iklan

Bahan Literasi Membaca Tema 8 Kelas 5 Sd

Salam Pendidikan,

Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini. Pada kesempatan ini saya akan membagikan materi bacaan untuk literasi membaca bagi adik-adik yang duduk di SD kelas 5 yang sekolahnnya menerapkan kurikulum 2013. Bahan literasi ini ada pada buku siswa kelas 5 tema 8 revisi 2017.

Bahan bacaan ini sanggup menambah wawasan adik-adik berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran pada tema 8 perihal lingkungan sahabat kita. Ada 4 bacaan antara lain bacaan 1. Mari menanam pohon; 2. Hemat air; 3. Ibuku soerang perawat; 4. Mengikuti perhelatan  perkawaninan watak Betawi. Baiklah adik-adik selamat menikmati lierasi membaca di bawah ini.

Bacaan 1 

Mari Menanam Seribu Pohon


SD Nusa Bangsa punya gedung baru. Berhubung baru, lingkungan SD Nusa Bangsa masih gersang. Belum banyak flora yang tumbuh di lingkungan SD Nusa Bangsa.

Pagi ini dalam upacara bendera, Pak Hary, Kepala SD Nusa Bangsa mengajak warga SD menghijaukan lingkungan sekolah.


”Warga SD Nusa Bangsa, kita patut bersyukur alasannya yakni kesannya kita mempunyai gedung sekolah dan lingkungan sekolah baru. Gedung sekolah ini sangat layak kita gunakan. Lingkungan sekolah ini sangat mendukung proses pembelajaran. Namun sayang, lingkungan sekolah kita masih gersang. Belum ada flora peneduh dan flora hias yang sanggup mengakibatkan sekolah ini asri. Siapa yang bertanggung jawab menghijaukannya?


Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 8 KELAS 5 SD
Gambar Bibit Tanaman
Anak-anakku, ayo kita hijaukan lingkungan sekolah. Kita akan melakukannya ahad depan. Kita namakan kegiatan kita ”Mari Menanam Seribu Pohon”. Kita tidak hanya akan menanam flora di lingkungan sekolah. Kita juga akan menanam flora peneduh di jalan menuju sekolah kita. Bahkan, kita juga akan menghijaukan lahan kosong di bukit utara sekolah kita.

Sekolah sudah menyiapkan bibit flora peneduh. Ada bibit angsana, bungur, dan kiara payung untuk ditanam di lingkungan sekolah. Agar lingkungan sekolah semakin asri, silakan setiap kelas  menanam flora hias di sekitar kelas.  Untuk pohon peneduh sepanjang jalan telah disediakan bibit akasia dan mahoni. Selanjutnya, Bapak minta setiap siswa membawa satu bibit tanaman. Kita akan menanamnya di tanah kosong di bukit utara sekolah kita.”

Demikian Pak Hary mengajak  warga sekolah mengadakan kegiatan penghijauan. Gayung bersambut. Ajakan Pak Hary pun ditanggapi positif oleh warga sekolah. Setelah upacara bendera, warga kelas V dipimpin Pak Darmawan, guru kelas V, mengadakan diskusi.



”Anak-anak, kalian sudah mendengar planning sekolah kita mengadakan penghijauan. Nah, kiprah kita selain ikut menanam flora dan membawa satu bibit tanaman, kita juga harus menghias lingkungan kelas kita. Bapak sarankan kalian menanam flora hias. Pak armawan pun menjelaskan macam-macam flora hias yang sanggup mereka tanam.

”Pak Darmawan, boleh saya bertanya?” Uta memberanikan diri bertanya kepada Pak Darmawan.

”Silakan, Uta. Kamu mau bertanya apa?”

”Pak, mengapa kita juga akan menanami lahan kosong di bukit itu?”

”Kalian tentu masih ingat. Musim hujan kemudian desa kita banjir. Kita semua harus mengungsi.Bahkan, alasannya yakni banjir, sekolah kita jadi rusak. Lokasi sekolah kita itu memang rawan banjir. Makanya, kita pindah di tempat ini yang tidak rawan banjir. Tempat kita ini lebih tinggi daripada tempat kita sebelumnya dan jauh dari sungai.”

”Mengapa banjir terjadi, Pak?” sambung Etti.

”Karena sudah tidak ada lagi pohon-pohon besar yang menahan air hujan.  Pohon-pohon di bukit itu sudah ditebangi. Bukit itu sudah gundul. Maka, air hujan pun tanpa sanggup dicegah bermetamorfosis banjir.”

”Jadi, itu Pak alasannya mengapa kita juga menanami lahan kosong itu ya,” kata Dina.

”Benar, Dina,” jawab Pak Darmawan.

”Tanaman apa saja yang bisa ditanam di lahan kosong itu, Pak?” tanya  Ninik.

”Sebetulnya ada banyak flora yang sanggup dipakai sebagai tanaman  penghijauan. Akasia, matoa, angsana, bambu, bungur, cemara bundel, johar, kiara payung, kihujan, mahoni, palem putri, palem raja, dan pohon tanjung itu  nama-nama flora untuk penghijauan.”

”Apakah semua flora itu akan ditanam di lahan kosong itu, Pak?” tanya Anang.

”Kita hanya akan menanam beberapa jenis flora saja. Tanaman lain yang ditanam yakni flora yang kalian bawa.”

”Apakah saya boleh membawa bibit flora buah, Pak?”

”Tentu saja boleh. Kalian boleh membawa flora buah atau tanaman  lainnya. Yang penting flora itu sanggup menghijaukan lahan kosong itu.”

Hari yang ditentukan pun tiba. Anak-anak tiba di sekolah dengan membawa bibit tanaman. Ada yang membawa bibit flora buah, bunga, atau flora hias. Bahkan, ada juga belum dewasa yang membawa flora dalam pot yang digantung. 

Kegiatan pun segera dimulai. Hari pertama ini mereka akan menanam tanaman peneduh dan flora penghijauan di sekolah. Mereka juga menanam flora hias di sekitar kelasnya. Semua tampak riang dan gembira. Sesekali sambil bekerja mereka pun bercanda dengan riang. Lepas tengah hari pekerjaan mereka selesai. Mereka pun bersantap siang bersama. Setelah itu, mereka pulang ke rumah masing-masing.

Kegiatan belum dewasa dilanjutkan pada hari kedua. Kali ini hanya siswa kelas IV, V, dan VI yang mengikuti kegiatan. Dengan berjalan kaki mereka menuju lahan kosong itu. Dengan riang hati para siswa berjalan beriringan menuju lahan kosong itu.

Sesampai di lahan kosong dengan dipimpin Pak Hary, belum dewasa pun melaksanakan penghijauan. Mereka menanam flora yang disediakan sekolah. Mereka juga menanam flora yang mereka bawa. Tanaman itu ditata dengan rapi.


Gambar Menanam Tanaman

Menjelang tengah hari kegiatan mereka berakhir. Mereka kembali ke sekolah. Tanaman yang mereka tanam memang tidak sanggup segera mereka nikmati. Namun, apa yang mereka tanam hari ini akan membawa manfaat besar bagi kelestarian lingkungan. Lingkungan menjadi hijau. Tanah kosong akan bermetamorfosis lahan hijau. Kelak, tanaman-tanaman itu akan menjadi penahan air hujan supaya tidak menjadi banjir. Itu semua berkat kegiatan yang  dicanangkan SD Nusa Bangsa, ”Mari Menanam Seribu Pohon”.

Bacaan 2
Hemat Air

”Kak, ayo main air!” ajak Raka, adikku. Aku lihat dari jauh Raka sedang memainkan selang air. Air itu disiram-siramkan di badannya. Kemudian, air juga disemprot-semprotkan pada tanaman. Badannya sudah berair kuyup. Air sudah mengalir ke mana-mana. Air menciptakan becek halaman rumah. Aku tidak bisa membiarkan kelakuan Raka. Maka, saya hampiri Raka.
”Raka! Hentikan!” teriakku kepada Raka, sambil tanganku mematikan keran air. Seketika Raka menghentikan tingkahnya.

Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 8 KELAS 5 SD
Gambar bermain air PAM
”Kak Ines! Mengapa dimatikan? Aku kan sedang main air. Kakak ganggu saja,” kata Raka memprotesku.

”Lihat, Raka! Air dari slang air ini mengalir ke mana-mana. Halaman rumah tergenang air. Becek, Ka,” kataku kepada Raka.

”Kan, asyik, Kak,” jawab Raka, ”ayo, Kak! Kita main air bersama….”

”Kamu memang bandel. Kakak nggak mau. Sekarang mandilah di kamar mandi. Bilas badanmu….”

Mula-mula Raka tidak mau menuruti kata-kataku. Ia tetap masih ingin main air. Bahkan, ia mulai merengek memintaku untuk menghidupkan keran air. Aku tetap menolak keinginan Raka. Kami pun bertengkar. Raka bersikeras untuk tetap bermain air. Aku pun bersikeras melarang Raka bermain air. Karena bertengkar, saya tidak menyadari ayah menghampiri kami.

”Ines, Raka! Ayo, berhenti bertengkar!” tegur ayah. Seketika kami pun berhenti bertengkar.

”Raka, letakkan slang itu! Segeralah bilas badanmu di kamar mandi!” suruh ayah kepada Raka. Tanpa sepatah kata pun Raka meletakkan slang dan berjalan ke kamar mandi.

”Ines, ayo, bantu ayah membersihkan genangan air ini,” kata ayah.

”Ya, Yah,” jawabku, kemudian membantu ayah membersihkan genangan air.

Setelah selesai membantu ayah, saya pun mandi. Ayah berpesan, setelah  selesai mandi, saya dan Raka dinantikan ayah di teras belakang rumah. Aku pun mengiyakan perintah ayah.

Beberapa ketika sesudah mandi, saya mengajak Raka ke teras rumah. Ternyata di situ ayah dan ibu sudah menunggu kami. Mereka duduk di dingklik teras. Aku lihat di atas meja ada teko dan empat buah cangkir. Ada juga sepiring pisang goreng.

”Duduklah Ines, Raka,” perintah ibu kepada kami. Kami pun duduk di antara ayah dan ibu.

”Raka, minum wedang jahe dulu. Badanmu niscaya cuek alasannya yakni main air,” kata ibu kepada Raka.

”Ya, Bu,” jawab Raka sambil menuang wedang jahe dalam cangkir. Ayah, ibu, dan saya juga menuang wedang jahe ke cangkir kami masing-masing. Sambil menikmati wedang jahe dan pisang goreng, kami pun berbincang-bincang.

”Raka, perbuatanmu main air tadi tidak baik. Kamu sudah menghamburhamburkan air. Kamu kan
tahu kalau air di rumah kita yakni air dari PAM. Setiap bulan kita membayar air yang kita gunakan. Uang yang kita bayarkan kepada PDAM sesuai banyaknya air yang kita gunakan. Maka dari itu, kita
harus hemat air,” terang ayah.

”Bagaimana caranya, Yah?” tanyaku.

”Ada banyak cara sanggup kita lakukan,” jawab ayahku.

”Apa saja itu, Yah?’

”Sebetulnya, kita sudah melaksanakan hemat air tanpa kalian sadari. Setiap  hari kalian mandi dengan shower tidak dengan gayung. Dengan gayung kita sanggup menghabiskan air sekitar 15 liter. Kalau memakai shower, kita sanggup hemat 60%. Selain itu, keran yang ada di rumah ini yakni dipakai untuk mengalirkan air secara hemat. Nah, kalau kalian selesai mengalirkan air dengan keran, segeralah matikan. Tindakan yang kau lakukan tadi, Raka, itu sangat tidak hemat air bahkan menghambur-hamburkan air,” terperinci ayah.

”Di rumah ini yang paling hemat air yakni ibu,” kata ayah.

”Mengapa ibu, Yah?” tanyaku kepada ayah.

”Coba, Bu, jelaskan kepada Ines dan Raka, mengapa ibu hemat air.”


”Setiap hari ibu menampung air. Dengan air tampungan itu ibu mencuci peralatan makan dan pakaian. Setelah dipakai untuk mencuci, airnya ibu gunakan untuk menyiram flora dan membersihkan kloset. Nah, Ines, air yang kau pakai untuk menyiram flora itu bekerjsama air bekas mencuci beras dan sayuran.”

”Benar, Bu? Wah, saya gres tahu. Aku pikir air itu memang sengaja ditampung dari keran air,” kataku mengomentari keterangan ibu.


”Betul, Nes.”
Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 8 KELAS 5 SD
Gambar Ibu Mencuci Piring

”Masih ada lagi kah, Ayah,  penghematan air di rumah ini?” tanya Raka.

”Kalau ibu menyuruh kalian untuk memakai peralatan makan yang belum terlalu kotor,

itu bukan berarti jorok. Itu juga  salah satu cara untuk menghemat air. Peralatan itu tidak harus dicuci berkalikali. Jadi, kita sanggup menghemat penggunaan air.”

”Cara lain menghemat air yakni memakai sedikit deterjen untuk mencuci baju sehingga tidak harus berkali-kali membilasnya. Menyiram flora hanya pada pagi hari juga dalam rangka menghemat air.”

”Nah, itu cara-cara menghemat air yang sudah kita lakukan di rumah ini,” kata ayah.

”Yah, apakah resapan yang ayah buat di halaman itu juga dalam rangka menghemat air?” tanyaku.

”Betul, Nes. Itu namanya biopori. Fungsinya untuk menghemat air.”

Senang sekali rasanya saya sore ini. Gara-gara Raka main air, saya jadi tahu  cara menghemat air. Dalam hati saya berjanji untuk selalu menghemat air.


Bacaan 3
Ibuku Seorang Perawat


Hari ini Bu Lina memberi kiprah kepada kami. Secara berkelompok kami disuruh menciptakan laporan perihal profesi atau pekerjaan seseorang. Kami boleh menentukan profesi apa pun sebagai materi laporan.


Setelah menerima kiprah itu aku, Oki, Hendra, dan Tita menciptakan rencana.

”Kita pilih profesi apa, teman-teman untuk menciptakan laporan?” tanyaku  kepada teman-teman. 

”Biar praktis kita wawancarai saja orang bau tanah kita. Profesi orang bau tanah kita  beda-beda kan?” jawab Oki memberi usul.


Kami pun kemudian mengutarakan profesi orang bau tanah masing-masing. Ayah dan  ibu Oki bekerja sebagai guru. Ayah Hendra pemilik toko bangunan, sedangkan ibunya tidak bekerja. Ibu Hendra yakni ibu rumah tangga. Sementara itu, ayah Tita bekerja sebagai akuntan di salah satu perusahaan swasta di kota kami. Ibu Tita bekerja sebagai sekretaris di kantor notaris. Sementara itu, ayahku bekerja sebagai pegawai negeri di kantor Pemda. Ibuku bekerja sebagai perawat di rumah sakit tempat di kotaku.

”Nah, sebaiknya kita wawancarai ibumu saja, Lis,” usul Oki.

”Mengapa ibuku?” tanyaku kepada Oki.

”Dari semua pekerjaan orang bau tanah kita, profesi ibumu paling menarik. Bukan  begitu, teman-teman?”

”Ya, betul. Aku oke dengan pendapat Oki,” kata Hendra, ”kita wawancari  ibumu saja, Lisa,” lanjutnya.

”Aku juga setuju!” kali ini Tita yang berbicara.

Dikeroyok tiga temanku, saya tidak sanggup mengelak. Dalam hati, saya heran  bekerjsama atas keinginan teman-teman ingin mewawancarai ibuku. Aku merasa pekerjaan ibuku biasa-biasa saja. Malahan, kami, anak-anaknya sering dibentuk repot alasannya yakni pekerjaan ibu. Bayangkan saja, jam kerja ibuku tidak sama dengan pekerja lainnya. Ibuku sering bekerja malam hari. Ibu berangkat malam hari dan pulang pagi hari. Saat saya mau berangkat ke sekolah ayahkulah yang mengurusi keperluanku dan kakakku. Kalau sudah menyerupai itu saya jadi merasa kasihan dengan ayahku.

Kalau ibuku masuk siang hingga malam hari, ayah jugalah yang mengurusi keperluanku dan kakakku. Kadang-kadang ayahku tidak menghadiri undangan  alasannya yakni harus membimbing kami belajar. Ah, pokoknya saya merasa repot

karena profesi ibuku sebagai perawat yang harus bekerja malam hari juga. Namun demikian, saya kadang juga merasa kasihan kalau ibu harus bekerja malam hari. Pastilah ibu tidak tidur semalaman alasannya yakni tanggung jawabnya terhadap pasien.

Sesuai kesepakatan kami, sore ini saya dan teman-temanku akan mewawancarai ibuku. Hari ini kebetulan ibuku dinas pagi. Pukul 14.00 ibuku sudah pulang.

Sekitar pukul 16.00 teman-temanku sudah berkumpul di rumahku. Kami duduk di ruang tamu. Ibuku telah menyediakan hidangan buat kami. Sepulang dari kantor tadi ibu menciptakan masakan kecil untuk kami. Kali ini saya angkat jempol untuk ibuku.

”Nah, anak-anak, yang kalian ingin tahu dari pekerjaan ibu?” demikian kata ibu mengawali perbincangan kami.

”Sebetulnya, siapa yang disebut perawat itu, Bu?” tanya Hendra kepada ibu.

”Perawat yakni mereka yang mempunyai kemampuan dan kewenangan  melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki melalui pendidikan keperawatan.”

”Apa kiprah perawat, Bu?” tanya Tita.

”Dalam pekerjaan sehari-harinya perawat merupakan fungsi kerja di  bidang kesehatan yang bertugas menawarkan pelayanan keperawatan dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit,  dan pelayanan bagi penderita yang sakit. Ada sepuluh kiprah pokok perawat.Semua kiprah tersebut untuk kepentingan merawat pasien.
Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 8 KELAS 5 SD
Gambar ibuku seorang perawat

Nah, ini yang penting. Dalam menjalankan tugas, seorang perawat dibantu oleh ajun perawat. Tugasnya menjaga pasien, contohnya menjaga kebersihan pasien, memandikan pasien dan membersihkan ruang pasien. Asisten perawat juga merawat pasien, memberi obat kepada pasien, menjaga kesehatan pasien, dan menawarkan motivasi serta perhatian kepada pasien.”


”Bagaimana perawat atau ajun perawat mengetahui keinginan atau kebutuhan pasiennya, Bu?” kali ini saya yang bertanya kepada ibuku.

”Kami harus sanggup menjalin komunikasi dengan pasien, baik pasien itu anak-anak, remaja, ataupun orang tua. Kami harus sanggup memahami ’bahasa’ mereka.”

”Berarti setiap ketika harus siap menghadapi keadaan pasien ya, Bu?” Oki bertanya.

”Tentu. Maka dari itu, kami harus berjaga-jaga 24 jam penuh. Kami harus selalu mengetahui kondisi setiap pasien yang menjadi tanggung jawab kami. Kami tidak ingin kecolongan, alasannya yakni apabila kami lengah, ada pasien yang tidak tertangani. Terutama pada malam hari, kami harus benar-benar berjaga.

Kadang-kadang ada pasien yang membutuhkan pemberian pada tengah malam. Sering juga pasien tiba pada tengah malam. Nah, makanya kami harus selalu siap,” terperinci ibuku.

Masih banyak lagi pertanyaan yang kami lontarkan kepada ibuku. Semua balasan ibu ternyata menyadarkan saya betapa mulia pekerjaan ibuku. Aku jadi aib selama ini saya sering mengeluh alasannya yakni ibuku sering tidak ada ketika kami membutuhkannya. Aku jadi malu. Ternyata ibuku melaksanakan kiprah mulia merawat pasien di rumah sakit.

”Ibu, saya gembira kepadamu,” ucapku dalam hati.

”Lisa, saya kagum dengan ibumu. Ternyata ibumu benar-benar berjasa  bagi orang lain. Kamu tentu juga gembira kepada ibumu,” kata Tita semakin menguatkan saya untuk menghargai dan menaruh hormat terhadap pekerjaan  ibuku.



Bacaan 4

Mengikuti Perhelatan Perkawinan Adat Betawi


Pada liburan kenaikan kelas kemudian Fika dan Fito berkunjung ke rumah pamannya di Jakarta. Baru kali ini mereka berkunjung ke rumah pamannya. Fika dan Fito sangat mengagumi kota Jakarta. Di sana ini gedung tinggi menjulang. Banyak jalan layang dan jalan tol. Pusat-pusat perbelanjaan ada di mana-mana.

Di Jakarta Paman Iwan tinggal di kompleks perumahan. Namanya Griya Kencana. Di Perumahan Griya Kencana tinggal warga dari banyak sekali daerah, termasuk Paman Iwan. Mereka yang tiba ke Jakarta disebut urban. Yang dimaksud urban yakni orang-orang yang berpindah dari satu tempat atau
daerah lain. Orang-orang tersebut tiba dengan banyak sekali tujuan dan cita-cita tiba ke wilayah Provinsi DKI Jakarta. Orang-orang urban ini kesannya menjadi penduduk Jakarta. Orang-orang urban tersebut sanggup dilihat dari keberagaman penduduk Provinsi DKI Jakarta.

Sebetulnya, penduduk orisinil DKI Jakarta yakni suku bangsa Betawi. Suku Betawi sendiri terbentuk dari banyak sekali suku lain semenjak Jakarta masih sebagai pelabuhan berjulukan Sunda Kelapa. Ketika Sunda Kelapa diduduki Belanda namanya bermetamorfosis Batavia. Dalam dialek setempat Batavia menjadi
Betawi. Percampuran orang-orang Melayu, Sunda, Jawa, Bugis, Makassar, Bali, Ambon, dan ras lain, menyerupai Arab, Cina, Portugis telah membentuk kesatuan hidup setempat yang secara tradisional menyebut dirinya Betawi.

Di kompleks tempat tinggal Paman Iwan ada juga orang Betawi asli. Keluarga Pak Sobari dan Pak Syafei itulah warga orisinil Betawi. Di kompleks perumahan itu walaupun orisinil penduduk Betawi, mereka berbaur dengan para pendatang. Bahkan, mereka jadi penduduk biasa. Justru yang menjadi pimpinan yakni Paman Iwan yang bersuku bangsa Jawa. Paman Iwan menjadi ketua RW di kompleks perumahan tersebut.

Hari ini ketika Fika dan Fito berada di rumah paman, ada perhelatan di rumah  Pak Sobari. Beliau menikahkan putrinya. Maudy, putri Pak Sobari, menikah  dengan salah satu putra warga Perumahan Griya Kencana. Alfian nama calon menantu Pak Sobari. Ia yakni putra Pak Salim yang berasal dari Palembang. 

Upacara ijab kabul digelar dengan watak Betawi. Semua warga Perumahan Griya Kencana sudah berkumpul di rumah Pak Sobari. Mereka tiba di perhelatan itu salah satu tujuannya yakni mengikuti upacara perkawinan watak Betawi. Sebelum program ini sudah dijalankan beberapa upacara watak yang merupakan rangkaian upacara pernikahan. Semuanya dilakukan dengan adat  Betawi.

Pada jam yang sudah ditentukan rombongan pengantin pria tiba di rumah Pak Sobari. Walaupun keluarga pengantin pria berasal dari Palembang, mereka mengenakan pakaian watak Betawi. Rombongan pengantin pria ini berjalan berarak-arakan dengan diiringi rebana dan ketimpring.
Para kerabat dan keluarga ikut dalam iring-iringan itu. Mereka membawa sejumlah seserahan mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang, jajanan khas Betawi, dan pakaian.

Penyambutan rombongan pengantin pria didahului dengan upacara laga silat. Adu silat merupakan salah satu adegan yang selalu muncul pada palang pintu perkawinan. Palang pintu perkawinan yakni salah satu prosesi yang harus dilalui oleh kedua mempelai menjelang pernikahannya. 

Tradisi palang pintu ini merupakan komplemen ketika pengantin pria yang disebut ”tuan raja mude” akan masuk ke rumah pengantin wanita atau ”tuan putri”. Upacara ini diawali dengan saling bertukar salam. Lama-lamasituasi memanas alasannya yakni pihak pengantin wanita menguji kesaktian dan kepandaian pengantin pria dalam berilmu silat dan mengaji. Kemudian,  terjadi baku hantam dan pihak laki-lakilah yang menang. Usai pertarungan ini,  pengantin pria diminta memamerkan kebolehannya membaca Alquran.

”Paman, pakaian pengantinnya manis ya?” kata Fika, ”apa namanya,  Paman?”

Maudy dan Alfian, sepasang pengantin itu, mengenakan pakaian adat  Betawi. Alfian mengenakan pakaian menyerupai dandanan haji dan mengenakan tutup kepala yang disebut alpia atau alpie. Di pinggir alpia diberi untaian  bunga melati yang ujung bawahnya ditutup bunga cempaka dan ujung atasnya 
diberi sekuntum bunga mawar merah. Jubah yang dikenakan pengantin pria biasanya terbuka dan dihiasi dengan emas, manik-manik bermotif burung hong, bunga-bungaan, kubah masjid, dan sebagainya. Pengantin pria juga mengenakan baju gamis sebelum mengenakan jubah. Sebagai pelengkap, pengantin pria mengenakan selempang berhiaskan mute sebagai tanda kebesaran.

Pengantin wanita mengenakan tuaki yaitu baju cuilan atas. Biasanya model shanghai (Cina) dan model baju kurung (Melayu). Padanan Tuaki yakni kun, yaitu model rok melebar hingga mata kaki. Pakaian ini dilengkapi dengan epilog dada bermotif bunga teratai. Rambut pengantin perempuan
dicepol dan diberi hiasan tusuk konde. Hiasan yang dikenakan di kepala yakni siangko bercadar. Di atasnya diletakkan sigar atau mahkota dengan motif bunga-bungaan yang dipenuhi permata.
Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 8 KELAS 5 SD
Gambar Pakaian watak Betawi

Perhelatan yang di rumah Pak Sobari digelar dengan meriah. Hiburan yang ditampilkan yakni tarian khas Betawi dan musik gambang kromong. Makanan yang disajikan pun bermacam-macam. Di antaranya yakni masakan khas Betawi. Ada nasi kebuli dan nasi uduk. Ada juga kerak telor dan es doger.

Para tamu sangat menikmati perhelatan tersebut. Para tamu yang berasal dari banyak sekali suku menikmati semua program tradisional yang ditampilkan. Mereka juga menikmati kesenian tempat yang digelar. Bahkan, masakan khas nasi kebuli menjadi favorit para tamu untuk dinikmati. Fika, Fito, Paman Iwan dan keluarganya juga menikmati perhelatan tersebut, kejadian ini menjadi pengalaman berharga bagi Fika dan Fito.

Ternyata di tengah hiruk pikuk Kota Jakarta yang beragam, masih ada tradisi yang dipertahankan. Di tengah segala perbedaan ada persatuan. Di antara banyak sekali suku bangsa yang tinggal berdampingan ada keharmonisan dan kebersamaan. Alangkah indahnya kebersamaan dan persatuan. Alangkah indahnya keharmonisan yang di antara perbedaan.

Bagaimana adik-adik sesudah membaca bacaan di atas? Mudah-mudahan pengalaman adik-adik semakin bertambah. hingga jumpa dengan artikel saya selanjutnya. Salam literasi. Bagi anda orangtua, penerima didik kelas 5 sanggup juga mengunduh buku pegangan siswa kelas 5 SD Tema 8 disini

Sumber: Buku pegangan siswa kelas 5 SD Tema 8 Revisi 2017.


Sumber http://rintokusmiran.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Bahan Literasi Membaca Tema 8 Kelas 5 Sd"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel