Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan insan kelak kalau materi bakar fosil yang menjadi sumber energi utama umat insan selama lebih dari dua ratus tahun habis begitu saja. Untuk itu, banyak negara mulai menyebarkan alternatif sumber energi gres yang terbaharukan, ramah lingkungan, dan relatif simpel untuk dibuat.
Masalahnya sekarang, materi bakar fosil merupakan sumberdaya yang tak terbaharukan dan suatu ketika pasti habis. Selama ini, lebih dari 90% kebutuhan energi dunia dipasok dari materi bakar fosil. Jika eksploitasi terus berjalan dengan angka ketika ini, diperkirakan sumber energi ini akan habis dalam setengah era mendatang.
Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan insan kelak kalau materi bakar fosil yang menjadi sumber energi utama umat insan selama lebih dari dua ratus tahun habis begitu saja. Untuk itu, banyak negara mulai menyebarkan alternatif sumber energi gres yang terbaharukan, ramah lingkungan, dan relatif simpel untuk dibuat.
Salah satu alternatif pengganti materi bakar fosil ialah dengan bioenergi menyerupai bioetanol. Bioetanol ialah materi bakar nabati yang tak pernah habis selama mentari masih memancarkan sinarnya, air tersedia, oksigen berlimpah, dan kita mau melaksanakan budidaya pertanian.
Sumber bioetanol sanggup berupa singkong, ubi jalar, tebu, jagung, sorgum biji, sorgum manis, sagu, aren, nipah, lontar, kelapa dan padi. Sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia ialah singkong (Manihot esculenta). Singkong merupakan tanaman yang sudah dikenal usang oleh petani Indonesia, walaupun bukan tanaman orisinil Indonesia. Singkong pertama kali didatangkan oleh pemerintah kolonial belanda pada awal era ke-19 dari Amerika Latin.
Saat ini, industri minyak hanya dipegang oleh para pemodal besar. Saat ini banyak materi alternatif pengganti minyak bumi, salah satunya adalah etanol dari singkong. Etanol sebagai materi bakar kendaraan bermotor sudah dipakai semenjak per-mulaan era ke 20 di Brazil, Perancis, Jerman, Swedia, U.S.A, India, dsb. Penggunaan materi baku ini lantaran menyerupai diketahui ubi kayu tak cuma enak dibikin tape atau keripik, tapi juga sanggup digunakan sebagai materi bakar.
Namanya gasohol. Bisa digunakan di kendaraan bertenaga bensin tanpa perlu modifikasi mesin. Pembakarannya lebih sempurna. Asapnya pun lebih ramah lingkungan dan tanaman ini dikenal simpel hidup. Tinggal tancap batangnya di tanah basah, ketela pohon (Manihot utilissima atau Manihot esculenta) niscaya tumbuh.
Menurut Dr. Ir. Tatang H. Soerawidjaja, dari Teknik Kimia ITB, menyatakan singkong merupakan salah satu sumber pati. Para peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah pertanda bahwa materi bakar singkong bukan cuma omong kosong. Singkong mengandung sekitar 33% pati. Pati sendiri adalah rantai karbohidrat yang kompleks (polisakarida). Polisakarida ini jika dipecah-pecah akan menghasilkan rantai karbohidrat yang lebih sederhana (oligosakarida).
Jika proses pemecahan dilanjutkan, oligosakarida akan terurai menjadi satuan mata rantai karbohidrat yang paling sederhana yaitu glukosa. Glukosa bila difermentasi akan berubah menjadi etanol. Paling akhir, etanol bisa digunakan sebagai substitusi bensin.
Industri Etanol/Bioetanol mempunyai prospek yang sangat manis di Indonesia, karena kebutuhan etanol di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini tidak diimbangi dengan kapasitas produksi industri etanol di Indonesia, yang hanya berjumlah sekitar 14 industri.

Proses Pengolahan Singkong Menjadi Etanol
Bioetanol bersifat multi-guna lantaran dicampur dengan bensin pada komposisi berapapun memperlihatkan imbas yang positif. Pencampuran bioetanol absolut sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol E-10. Gasohol singkatan dari gasoline (bensin) plus alkohol (bioetanol).
Bioetanol (C2H5OH) ialah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat memakai pinjaman mikroorganisme. Bioetanol dibentuk dengan bahan baku materi bergula menyerupai tebu, nira aren, materi berpati menyerupai jagung, dan ubi-ubian, materi berserat yang berupa limbah pertanian masih dalam taraf pengembangan di negara maju.
Gasohol ialah adonan antara bioetanol dan bensin dengan porsi bioetanol sampai dengan 25% yang sanggup eksklusif digunakan pada mesin mobil, bensin tanpa perlu memodifikasi mesin. Hasil pengujian kinerja mesin kendaraan beroda empat bensin
memakai gasohol memperlihatkan gasohol E-10 (10% bioetanol ) dan gasohol E-20 (20% bioetanol) memperlihatkan kinerja mesin yang lebih baik dari premium dan setara dengan pertamax. Bahan adonan ini juga menghasilkan emisi karbon monoksida dan total hidrokarbon yang lebih rendah dengan yang lainnya. Berikut proses pengolahan pengubahan singkong menjadi bioetanol secara sederhana.
1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis sanggup dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil.
2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16 %. Persis singkong yang dikerangkan menjadi gaplek. Tujuannya biar lebih abadi sehingga produsen sanggup menyimpan sebagai cadangan materi baku.
3. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless sieel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100oC selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek hingga menjadi bubur dan mengental.
4. Dinginkan bubur gaplek, kemudian masukkan ke dalam tangki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa.
5. Setelah dingin, masukkan cendawan Saccharomyces cerevisiae yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong, perlu 10 liter larutan cendawan ini atau 10 % dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebelum digunakan, Saccharomyces dicampurkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi biar sifat adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati.
6. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan; air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula, kemudian masukkan dalam tangki fermentasi. Namun sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17 - 18 %. Itu ialah kadar gula maksimum yang disukai basil Saccharomyces untuk hidup dan bekerja mengurai gula mrnjadi alkohol. Jika kadar lebih tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir biar mencapai kadar gula maksimum.
7. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan cendawan bekerja lebih optimal. Fermentasi berlangsung aerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28o – 32o C dan pH 4,5 – 5,5.
8. Setelah 2 – 3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air dan etanol. Hasil fermentasi itu mengandung 6 – 12 % etanol.
9. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
10. Meski telah disaring etanol masih bercampur air. Untuk memisahkannya lakukan destilasi atau penyulingan.
11. Panaskan adonan air dan etanol pada suhu 78o C atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dahulu menguap dan dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
12. Hasil penyulingan berupa 95 % etanol dan tidak sanggup larut dalam bensin. Agar larut, diharapkan etanol berkadar 99 % atau disebut etanol kering. Oleh alasannya ialah itu, perlu destilasi absorbent. Etanol itu dipanaskan 100o C. Pada suhu itu, etanol dan air menguap. Kemudian uap tersebut disalurkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati.
Sumber http://peuyeumcipatat.blogspot.com
Proses Pengolahan Singkong Menjadi Etanol
Bioetanol bersifat multi-guna lantaran dicampur dengan bensin pada komposisi berapapun memperlihatkan imbas yang positif. Pencampuran bioetanol absolut sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol E-10. Gasohol singkatan dari gasoline (bensin) plus alkohol (bioetanol).
Etanol otoriter memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol E-10 secara proporsional mempunyai ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan di negara- negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE).
Bioetanol (C2H5OH) ialah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat memakai pinjaman mikroorganisme. Bioetanol dibentuk dengan bahan baku materi bergula menyerupai tebu, nira aren, materi berpati menyerupai jagung, dan ubi-ubian, materi berserat yang berupa limbah pertanian masih dalam taraf pengembangan di negara maju.
Gasohol ialah adonan antara bioetanol dan bensin dengan porsi bioetanol sampai dengan 25% yang sanggup eksklusif digunakan pada mesin mobil, bensin tanpa perlu memodifikasi mesin. Hasil pengujian kinerja mesin kendaraan beroda empat bensin
memakai gasohol memperlihatkan gasohol E-10 (10% bioetanol ) dan gasohol E-20 (20% bioetanol) memperlihatkan kinerja mesin yang lebih baik dari premium dan setara dengan pertamax. Bahan adonan ini juga menghasilkan emisi karbon monoksida dan total hidrokarbon yang lebih rendah dengan yang lainnya. Berikut proses pengolahan pengubahan singkong menjadi bioetanol secara sederhana.
1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis sanggup dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil.
2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16 %. Persis singkong yang dikerangkan menjadi gaplek. Tujuannya biar lebih abadi sehingga produsen sanggup menyimpan sebagai cadangan materi baku.
3. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless sieel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100oC selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek hingga menjadi bubur dan mengental.
4. Dinginkan bubur gaplek, kemudian masukkan ke dalam tangki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa.
5. Setelah dingin, masukkan cendawan Saccharomyces cerevisiae yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong, perlu 10 liter larutan cendawan ini atau 10 % dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebelum digunakan, Saccharomyces dicampurkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi biar sifat adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati.
6. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan; air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula, kemudian masukkan dalam tangki fermentasi. Namun sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17 - 18 %. Itu ialah kadar gula maksimum yang disukai basil Saccharomyces untuk hidup dan bekerja mengurai gula mrnjadi alkohol. Jika kadar lebih tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir biar mencapai kadar gula maksimum.
7. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan cendawan bekerja lebih optimal. Fermentasi berlangsung aerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28o – 32o C dan pH 4,5 – 5,5.
8. Setelah 2 – 3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air dan etanol. Hasil fermentasi itu mengandung 6 – 12 % etanol.
9. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
10. Meski telah disaring etanol masih bercampur air. Untuk memisahkannya lakukan destilasi atau penyulingan.
11. Panaskan adonan air dan etanol pada suhu 78o C atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dahulu menguap dan dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
12. Hasil penyulingan berupa 95 % etanol dan tidak sanggup larut dalam bensin. Agar larut, diharapkan etanol berkadar 99 % atau disebut etanol kering. Oleh alasannya ialah itu, perlu destilasi absorbent. Etanol itu dipanaskan 100o C. Pada suhu itu, etanol dan air menguap. Kemudian uap tersebut disalurkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati.
13. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99 % yang siap dicampur dengan bensin. Sepuluh liter etanol 99 % membutuhkan 120 – 130 liter bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek. Sebuah sumber energi alternatif pengganti materi bakar yang bersumber dari alam tanpa harus merusak ekosistem lingkungan hidup. budayakan hidup sehat dan rawat, serta lindungi lingkungan kita dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Selamat mencoba.
0 Response to "✔ Menciptakan Etanol Dari Singkong"
Posting Komentar