iklan

Penampungan Semen Pada Ternak Unggas

 Pada umumnya ayam buras dipelihara secara tradisional  Penampungan Semen Pada Ternak Unggas

1) Penampungan Semen Ayam Buras 

Pada umumnya ayam buras dipelihara secara tradisional (ekstensif). Ayam dilepas pada pagi hari dan akan kembali pada sore atau malam hari, tanpa disediakan makan dan minum oleh peternak, dan ada juga yang semi intensif. Dikarenakan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam buras sangat rendah, ± 60 butir/ekor/tahun. Berat tubuh pejantan tidak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 – 1,5 kg, maka perlu pemeliharaan ayam buras ini diintensifkan. Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, sanggup meningkatkan produksi telur dan daging, sanggup mencegah wabah penyakit dan memudahkan tatalaksana pemeliharaan. 

Perkembangbiakan ayam buras pada umumnya dikembangkan melalui sistem perkawinan secara alami. Dengan sistem perkawinan secara alami, efisiensi teknik produksi rendah dan berpeluang terjadinya inbreeding cukup tinggi. Jika hal ini terjadi, akan berdampak terhadap penurunan kemampuan produksi, yaitu pertumbuhan lambat, produksi telur menurun dan akan lebih menurun lagi pada generasi berikutnya, serta dihawatirkan melahirkan generasi yang letal. 

Inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu teknologi yang diharapkan sanggup meningkatkan mutu genetik sehingga bisa memperbaiki produktifitas ayam kampung. Teknologi ini relatif sederhana dan gampang dilakukan oleh peternak dimanapun juga. Peralatan yang dipakai gampang diperoleh dan harganyapun tidak mahal sehingga terjangkau oleh para peternak di kampung-kampung. Penerapan teknologi inseminasi buatan pada unggas ini sangat menguntungkan alasannya produksi ayam kampung akan lebih meningkat dari pada dengan sistem perkawinan alam. Dengan sistem ini kita sanggup memprogramkan pengadaan bibit dan DOC (day old chick) atau anak ayam umur 0 hari dalam jumlah yang banyak dengan umur yang sama dalam waktu yang relatif pendek. 

Untuk meningkatkan potensi genetik ayam buras semoga berproduksi lebih optimal, telah banyak dicoba oleh para peternak diantaranya dengan cara menyilangkan dengan jenis ayam yang lain yang mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu. Upaya yang dilakukan masih memakai cara kawin alami, sehingga risikonya belum memuaskan. Beberapa tahun belakangan ini telah dikembangkan metoda inseminasi buatan pada unggas yang bisa meningkatkan hasil yang diinginkan peternak. 

Inseminasi buatan (IB) merupakan rekayasa teknik mengawinkan ternak secara buatan dengan menyuntikkan semen yang telah diencerkan dengan pengencer tertentu kedalam susukan reproduksi betina yang sedang birahi. Teknologi inseminasi buatan pada ayam buras merupakan perakitan beberapa teknologi, yaitu teknologi penampungan semen, teknologi pengenceran semen dan penanganannya, serta teknologi fertilisasi atau pembuahan. 

Inseminasi buatan pada ayam buras bekerjsama cukup sederhana, akan tetapi sanggup meningkatkan produktifitas terutama dalam penyediaan bibit ayam buras yang cukup signifikan. Dikatakan sederhana alasannya :
  1. Dapat dilakukan/dikerjakan dengan gampang oleh para peternak, 
  2. Peralatan IB relatif sederhana, gampang diperoleh, harganya murah, sanggup dipakai berulang-ulang, 
  3. Tidak memerlukan daerah yang khusus (laboratorium). 

Keuntungan/kelebihan  memakai teknologi inseminasi pada ayam buras antara lain ialah :  
  1. Dapat memacu aktivitas rekayasa genetika, peningkatan produksi, pengadaan bibit unggul, penurunan inbreeding pada populasi generasi hasil IB, 
  2. Keberhasilan/fertilitas lebih tinggi dari pada kawin alami, 
  3. Memungkinkan dilakukannya pengaturan administrasi yang terarah dalam produksi telur konsumsi maupun telur bibit ayam dalam waktu tertentu. 

Sebelum melaksanakan penyadapan semen, terlebih dahulu persiapkan peralatan yang dibutuhkan. Peralatan yang diharapkan dalam inseminasi pada ayam buras harus dalam keadaan steril. Adapun peralatannya ialah sebagai berikut : 
  1. Gun IB (syringe spuite) ukuran 1 ml. 
  2. Tabung (tube) plasma darah 2 ml untuk menampung semen.
  3. Termos kecil kapasitas 1-2 lt untuk menyimpan tabung beling yang berisi semen semoga umur sperma bisa tahan lebih lama. 
  4. Objek gelas kecil untuk mencampur/pengenceran sperma.
  5. Tisu gulung.
  6. Gunting kecil. 
  7. Pengencer semen (cairan infus) dan telur. 
Penampungan semen dilakukan oleh dua orang. Satu orang memegang ayam jantan, dan yang seorang lagi melaksanakan pengambilan semen. Penampungan semen sebaiknya dilakukan sebelum ayam diberi makan, semoga semen tidak tercampur dengan kotoran pada ketika pemerahan. Penampungan semen sanggup dilakukan dengan cara pengurutan (massage) pada bab punggung ayam jantan, dimulai dari pangkal leher terus kepunggung hingga pangkal ekor. Pengurutan ini dilakukan berulang kali sehingga ayam pejantan memperlihatkan ereksi maksimal (terangsang). Hal ini ditandai dengan merenggangnya bulu ekor keatas dan p3enis mencuat keluar dari permukaan kloaka dan mengeluarkan cairan bening. Cairan bening ini harus di bersihkan jangan hingga bercampur dengan semen alasannya akan mengakibatkan koagulasi (penggumpalan) sperma. 

 Pada umumnya ayam buras dipelihara secara tradisional  Penampungan Semen Pada Ternak Unggas

 Pada umumnya ayam buras dipelihara secara tradisional  Penampungan Semen Pada Ternak Unggas
Setelah ayam benar-benar memperlihatkan ereksi maksimal, tekanlah bab pangkal kloaka dengan ibu jari dan telunjuk, serta dekatkan tabung penampung semen pada kloaka, dan tampunglah semen yang keluar tadi kedalam tabung penampung semen. Usahakan pada ketika penampungan semen, semen yang tertampung benar-benar tidak tercampur dengan material lain alasannya akan mengurangi kualitas semen. Semen yang tertampung kemudian diukur volumenya dengan syringe spuite untuk memilih berapa banyak pengencer yang diharapkan nantinya. Selanjutnya semen sanggup pribadi dipakai atau disimpan sementara waktu pada termos yang telah disiapkan.  Pengambilan semen sanggup diulang stelah 15-20 menit kemudian. 
 
2) Teknik Inseminasi Buatan Pada Ayam Buras 
 
Perkawinan dengan sistem inseminasi buatan pada ayam buras biasanya dilakukan untuk ayam-ayam yang dipelihara secara intensif dalam sangkar baterai/cage baik untuk ayam jantan, maupun ayam betinanya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penangkapan ayam yang akan diinseminasi, dan untuk memudahkan mengetahui apakah ayam betina yang kita pelihara itu potensial atau tidak (bertelur atau tidak), sehingga gampang untuk memilih ayam yang mana yang harus diafkir atau tidak. Selain itu semoga ayam betina tidak kawin dengan sembarang pejantan lain, sehingga  upaya menjaga  keberhasilan dalam perkawinan silang akan berhasil dengan baik.   
 
Persiapan Calon Induk 
 
Untuk calon induk jantan, hendaknya dipilih yang mempunyai penampilan baik dengan bentuk tubuh ideal ibarat ukuran tubuh, warna bulu, tidak cacat genetik. Untuk keperluan produksi, hendaknya dipertimbangkan tujuan yang akan dicapai dari inseminasi buatan tersebut apakah untuk menghasilkan keturunan ayam sebagai ayam yang memproduksi telur, daging, dwiguna (telur dan daging), atau yang bertujuan untuk aduan, dan ayam hias. Dengan demikian kita akan gampang memilih calon ayam pejantan yang akan kita siapkan. Pilihlah ayam pejantan yang telah berumur 10 -12 bulan dan memiliki libido secual yang tinggi, yaitu pejantan yang mempunyai harapan secara aktif untuk mengawini ayam betina. Hal ini menerangkan bahwa ayam tersebut sebagai penghasil semen yang banyak. 

 Pada umumnya ayam buras dipelihara secara tradisional  Penampungan Semen Pada Ternak Unggas
Untuk ayam betina, pilihlah ayam yang sehat, berpenampilan baik dan produksi telurnya banyak. Untuk calon induk betina (Resipien/akseptor), ialah ayam betina yang sedang dalam masa produksi telur. Untuk persiapan IB ayam betina calon induk tersebut ayam perlu dikandangkan secara individual dalam sangkar baterai jauh-jauh hari sebelum ayam tersebut siap bertelur (birahi) untuk menjaga semoga tidak dikawin oleh pejantan lain yang tidak kita inginkan.  
 
Penyadapan Semen 
 
Sebelum melaksanakan penyadapan semen, terlebih dahulu persiapkan peralatan yang dibutuhkan. Peralatan yang diharapkan dalam inseminasi pada ayam buras harus dalam keadaan steril. Adapun peralatannya ialah sebagai berikut : 
  1. Gun IB (syringe spuite) ukuran 1 ml. 
  2. Tabung (tube) plasma darah 2 ml untuk menampung semen. 
  3. Termos kecil kapasitas 1-2 lt untuk menyimpan tabung beling yang berisi semen semoga umur sperma bisa tahan lebih lama. 
  4. Objek gelas kecil untuk mencampur/pengenceran sperma. 
  5. Tisu gulung.
  6. Gunting kecil. 
  7. Pengencer semen (cairan infus) dan telur. 
Penampungan semen dilakukan oleh dua orang. Satu orang memegang ayam jantan, dan yang seorang lagi melaksanakan pengambilan semen. Penampungan semen sebaiknya dilakukan sebelum ayam diberi makan, semoga semen tidak tercampur dengan kotoran pada ketika pemerahan. Penampungan semen sanggup dilakukan dengan cara pengurutan (massage) pada bab punggung ayam jantan, dimulai dari pangkal leher terus kepunggung hingga pangkal ekor. Pengurutan ini dilakukan berulang kali sehingga ayam pejantan memperlihatkan ereksi maksimal (terangsang). Hal ini ditandai dengan merenggangnya bulu ekor keatas dan p3enis mencuat keluar dari permukaan kloaka dan mengeluarkan cairan bening. Cairan bening ini harus di bersihkan jangan hingga bercampur dengan semen karean akan mengakibatkan koagulasi (penggumpalan) sperma. 

Setelah ayam benar-benar memperlihatkan ereksi maksimal, tekanlah bab pangkal kloaka dengan ibu jari dan telunjuk, serta dekatkan tabung penampung semen pada kloaka, dan tampunglah semen yang keluar tadi kedalam tabung penampung semen. Usahakan pada ketika penampungan semen, semen yang tertampung benar-benar tidak tercampur dengan material lain alasannya akan mengurangi kualitas semen. Semen yang tertampung kemudian diukur volumenya dengan syringe spuite untuk memilih berapa banyak pengencer yang diharapkan nantinya. Selanjutnya semen sanggup pribadi dipakai atau disimpan sementara waktu pada termos yang telah disiapkan.  Pengambilan semen sanggup diulang stelah 15-20 menit kemudian. 

Rangkuman 

Tingkat fertilitas pejantan dilakukan dengan menilai tingkat kesehatan secara umum dan keberhasilan untuk berkembang biak, yaitu memakai kriteria :
  1. Kesehatan umum : bebas dari kelainan alat kelamin. 
  2. Status genetik : bebas dari cacat yang menurun. 
  3. Kesehatan secualitas : bebas penyakit reproduksi/kelamin. 
  4. Kemampuan untuk mengawini. 
Lingkar skrotum sanggup memperlihatkan indikasi kemampuan seekor pejantan menghasilkan semen dan mempunyai hubungan dengan umur kedewasaan dari sapi pejantan 
 
Jika palpasi skrotum, t3st1s, dan p3enis, memperlihatkan suatu kelainan, maka akan memberi petunjuk bahwa derajat fertilitas sapi tersebut mengindikasikan ke arah  keanehan derajat fertilitasnya. 
 
Umumnya semen hasil koleksi memakai ejakulator elektronika kualitasnya rendah, alasannya sering tercemar kotoran dan darah akhir stimulasi listrik yang terlalu besar lengan berkuasa dan lama. Untuk mengurangi kondisi tersebut, maka penurunan voltase listrik tidak secara drastis dan harus secara gradual. 
 
Semen yang diperoleh dari hasil koleksi memakai teknik v@gin@ buatan, ditinjau dari aspek kualitas dan kuantitas cukup memuaskan. Teknik koleksi semen memakai v@gin@ buatan ini dimanfaatkan secara luas pada sentrasentra inseminasi buatan di aneka macam negara, termasuk Indonesia. 

Sumber http://gudangbukusekolah.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Penampungan Semen Pada Ternak Unggas"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel