iklan

Bahan Literasi Membaca Tema 9 Kelas 5 Sd

Salam Pendidikan,


Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini. jikalau pada artikel sebelumnya admen membagikan bahan literasi membaca tema 8 kelas 5 SD. Maka pada kesempatan ini saya akan membagikan materi bacaan untuk literasi membaca bagi adik-adik yang duduk di SD kelas 5 yang sekolahnnya menerapkan kurikulum 2013. Bahan literasi ini ada pada buku siswa kelas 5 tema 9 revisi 2017.

Bahan bacaan ini sanggup menambah wawasan adik-adik berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran pada tema 9 perihal benda-benda di sekitar kita. Ada 5 bacaan antara lain bacaan 1. lomba seni mempererat persatuan; 2.Pasar tradisional Muara Kuin; 3. Kompetisi Pembuatan Slime; 4. Lestarikan Sungai dengan Prokasih; 5. Mengenal Teknologi Transportasi Laut. Baiklah adik-adik selamat menikmati lierasi membaca di bawah ini.
Bacaan 1
Lomba Seni Mempererat Persatuan
 Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 9 KELAS 5 SD
Gambar Lomba Seni Mempererat Persatuan

Kepala sekolah SD Nusantara, Pak Bani Raharja, mengumumkan kepada siswa kelas IV dan V bahwa SD Nusantara akan mengikuti Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Semua siswa mendengarkan dengan saksama pengumuman dari Pak Bani tersebut.

“Anak-anak, SD Nusantara terpilih mewakili Kecamatan Banyuwarna untuk mengikuti Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional di tingkat Kabupaten Siliwangi.”

“Horeee...,” jawab bawah umur gembira.

“Oleh lantaran itu, kita akan menyelenggarakan audisi untuk kegiatan festival  tersebut. Audisi bertujuan menentukan siswa yang akan mewakili SD Nusantara mengikuti lomba tersebut.”

“Yee...,” terdengar bunyi kegembiraan anak-anak. Ada sebagian dari mereka yang bertepuk tangan. 

“Siapa yang tahu perihal Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional?” tanya Pak Bani. 

“Lomba seni, kan Pak?” jawab Mahesa.

“Iya. Betul. Jadi, Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional atau FLS2N ialah semacam olimpiade, tetapi khusus di bidang seni. Kegiatan ini diselenggarakan di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional.

“Wah.....” jawab bawah umur terkagum-kagum.

“Jika kelak kalian menang di tingkat kabupaten, kalian akan mewakili Kabupaten Siliwangi maju ke tingkat provinsi.”

“Wah.....” jawab anak-anak.

“Baiklah, anak-anakku. Jika kalian tertarik mengikuti audisi harap segera mendaftar di tempat Bu Rastini.

Semua siswa tampak gembira mendengarkan informasi tersebut. Semua siswa antusias mendaftar audisi. Audisi yang dilakukan pihak sekolah di antaranya membaca puisi, menyanyi, menari tradisional, dan membuat poster. Para siswa berharap sanggup mewakili SD Nusantara di ajang bergengsi tersebut. 

Hari audisi pun tiba. Para siswa yang telah mendaftar, menjalani tes kemampuan yang ditetapkan sekolah. Mereka mengikuti audisi sesuai bidang yang telah dipilih. Bu Rastini dan beberapa guru melihat kemampuan para siswa SD Nusantara. Setelah melalui beberapa pertimbangan, pihak sekolah menentukan sejumlah siswa untuk mengikuti festival seni tersebut. Pak Bani menetapkan akan mengirim sejumlah siswa untuk mengikuti lomba paduan suara, membaca puisi, menari tradisonal, dan membuat poster. 

Selaku guru pendamping, Bu Rastini membimbing siswa melaksanakan latihan. Bu Rastini dibantu beberapa guru lain melatih siswa terpilih sebagai persiapan lomba. Bu Rastini bertugas melatih kelompok paduan bunyi SD Nusantara. Bu Rini membimbing siswa berlatih menari tradisional. Bu Sapti bertugas melatih siswa membaca puisi dan Pak Rudi bertugas melatih siswa menggambar poster.

Kelompok paduan bunyi SD Nusantara terdiri atas 15 siswa. Anggota kelompok paduan bunyi dipilih dengan seleksi ketat. Setiap anggota mempunyai bunyi bagus. Anggota kelompok tersebut juga paham jenis tangga nada. Faktor tersebut memberi fasilitas bagi Bu Rastini melatih kelompok paduan suara.

“Anak-anak, kita sepakat akan menyanyikan dua buah lagu, yaitu “Bangun Pemudi Pemuda” dan “Suwe Ora Jamu”.

“Iya, Buuu,” sahut anak-anak.

“Kalian harus memperhatikan tinggi rendah nada, pembagian suara, dan kekompakan dalam bernyanyi. Ini akan menjadi kelebihan bagi kelompok kita. Semoga kita bisa menang dalam festival seni tingkat kabupaten besok.”

“Aamiin. Mari kita latihan lagi teman-teman,” seru seorang anak.

Terdengar kelompok paduan bunyi SD Nusantara bernyanyi. Suara mereka terdengar di ruang sebelahnya. Di ruang sebelah tampak Pak Rudi membimbing tiga anak, Dindu, Rinta, dan Boni menggambar. Mereka akan mengikuti lomba pembuatan poster. Poster yang mereka buat mempunyai tema persatuan dan kesatuan antarsiswa. Pak Rudi memberi saran dan kritik terhadap pekerjaan mereka. Di ruang kelas V tampak seorang anak, Ifa, berlatih menari tarian tradisional. Sementara itu, di ruang perpustakaan sekolah tampak dua anak,
Lisa dan Fiona sedang berlatih membaca puisi. Mereka didampingi oleh Bu Sapti. Bu Sapti memberi pola pengucapan setiap kata, pemfokusan setiap bunyi keras dan bunyi lembut, serta verbal ketika membaca puisi. Lisa dan Fiona mempunyai kemampuan membaca puisi lebih dibanding siswa-siswa lain. Mereka berdua sering mewakili SD Nusantara mengikuti lomba baca puisi dan meraih juara. 

Pelaksanaan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional pun tiba. Bertempat di Pendapa Kabupaten Siliwangi, rombongan SD Nusantara berkumpul dengan penerima dari sekolah lain. Mereka menunggu Pak Bani yang sedang melaksanakan registrasi. Sambil menunggu kegiatan dimulai, Lisa dan Fiona berjalan-jalan melihat keadaan sekeliling. Mereka berkenalan dengan penerima dari sekolah lain.

Tepat pukul 08.00 kegiatan dimulai. Acara diawali dengan sambutan dari ketua panitia festival seni. Ketua panitia menyampaikan bahwa kegiatan lomba paduan bunyi diikuti 14 sekolah, lomba tari usaha kawasan diikuti 12 sekolah, lomba baca puisi diikuti oleh 15 sekolah, dan lomba menggambar poster diikuti 10 sekolah.  Sambutan ketua panitia diakhiri dengan seruan supaya semua pelajar dan guru menumbuhkan nilai-nilai budaya kawasan dalam rangka memperkukuh rasa kesatuan dan persatuan bangsa. Ketua panitia juga berharap supaya semua penerima lomba menampilkan kemampuan dan kreasi terbaiknya untuk memenangkan kompetisi. Namun, persaingan harus tetap dilakukan secara sehat dan tidak perlu ada saling menjatuhkan antarpeserta. Sambutan dari ketua panitia disambut tepuk tangan meriah dari semua peserta.  

Beberapa menit kemudian, lomba dimulai. Setiap penerima mempunyai ruangan yang berbeda berdasarkan cabang lomba yang diikuti. Untuk paduan suara, penerima lomba tetap berada di pendapa kabupaten. Setiap kelompok paduan bunyi menyanyikan lagu wajib “Bangun Pemudi Pemuda” dan satu lagu daerah. Lagu ini dipilih panitia lantaran dinilai sanggup meningkatkan rasa cinta tanah air. Selain itu, lagu kawasan juga sanggup mempererat ikatan kesatuan dan persatuan bangsa.

Semua penerima lomba mengikuti jalannya perlombaan di ruang masingmasing sesuai bidang lomba yang diikuti. Setelah perlombaan selesai, semua penerima berkumpul kembali di pendapa kabupaten. Pak Bani memberi dukungan kepada penerima didiknya.

“Anak-anak, kalian telah berjuang dengan kemampuan yang kalian miliki. Kalian telah berjuang maksimal sesuai latihan  yang telah kita lakukan. Menang atau kalah dalam perlombaan ini tidak usah kalian pikirkan. Kita serahkan semuanya kepada panitia,” kata Pak Bani.

“Iya, Pak,” jawab Lisa.

“Kita sanggup mengambil pesan yang tersirat dari kegiatan ini. Kalian sanggup bertemu  dengan siswa lain  dari aneka macam sekolah di Kabupaten Siliwangi. Kalian sanggup saling mengenal. Ini memperlihatkan bahwa kalian ingin bersatu dengan siswa dari sekolah lain.”

“Iya, Pak,” sahut Dindu. “Pak itu panitia sudah naik di mimbar.” Dindu menunjuk ke atas panggung.

Pak Bani dan teman-teman Dindu bergegas mengalihkan pandangan ke atas panggung. Mereka berdebar-debar mendengar pengumuman dari panitia. Panitia mengumumkan bahwa yang berhak mewakili Kabupaten Siliwangi di tingkat provinsi ialah lomba paduan bunyi SD Nusantara, lomba baca puisi SD Mutiara Hati, lomba baca puisi SD Nusantara,  lomba menggambar poster SD Pancasila, dan lomba tari usaha kawasan SD Bina Bangsa. Rombongan yang nama sekolahnya disebutkan panitia tampak bersorak dan bertepuk tangan. Tak terkecuali rombongan SD Nusantara. Mereka sangat bersyukur sanggup meraih juara dalam dua kategori. Pak Bani dan guru-guru pendamping mengucapkan selamat kepada anak didik mereka. 

Bacaan 2

Pasar Tradisional Muara Kuin

Pasar tradisional pada umumnya ialah tempat jual beli di atas tanah. Kita akan menemui macam-macam warung di dalam pasar. Namun, keadaan tersebut berbeda dengan kondisi Pasar Muara Kuin. Pasar Muara Kuin berbeda dan unik lantaran kegiatan jual beli berada di atas sungai. Kegiatan jual beli memakai perahu-perahu kecil sebagai lapaknya. Pasar Muara Kuin disebut juga Pasar Apung. Pasar Apung merupakan pasar tradisional unik yang
terdapat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
 Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 9 KELAS 5 SD
Gambar Pasar Tradisional Muara Kuin

Kota Banjarmasin mempunyai kondisi alam yang dilewati banyak sungai. Tak heran jikalau kota ini dikenal dengan sebutan negeri seribu sungai. Karena kondisi alam tersebut, masyarakat di kawasan tersebut memakai prasarana. transportasi sungai.Mata pencaharian masyarakat tersebut dipengaruhi oleh warisan budaya suku bangsa Banjar, yaitu berdagang. Mereka memanfaatkan kondisi alam berupa sungai untuk berdagang.  Mereka membuka lapak di atas bahtera di sepanjang sungai  dan menjual barang dagangan berupa hasil bumi. 

Pasar Apung merupakan pasar yang tumbuh secara alami lantaran posisinya yang berada di pertemuan beberapa anak sungai.  Pasar ini sudah ada semenjak 400 tahun yang lalu. Sampai kini Pasar Apung masih menjadi ikon objek wisata di Kota Banjarmasin. Mungkin hanya satu-satunya pasar tradisional terapung yang ada di Indonesia. 

Danu pertama kali berkunjung di Kota Banjarmasin. Danu ikut ayah dan ibunya berkunjung di Kota Banjarmasin lantaran saudara ibu Danu mempunyai hajatan. Di Kota Banjarmasin Danu bertemu saudara-saudaranya. Saat berkumpul dengan saudara-saudaranya, Danu mengungkapkan keinginannya melihat Pasar Apung.

“Baiklah, Danu. Besok Paman antar kau berkeliling pasar apung dengan perahu,” kata Paman Rizki.

“Asyik…, saya mau keliling sungai naik perahu, Paman! Ayo, ayah dan ibu ikut serta ya?” kata Danu sambil tersenyum gembira. Ayah dan ibu tertawa melihat verbal Danu.

“Ayolah, Kak. Sekalian ikut! Besok kan hari Minggu, kini setiap hari  Minggu pagi dari pukul 07.00-10.00 WITA, ada kegiatan kegiatan Giat Pasar Terapung. Kegiatan itu diadakan di Siring Sungai Martapura di Jalan P. Tandean,” kata Paman Rizki.

Ayah dan ibu Danu hanya tersenyum mendengar bujuk rayu Paman Rizki. Kemudian, Paman Rizki menjelaskan kepada Danu bahwa masyarakat di Kota Banjarmasin melaksanakan kegiatan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam berupa sungai.

Hari Minggu pagi, Danu dan keluarganya pergi untuk menikmati keindahan Pasar Apung yang melegenda.  Danu sangat bahagia ketika menaiki bahtera kecil. Danu kagum dengan transaksi jual beli yang terjadi di atas perahu. 

“Wah, mereka sangat keren,” ungkap Danu.

“Beginilah, Nak. Cara hidup masyarakat di sini. Mereka memanfaatkan  sungai sebagai jalur transportasi dan tempat berdagang. Kegiatan ekonomi ini sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu,” kata Paman Rizki.

“Pantas saja pasar ini termasuk jenis pasar terunik.”

“Iya, Danu. Mungkin hanya di sini kau sanggup melihat pasar ibarat ini,”  ujar Paman Rizki.

“Benar-benar mengasyikkan, Paman,” kata Danu.

“Wah, pisang-pisang yang dijajakan sangat menarik, Danu. Aku jadi ingin  membeli pisang dan kelapa itu,” ungkap ibu Danu.

“Ayo, kita dekati penjual itu,” ajak Paman Rizki.

Ibu Danu menanyakan harga pisang dan kelapa kepada penjual. Kemudian,  ibu menawar harga yang diberikan penjual. Kelebihan berbelanja di pasar ialah harga bisa ditawar. Ibu Danu tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Akhirnya, ibu Danu dan penjual mencapai harga kesepakatan. Ibu Danu menawarkan uang kepada pedagang dan ibu Danu mendapatkan pisang serta kelapa. 

“Ayo, kita berkeliling lagi, Paman,” ajak Danu.

“Wah, Danu bahagia ya? Lihatlah Danu. Di Pasar Apung ini, para pedagang menjajakan dagangannya dengan bahtera kayu. Perahu kayu itu dikenal dengan jukung,” terang ayahnya.

“Iya, ayah.”

Kemudian, Danu dan keluarga mengelilingi Pasar Apung. Di Pasar Apung Danu melihat beberapa penjual masakan khas Banjarmasin, ibarat soto banjar dan nasi sop banjar. Ada juga beberapa pedagang yang menjual pakaian, kue, dan ikan. Setelah puas berkeliling, Danu dan keluarga kembali ke dermaga penyewaan perahu. Saat pulang, Danu memperhatikan pemandangan sekelilingnya. Di sepanjang sungai Danu menyaksikan pemandangan rumahrumah masyarakat Sungai Barito. Semua rumah masyarakat terbuat dari kayu. 

“Ayah, apakah mereka tidak takut tinggal di aliran sungai?” Tanya Danu kepada ayahnya.

“Sudah semenjak dari lahir mereka tinggal di sini Danu. Mereka sudah terbiasa hidup berdampingan dengan alam,” kata ayah.

“Apakah rumah-rumah kayu itu tahan dari air sungai, Yah?”

Tiba-tiba Paman Rizki menjawab pertanyaan Danu, “Rumah-rumah di sini tidak gampang rusak walaupun materi bangunannya terbuat dari kayu, Danu. Kayu yang dipakai untuk membangun rumah masyarakat di sini ialah kayu ulin. Kayu ulin populer besar lengan berkuasa dan semakin besar lengan berkuasa apabila terkena air,” terang Paman Rizki.

“Berarti kayu ulin banyak terdapat di sini ya, Paman?”

“Iya, Danu. Masyarakat di sini memanfaatkan hasil hutan berupa kayu ulin untuk membangun rumah,” jawab Paman Rizki. Ayah dan ibu Danu mengajak Danu dan Paman Rizki makan soto banjar. Kemudian, mereka menuju warung yang menjual soto khas banjar. Mereka memesan soto banjar dan beberapa minuman.

“Ayah minum air mineral dan Paman memesan es teh?” Tanya Danu.

“Iya,” tanggapan Ayah. Paman Rizki mengangguk sambil tersenyum.

“Kenapa Danu?” Tanya Paman.

“Itu berarti ayah mengonsumsi zat tunggal lantaran meminum air putih.

Sedangkan Paman Rizki mengonsumsi zat adonan lantaran meminum es teh. Es teh terdiri atas air, teh, dan gula,” terang Danu.

Hampir bersamaan ibu, ayah, dan Paman Rizki tertawa mendengar klarifikasi Danu.

“Sudahlah Danu, mari kita makan dahulu. Jangan lupa berdoa terlebih dahulu, ya?” pesan ibu.

“Silakan menikmati,” ujar Paman Rizki.

“Iya, Bu. Ini pengalaman pertama Danu makan di atas perahu.”

Mereka menikmati soto banjar. Setelah makan, mereka berfoto bersama  dengan latar pasar apung. Setelah puas, mereka kembali ke dermaga. Beberapa menit kemudian, Danu dan keluarga sudah hingga di dermaga. Paman membayar sewa jukung. Kemudian, mereka naik ke daratan. 

Menurut klarifikasi Paman Rizki, seiring dengan perkembangan zaman, Pasar Apung ini menjadi tempat tujuan wisata andalan di Kota Banjarmasin. Objek wisata Pasar Apung ini cukup diminati wisatawan lantaran letaknya gampang dijangkau. Lokasinya yang berada di bersahabat Kota Banjarmasin menyebabkan banyak orang menyempatkan diri menikmati keunikan Pasar Apung tersebut. 

Danu mendengarkan klarifikasi Paman Rizki. Danu menjadi paham bahwa kondisi alam di kawasan ini memengaruhi kegiatan ekonomi penduduk. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka memanfaatkan sumber daya alam, berupa sungai untuk sarana transportasi dan tempat berdagang. 

 Bacaan 3

Kompetisi Pembuatan Slime


 Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 9 KELAS 5 SD
Gambar Kompetisi Pembuatan Slime

Jam istirahat sekolah dimanfaatkan Rani dan Dhia untuk membaca majalah. Mereka membaca majalah di taman sekolah. Saat sedang membaca majalah, mereka tertarik dengan iklan salah satu mainan yang sedang marak, yaitu slime. Selain iklan slime, majalah juga menampilkan iklan pensil. Rani dan Dhia mencermati iklan di majalah dengan saksama. Berikut iklan yang dibaca Rani dan Dhia.

 Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 9 KELAS 5 SD
Gambar Slime

Iklan 1 menginformasikan slime dengan merek Mala. Slime Mala mempunyai kelebihan yaitu lembut, kenyal, dan tidak berbahaya. Slime Mala tersedia aneka warna. Iklan tersebut juga menginformasikan toko yang membuat slime Mala. Pembaca yang tertarik membeli slime Mala sanggup menghubungi nomor yang tercantum dalam iklan. Sementara itu, iklan 2  menginformasikankan pensil Jojo. Pensil Jojo ialah pilihan sempurna untuk ujian. Pensil Jojo mempunyai kelebihan tidak gampang patah. 

“Lihat Dhia, ini iklan slime! Hebat ya, Mala bisa mempunyai produk slime. Umur Mala seumuran dengan kita lo, Dhia,” kata Rani.

“Iya, Ran. Kemarin saya juga membaca profil Mala. Awalnya, Mala membuat slime lantaran dia suka bereksperimen. Teman-teman Mala tertarik dengan slime buatannya. Kemudian, Mala menjual slime buatannya kepada temantemannya. Lama-kelamaan banyak orang
memesan slime kepadanya. Saat ini dia sudah mempunyai beberapa karyawan yang membantu proses pengemasan slime. Karena Mala harus sekolah, usaha slime di rumahnya dikoordinasi oleh ibunya,” terang Dhia.

“Hebat ya, kecil-kecil sudah punya usaha,” kata Rani.

“Iya, siapa tahu slime buatan kita besok mempunyai banyak pelanggan,” kata  Dhia sambil tertawa.

“Tapi kan slime kita tidak mempunyai merek,” jawab Rani.

“Ha…haha…ha…haha….,” tawa Dhia dan Rani hampir bersamaan. 

Slime ialah mainan yang berbahan dasar lem. Slime mempunyai tekstur  kenyal yang biasa dimainkan dengan cara ditekan dan ditarik. Mainan slime berasal dari negeri gajah putih alias Thailand.

Rani, Dhia, dan sahabat di sekolah memang suka memainkan slime. Mereka jarang membeli slime di toko, pameran-pameran, atau secara online. Mereka sering membuat slime bersama-sama. Mereka lebih suka membuat sendiri lantaran bisa menyalurkan kreativitas masing-masing baik warna, tingkat kelembutan, dan banyak sedikit jumlah slime. Membuat slime bahu-membahu juga memupuk rasa kerukunan, persaudaraan, dan persatuan antarteman. Mereka sanggup bekerja sama dan menghormati perbedaan keinginan ketika membuat slime. 

Rani dan teman-temannya biasa membeli bahan-bahan slime di toko bersahabat sekolah. Mereka iuran untuk membeli bahan-bahan tersebut. Uang yang terkumpul dibelikan materi ibarat lem dan slime activator atau pengaktif slime. Slime activator biasanya terbuat dari adonan boraks dan air. Semua materi tersebut dicampur, kemudian diaduk hingga tidak lengket dan lembut. Slime termasuk zat adonan lantaran terdiri atas beberapa materi yang dicampur menjadi satu.

Rani dan teman-teman biasa membuat slime pada hari Minggu atau libur sekolah. Mereka memanfaatkan waktu untuk membuat slime. Slime-slime yang mereka hasilkan terkadang pesanan teman-teman di sekolah atau anakanak di sekitar tempat tinggal mereka. Hasil penjualan slime dikumpulkan dalam sebuah celengan. Kelak, jikalau celengan sudah penuh, Rani berencana membagi uangnya secara adil.  

Hari Minggu Rani dan teman-temannya berkumpul di rumahnya. Mereka mempunyai kegiatan membuat slime. Mereka akan memenuhi beberapa pesanan slime dari teman-teman di sekolah.

“Teman-teman, saya ada informasi loh,” kata Dhia.

“Berita apa, Dhia?” tanya Rani.

“Begini, saya kemarin membaca pengumuman. Pusat perbelanjaan Binar  akan menyelenggarakan kompetisi pembuatan slime,” kata Dhia sangat antusias.

“Wow, kata Desi. Benar, Dhi?” tanya Desi kepada Dhia.

“Iya, teman-teman. Aku berkata benar. Bagaimana kalau kita semua ikut  kompetisi tersebut,” kata Dhia.

“Aku setuju, Dhia. Kita bisa bersaing dengan penerima lain dalam keahlian  membuat slime. Berapa biaya pendaftaran kompetisi itu, Dhia?” tanya Rani.

“Kalau tidak salah Rp20.000,00. Kita harus memberi tahu orang renta masing-masing. Kita minta izin kepada mereka. Jika diizinkan, kita minta tolong kepada ayah atau ibu untuk mendaftarkan di kompetisi tersebut,” kata Dhia.

“Semoga ayahku mau mendaftarkan aku,” kata Desi.

“Semoga diberi izin Desi. Toh, tempatnya bersahabat dengan sekolah kita.” Kata  Dhia.

“Baiklah, besok kita beri tahu teman-teman yang lain,” kata Rani.

Hari Minggu, 26 Maret 2017 ialah waktu penyelenggaraan kompetisi slime di sentra perbelanjaan Binar. Tampak Rani, Dhia, dan teman-temannya berada di tempat perlombaan. Jumlah penerima dalam kompetisi itu sekitar seratus anak. Setiap penerima membawa meja kecil. Untuk alat dan materi pembuatan slime sudah disediakan panitia penyelenggara.

Kompetisi pembuatan slime pun dimulai. Setiap penerima diberi kebebasan berkreasi membuat slime. Untuk menjadi pemenang, penerima harus bisa membuat slime yang lembut dan kenyal. Oleh lantaran itu, setiap penerima berusaha membuat slime supaya menjadi yang terbaik dalam kompetisi ini.  

Tak terkecuali Rani, Dhia, Desi, dan teman-temannya. Walaupun mereka berteman dan sering membuat slime bersama, di kompetisi ini mereka bersaing secara sehat. Mereka menampilkan keahlian masing-masing dalam membuat slime. Bagi mereka siapa pun yang menang dalam kompetisi ini ialah yang terbaik. Mereka tidak mempermasalahkan jikalau salah satu dari mereka menjadi pemenang. Mereka akan tetap berteman. Mereka tetap menjalin kerukunan baik di rumah maupun di sekolah. 

Bacaan 4
Lestarikan Sungai dengan Prokasih

 Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 9 KELAS 5 SD
Gambar Lestarikan Sungai dengan Prokasih

Pagi ini hari Minggu. Aku berencana akan bersepeda bersama sahabatku, yaitu Lala, Fina, dan Sofi.  Aku harus bersiap-siap!

“Dina! Teman-teman kau sudah datang, Nak. Kamu sudah siap, kan?” ujar bunda dari luar kamarku.

“Iya, Bun,” jawabku.

Bergegas saya keluar rumah. Tampak teman-teman sudah menunggu. Setelah pamit kepada bunda, kami pun berangkat. Pagi itu angin bertiup  sejuk. Suasana perumahan kami sangat tenang. Kami berencana bersepeda hingga kampung sebelah. 

“Udara pagi ini sangat segar,” kata Lala.

“Iya, udara pagi ini belum terkontaminasi asap kendaraan, La,” jawabku.

Kami mengayuh sepeda pelan-pelan. Kami bersepeda di sebelah kiri. Kami  tidak ingin menganggu pengendara lain jikalau berpapasan dengan kami. Tak terasa kami tiba di kampung sebelah perumahan kami. Kami melihat warga sedang kerja bakti. Mereka membersihkan sungai kecil yang letaknya di tepi kampung. 

Banyak warga yang berada di dalam sungai. Mereka mengambil sampah yang ada di sungai. Aliran air sungai tidak begitu deras, jadi memudahkan warga mengambil sampah sampah itu. Saat sedang memperhatikan kegiatan warga, seorang bapak mendekati kami.

“Ada apa, Nak? Bapak perhatikan semenjak tadi kalian memerhatikan warga yang sedang kerja bakti. Perkenalkan saya Ketua RT di kampung ini,” terang Pak RT.

“Oh, maaf, Pak,” jawabku.

“Kami dilarang ya, Pak, berhenti di sini?” tanya Fina.

“Oh, boleh, Nak. Tidak ada yang melarang,” jawab Pak RT.

“Rumah kami di Perumahan Permai. Hari ini kami ingin bersepeda keliling  perumahan dan kampung. Saat tiba di kampung ini, kami melihat banyak warga terjun di sungai. Kami ingin tahu apa yang mereka lakukan, Pak,” jawabku.

“Oh, itu. Iya, Nak. Mereka sedang membersihkan sampah rumah tangga yang dibuang di sungai oleh orang tak bertanggung jawab. Mumpung aliran airnya tidak terlalu deras, kami ingin membersihkan sampah-sampah itu,” jawab Pak RT.

“Mereka sudah terbiasa masuk ke dalam sungai, ya, Pak?” tanya Sofi.

“Ada yang sudah pernah dan ada yang belum pernah, Nak. Kalau warga yang  bekerja sebagai petugas kebersihan, tentu mereka biasa melaksanakan pekerjaan ibarat ini. Akan tetapi, bagi mereka yang biasa bekerja di perkantoran tentu tidak terbiasa dengan pekerjaan ini,” jawab Pak RT.

“Jadi, warga di sini mempunyai mata pencaharian yang berbeda-beda ya, Pak?” tanya Sofi.

“Iya, Nak. Di kampung ini ada yang berprofesi sebagai perajin gerabah, karyawan pabrik, guru, peternak lele, tukang bangunan, dan buruh serabutan,” jawab Pak RT.

“Walaupun mereka mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda, mereka tetap rukun ya, Pak?” tanya Fina.

“Ini ialah suatu bentuk kerukunan hidup dengan tetangga. Sebagai contoh, untuk membuat kerukunan ialah dengan kerja bakti. Kerukunan membuat hidup menjadi tenang dan damai,” jawab Pak RT.

 “Pak, adakah kaitan kerja bakti ini dengan Prokasih atau Program Kali Bersih  ibarat iklan di televisi itu?” tanyaku.

 “Wah, pernah lihat iklannya ya, Nak?” tanya Pak RT. Aku tersenyum mendengar pertanyaan Pak RT.

 “Iya, Nak. Di kota ini terdapat ratusan sungai dalam kondisi kritis.  Selain mengalami pengendapan yang luar biasa, sungai juga dipenuhi sampah rumah tangga. Oleh lantaran itu, kami tergerak untuk membersihkan sungai kecil ini. Kegiatan ini juga bertujuan mencegah banjir. Dengan begitu, diperlukan sanggup mengurangi risiko tragedi banjir pada isu terkini penghujan,” terang Pak RT.

“Saya punya usul, Pak. Bagaimana jikalau sungai kecil ini sudah bebas sampah, warga di sini memasang iklan layanan masyarakat. Iklan tersebut  berisi seruan supaya masyarakat cinta lingkungan. Iklan tersebut juga menginformasikan bahwa warga di sini mendukung kegiatan kali bersih,”kataku.

“Wah, bagaimana bentuk seruan itu ya, Nak?” tanya Pak RT.

Aku segera mengeluarkan buku saku dan pensil yang selalu ada di tas  mungilku. Segera saya dan teman-teman berdiskusi membuat kalimat iklan layanan masyarakat untuk Pak RT. Setelah berdiskusi, saya menyerahkan kalimat iklan tersebut kepada Pak RT. Pak RT membaca kalimat iklan yang kami buat. Pak RT tersenyum.

 Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 9 KELAS 5 SD
Gambar iklan layanan masyarakat

“Kalian memang bawah umur pintar. Bapak gembira bisa berkenalan dengan kalian,” kata Pak RT.

Mendengar kata-kata Pak RT kami menjadi tersanjung. Akan tetapi, kami sadar apa yang kami lakukan belum sebanding dengan usaha para warga yang rela masuk ke sungai untuk mengambil sampah-sampah.

“Sama-sama, Pak. Apa yang kami perbuat ini belum sebanding dengan keikhlasan warga ketika membersihkan sampah di sungai,” jawabku.

“Iya, menurutku pekerjaan membersihkan sampah di sungai sangat menguras tenaga,” kata Sofi.

“Iya, Nak. Pekerjaan ini memang berat lantaran berafiliasi dengan sampah, kotoran, dan basi tidak enak. Akan tetapi, kami sudah bertekad untuk membersihkannya. Pekerjaan membersihkan sungai terasa ringan bagi kami lantaran diselingi dengan bercanda. Pekerjaan yang berat jikalau dikerjakan bahu-membahu akan terasa ringan dan cepat selesai,” kata Pak RT.

“Iya. Pak. Saya setuju. Karena hari sudah semakin siang, kami ingin pamit. Maaf menganggu kegiatan kerja bakti warga kampung ini,” kataku.

“Terima kasih, Bapak telah meluangkan waktu di sela-sela kegiatan kerja bakti untuk bercakap-cakap dengan kami, “ kata Fina.

“Kami pamit dahulu, Pak. Semoga warga Suka Makmur tetap semangat untuk menjaga lingkungan,” kata Lala.

“Lain waktu kami ingin bertemu Pak RT lagi. Saya dengar kampung ini ada perajin gerabah, Pak. Kami ingin mengenal lebih bersahabat kegiatan perajin gerabah di kampung ini,” ujar Sofi.

“Iya, betul itu. Saya baiklah dengan usul Sofi,” jawabku.

“Sama-sama, anak-anak. Bapak juga bahagia sanggup mengenal kalian.  Jika kalian tertarik mengetahui kerajinan gerabah di kampung ini, silakan menghubungi bapak. Bapak akan membantu kalian bertemu dengan perajin gerabah itu. Para perajin gerabah di kampung ini memproduksi gerabah dan diekspor ke luar negeri, loh,” kata Pak RT.

“Wah, niscaya anggun hasil kerajinan mereka,” kataku.

“Iya, lain waktu saja kita kembali lagi,” kata Fina.

“Iya, Nak. Nanti orang renta kalian khawatir jikalau terlalu usang di sini. Sekali lagi  bapak mengucapkan terima kasih telah memberi saran anggun untuk membuat iklan layanan masyarakat tadi, ya? Semoga dengan iklan yang kami pasang di sungai ini, warga semakin sadar lingkungan dan menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya. 


Bacaan 5
Mengenal Teknologi Transportasi Laut

Sebagian besar penduduk Desa Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya, berprofesi sebagai nelayan. Setiap dua hari sekali, mereka berlayar ke bahari untuk mencari ikan. Mereka sangat menggantungkan hidupnya pada hasil alam. 

Sore hari tampak seorang anak wanita bersama kakeknya duduk di tepi pantai. Mereka menikmati udara pantai dan pemandangan matahari terbenam. Tatkala ombak datang, sesekali kaki mereka tersentuh air laut.

“Kakek, lihatlah. Apakah yang akan mereka lakukan terhadap kapal itu?”tanya Delisa.

“Oh, mereka membantu mendorong kapal gres milik salah satu nelayan. Mungkin nelayan itu yang akan berlayar dengan kapal barunya nanti malam,” jawab kakek.

Delisa menganggukkan kepala mendengar klarifikasi kakeknya. Delisa memperhatikan kolaborasi nelayan di pantai itu. Kapal milik nelayan itu besar dan berat. Namun, kapal itu terasa ringan ketika beberapa nelayan membantu mendorong kapal itu. Para nelayan membantu tanpa diminta. Mereka dengan nrimo mendorong kapal. 

Menurut kakek, warga di Desa Susoh terbiasa bergotong royong untuk menarik kapal gres dari daratan menuju perairan pantai. Budaya gotong royong peluncuran perdana kapal gres itu, merupakan tradisi nelayan yang masih menempel dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Susoh. Tradisi ini memperlihatkan adanya kebersamaan dan mempererat tali persaudaraan antarwarga Desa Susoh

 Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 9 KELAS 5 SD
 Gambar gotongroyong peluncuran perdana kapal baru

Walapun bukan tanah kelahiran kakek, tetapi dia hafal kebiasaan masyarakat Desa Susoh. Kakek usang tinggal di Desa Susoh ketika dia bertugas menjadi dokter desa. Menurut kakek, gotong royong merupakan kearifan lokal yang sudah usang mengakar di Desa Susoh. Gotong royong tidak hanya tampak di pesisir pantai, tetapi di semua kawasan di Aceh.  

Delisa mengajak kakeknya berjalan-jalan mengelilingi pantai. Saat itu Delisa melihat sebuah kapal yang berukuran lebih kecil dari yang pertama ia lihat.

“Kok, bahtera ini lebih kecil ya, Kek? Ini masih dipakai untuk nelayan atau
tidak, ya?” tanya Delisa.

Delisa memegang kayu kapal tersebut. Delisa mengamati bentuk dan ukuran kapal tersebut.

“Ini ialah kapal tradisional, Delisa. Perahu ini masih memakai tenaga manusia. Kapal ini berbeda dengan yang kau lihat tadi. Kalau kapal yang didorong para nelayan dari daratan ke lautan tadi ialah kapal motor yang mempunyai mesin. Kapal tadi mempunyai ukuran lebih besar daripada kapal ini,” kata kakek sambil menjelaskan perbedaan kedua kapal yang telah dilihat Delisa.

“Perlu kau ketahui Nak, bahwa kapal bermesin merupakan bukti adanya perkembangan alat transportasi. Khususnya alat transportasi bahari yang dipakai nelayan ketika mencari ikan di laut,” kata kakek.

“Apakah kau tahu, alat transportasi bahari yang dipakai nenek moyang pada zaman dahulu Nak?” tanya kakek.

“Apa Kek? Delisa tidak tahu.”

“Alat transportasi yang dipakai nenek moyang kita untuk menjelajah  menyusuri sungai ialah rakit. Rakit ialah alat transportasi air yang paling sederhana. Sampai ketika ini pengembangan teknologi kapal bahari masih terus dilakukan. Ingat, negara kita ialah perairan atau maritim. Jadi, alat transportasi yang sanggup mengarungi perairan sangat dibutuhkan,” kata kakek.

“Wah, kapal apa yang dipakai nelayan di masa depan, ya, Kek?” tanya Delisa.

“Tentu para nelayan akan memakai teknologi yang lebih canggih, Delisa. Jika kau mau belajar, kau bisa membuat kapal nelayan yang lebih canggih kelak,” kata kakek.

Delisa tersenyum mendengar ucapan kakeknya.

“Tapi Delisa kan perempuan, kek?”

“Asal mau berguru rajin, tidak ada impian yang tidak tercapai,” kata kakek.

“Iya Kek,” jawab Delisa.

Delisa dan kakek menetapkan kembali ke penginapan. Sepanjang perjalanan Delisa dan kakek melihat banyak penjual makanan, minuman, pakaian, dan kerajinan khas di Pantai Jilbab. Banyak iklan minuman, masakan ringan, restoran, dan penginapan yang terpampang di sepanjang jalan menuju tempat parkir. Di sepanjang jalan menuju tempat parkir itu pun kakek masih menjelaskan perihal kapal pesiar, kapal selam, dan kapal-kapal modern milik negara asing. Delisa dengan bahagia hati mendengarkan klarifikasi kakeknya.

Di tempat parkir, Delisa melihat seseorang yang sedang mengukir. Delisa tertarik melihat lebih dekat.

“Kakek, ayo kita dekati ibu itu?” ajak Delisa.

Kakek menuruti kemauan Delisa. Kakek mengikuti langkah kaki Delisa menuju tempat duduk seorang ibu.

“Apa yang ibu lakukan?” tanya Delisa.

 “Ini, Dik. Ibu sedang membantu suami memperhalus tabrakan ini,” jawab ibu.

“Barang apa yang ibu buat?” tanya Delisa.

“Suami ibu memproduksi ganjal Quran dari kayu yang diukir. Alas ini diukir sendiri oleh suami ibu. Kemudian, ibu diminta memperhalus kayu ini,” jawab sang ibu sambil sesekali menggosok kayu dengan kain.

“Wah, anggun ya, Kek. Ukiran suami ibu ini sangat etnik.

“Iya, Delisa. Ukiran khas Aceh memang unik. Seni ukir termasuk keterampilan seni rupa. Pastilah suami ibu ini seorang perupa.” terang kakek.

“Apakah benar suami ibu seorang seniman?” tanya Delisa.

“Bukan, Dik. Suami ibu bukan seniman. Suami ibu mempunyai keterampilan mengukir semenjak muda. Ia berguru belajar sendiri lantaran membantu usaha ayahnya semenjak muda,” kata sang ibu.

“Oh, pantas saja hasil ukirannya sangat bagus,” puji Delisa.

“Mengukir membutuhkan ketelatenan dan ketelitian, Delisa. Jika kau ingin berguru mengukir, kau harus teliti, telaten, dan sabar. Tidak setiap orang mempunyai keterampilan ibarat suami ibu ini,” kata kakek.

“Iya, Kek. Sebenarnya Delisa ingin belajar, tetapi suami ibu tidak ada,” kata Delisa dengan sedih.

“Sebaiknya kita pulang dahulu ke penginapan. Hari semakin gelap. Besok kau kembali lagi di sini. Kamu minta tolong ayah dan ibumu untuk mengantarmu ke sini. Besok kakek ada kegiatan reuni, jadi tidak bisa mengantarmu di tempat ini,” terang kakek.

Delisa mengangguk mendengar hikmah kakeknya. Setelah pamitan kepada ibu penjual ganjal Alquran, Delisa dan kakek menuju kendaraan beroda empat dan kembali ke penginapan. Di dalam kendaraan beroda empat Delisa masih berpikir perihal seni ukir pada ganjal Alquran. Delisa ingin sekali berguru mengukir. Delisa berharap esok hari sanggup kembali menemui ibu penjual ganjal Quran bersama ayah dan ibunya.

Bagaimana perasaaan anda sehabis membaca artikel ini? Tentunya bahagia bukan?. Sampai jumpa dengan artikel selanjutnya ya.


Sumber http://rintokusmiran.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Bahan Literasi Membaca Tema 9 Kelas 5 Sd"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel