Begini Cara Menghitung Dan Mencatat Jurnal Transaksi Diskon, Retur Penjualan
Daftar isi
Diskon atau belahan harga dengan aneka macam variannya yaitu salah satu seni administrasi pemasaran yang lumrah dan menjadi andalan hampir semua penjual.
Kalimat-kalimat indah, menggoda, dan menggugah rasa ingin berbelanja bertebaran di mana-mana. Sampai-sampai ada yang gila diskon.
Ini beberapa contohnya.
“Beli dua gratis satu satu”
“Belanja senilai Rp. 500.ooo gratis voucher belanja senilai Rp.50.000”
“Diskon 50% bila berbelanja pukul 22.00 – 24.00”
“Diskon sesuai usia Anda, diskon sesuai usia ijab kabul Anda”
“Cukup bayar Rp. 100.000 Anda sanggup menikmati tempat-tempat romantis di dunia”
“Sebelum Anda membeli rumah kami, nikmati kemudahan rumah kami 2 hari secara gratis”
Strategi lain yang juga dijalankan oleh penjual yaitu dengan menuliskan beberapa alternatif harga produk dari yang tertinggi hingga terendah, ada juga yang menampilkan harga coret 🙂
Sering menemui kan?
Misalnya:
Untuk produk ini Anda cukup membayar Rp. 10.000 Rp. 8.000
Tujuan dari seni administrasi itu yaitu untuk mensugesti keputusan pelanggan dalam membeli produk.
Dan ke depan kemungkinan besar akan muncul kreatifitas-kreatifitas gres yang lebih mendobrak penjualan.
Strategi yang begitu masif, umum dan mendominasi dunia perdagangan, namun pengkajian akuntansi perihal belahan harga (diskon), retur penjualan dan garansi kurang mendapat porsi yang cukup besar di buku-buku literatur dan kuliah.
Yuk kita mulai mengkaji materi belahan harga, retur (return) penjualan, dan garansi….
Penulis akan eksklusif membahas perihal perlakuan akuntansi belahan harga dan retur penjualan.
Untuk pengantarnya sanggup dicari dari aneka macam sumber yaitu buku-buku akuntansi dan sanggup melalui mesin penelusur Google.
Namun bila banyak permintaan, penulis akan berusaha membahas dalam artikel tambahan.
01. Potongan Penjualan
Ada dua cara untuk mencatat belahan penjualan :
Cara pertama disebut metode bruto dan cara kedua disebut metode neto.
Dalam metode bruto, belahan penjualan dicatat pada ketika uang diterima, sedang dalam metode neto, belahan penjualan yang tidak dimanfaatkan oleh pembeli dicatat pada ketika pembeli melaksanakan pelunasan.
Bagaimana pencatatan jurnal belahan penjualan?
Perhatikan contoh pencatatan jurnal transaksi belahan penjulan berikut ini :
PT MCC Sidoarjo yaitu penjual komputer dan asesoris komputer aneka macam merk.
Harga Pokok Penjualan Komputer Merk A yaitu Rp 2.500.000/unit.
Biaya pengiriman ke pelanggan yaitu Rp 75.000/unit.
PT MCC Sidoarjo memilih besar keuntungan sebesar 20%, sehingga harga higienis penjualan adalah
= (Rp 2.500.000+75.000) + (20% x (Rp2.500.000+75.000) = Rp 3.090.000.
Pada tanggal 01 Desember 2015, PT MCC Sidoarjo menjual 3 unit komputer Merk A kepada ILC Sidoarjo dengan harga Rp 3.090.000/unit dengan syarat pembayarannya 2/10;N/30, artinya:
- ILC Sidoarjo akan memperoleh diskon penjualan sebesar 2% jikalau melaksanakan pembayaran 10 hari setelah barang diterima atau sebelumnya (02 s/d 10 Desember 2015).
- Bila pembayaran dilakukan setelah 10 hari, maka belahan penjualan tidak berlaku lagi.
Pelunasan paling lambat 30 hari setelah penyerahan barang (30 Desember 2015).
Transaksi penjualan pada tanggal 01 Desember 2015 dicatat dengan jurnal transaksi berikut ini:
A. Metode Bruto
01. Contoh pencatatan jurnal transaksi penjualan barang dengan syarat 2/10, n/30
Piutang dagang Rp. 9.270.000 (Debit)
Penjualan Rp. 9.270.000 (Kredit)
Keterangan:
Penjualan = Rp 3.090.000 x 3 = Rp. 9.270.000
02. Contoh pencatatan jurnal transaksi pelunasan dalam jangka waktu potongan
Kas Rp. 9.084.600
Potongan penjualan Rp. 185.400
Piutang Dagang Rp. 9.270.000
Keterangan:
- Potongan Penjualan = 2% x Rp. 9.270.000
- Potongan penjualan merupakan faktor pengurang penjualan.
03. Contoh pencatatan jurnal transaksi pelunasan setelah lewat waktu potongan
Kas Rp. 9.270.000
Piutang Dagang Rp. 9.270.000
B. Metode Neto
1. Contoh pencatatan jurnal transaksi penjualan barang dengan syarat 2/10, n/30
Piutang dagang Rp. 9.084.600
Penjualan Rp. 9.084.600
2. Contoh pencatatan jurnal transaksi pelunasan dalam jangka waktu potongan
Kas Rp. 9.084.600
Piutang Rp. 9.084.600
Keterangan:
- Potongan Penjualan = 2% x Rp. 9.270.000
- Potongan penjualan merupakan faktor pengurang penjualan.
3. Contoh pencatatan jurnal transaksi pelunasan setelah lewat waktu potongan
Kas Rp. 9.270.000
Piutang Rp. 9.084.600
Potongan penjualan tidak diambil Rp. 185.400
Bila dipakai metode bruto, prinsip akuntansi yang lazim yang menghendaki pencantuman piutang sebesar jumlah yang akan sanggup ditagih akan menjadikan perlunya ditaksir belahan penjualan yang akan diberikan pada tanggal neraca.
Agar sanggup diketahui jumlah yang diperlukan sanggup ditagih seharusnya potongan-potongan tersebut juga dikurangkan pada piutang dalam neraca.
Misalnya syarat penjualan barang menunjukkan belahan tunai kepada pembeli yang membayar sebelum jangka waktu tertentu, maka pada simpulan periode harus dihitung jumlah belahan yang akan terjadi.
Potongan penjualan ini dibebankan pada periode tersebut sehingga sanggup dibebankan semua biaya yang terjadi pada pada penghasilan yang diperoleh.
Pencatatan belahan penjualan yang diperlukan akan terjadi, dibebankan ke rekening belahan penjualan dan kreditnya rekening cadangan belahan penjualan.
Pada awal periode berikutnya dibentuk jurnal pembiasaan kembali semoga potongan-potongan penjualan yang diberikan sanggup dicatat dengan cara yang biasa.
Misalnya PT MCC Sidoarjo , sebuah forum penyelenggara kursus & pelatihan menjual barang-barangnya dengan syarat 2/10, n/30. Pada tanggal 31 Desember 2015 saldo rekening piutang sebesar Rp. 10.000.000,- .
Setelah dirinci lebih lanjut ternyata piutang sebesar Rp 3.500.000 timbulnya belum lebih dari 10 hari atau masih dalam periode potongan.
Perhitungan cadangan belahan penjualan tanggal 31 Desember 2015 dilakukan sebagai berikut :
Rp. 3.500.000 x 2% = Rp. 70.000,-
Contoh pencatatan jurnal transaksi adalah:
Potongan Penjualan Rp. 70.000
Cadangan Potongan Penjualan Rp. 70.000
Rekening Cadangan Potongan Penjualan dalam neraca dikurangkan pada piutang gotong royong dengan cadangan kerugian piutang.
Pada awal tahun berikutnya, yaitu tanggal 2 Januari 2016 dibentuk jurnal pembiasaan kembali sebagai berikut :
Cadangan belahan penjualan Rp. 70.000
Potongan Penjualan Rp. 70.000
Prosedur cadangan yang sama ibarat di atas sanggup juga dibentuk untuk kemungkinan terhadap barang-barang rusak yang dikembalikan oleh pembeli.
02. Retur penjualan (Sales Return)
Setiap perusahaan menyadari bahwa dalam transaksi penjualan akan selalu ada kemungkinan barang kembali (return).
Tidak mungkin kan penjual memaksa pembeli semoga barang cacat (defect) atau tidak sesuai dengan spesifikasi pesanan.
Bila retur penjualan ini sering terjadi maka untuk mengantisipasi kemungkinan itu penjual akan menciptakan rekening Cadangan Retur Penjualan.
Besarnya cadangan ditentukan dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan penjualan, sedangkan besarnya persentase ditentukan menurut pengalaman penjual pada periode-periode sebelumnya.
Retur penjualan akan masuk ke laporan pendapatan sebagai faktor pengurang penjualan.
Sedangkan Saldo rekening Cadangan Retur Penjualan dicantumkan dalam neraca mengurangi piutang.
A. Bagaimana cara pencatatan jurnal retur penjualan?
Perhatikan pola penatatan jurnal transaksi berikut ini:
Pada tahun 2015 PT MCC Sidoarjo menjual barang sebesar Rp. 200.000.000. Pembeli sanggup mengembalikan barang yang dibelinya paling lambat 30 hari setelah pembelian.
Penjualan yang terjadi pada bulan Desember 2015 yaitu sebesar 10% dari Rp. 200.000.000.
Sehingga pada tanggal 31 Desember 2015 masih dalam periode waktu barang sanggup dikembalikan.
Pengalaman penjual pada periode-periode yang kemudian menunjukkan bahwa nilai penjualan yang dikembalikan oleh pembeli yaitu sebesar 10%.
Produk yang dikembalikan sanggup dijual lagi sebesar 75% dari harga jual semula.
PT MCC Sidoarjo menjual produk dengan keuntungan bruto sebesar 20% dari harga jual.
Jurnal yang dibentuk oleh PT MCC Sidoarjo untuk mencatat transaksi penjualan dan jurnal penyesuain-nya sebagai berikut :
2015: Mencatat penjualan
Piutang dagang Rp. 200.000.000
Penjualan Rp. 200.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp.160.000.000
Persediaan Barang Rp. 160.000.000
31 Desember 2015: Perhitungan Penyesuaian
- Penjualan dengan hak retur = 10% x Rp. 200.000.000 = Rp. 20.000.000
- Taksiran Retur = 10% x Rp. 20.000.000 = Rp 2.000.000
- Harga pokok penjualan = 80% x Rp. 2.000.000 = Rp. 1.600.000
- Harga jual kembali = 75% x Rp. 2.000.000 = Rp. 1.500.000
B. Pencatatan jurnal pembiasaan dan jurnal retur penjualan
Retur penjualan Rp. 2.000.000
Cadangan Retur Penjualan Rp. 2.000.000
Persediaan barang retur (taksiran) Rp. 1.500.000
Rugi dari retur penjualan Rp. 100.000
Harga Pokok Penjualan Rp.1.600.000
Seperti telah disebutkan bahwa saldo rekening cadangan retur penjualan dicantumkan dalam neraca mengurangi saldo piutang.
Apabila dalam awal tahun 2016 seorang pembeli mengembalikan barang yang dibelinya seharga Rp 800.000, maka jurnal yang dibentuk oleh PT MCC Sidoarjo yaitu sebagai berikut :
Cadangan Retur Penjualan Rp. 800.000
Piutang Dagang Rp. 800.000
Dari jurnal di atas sanggup dilihat bahwa bila retur penjualan benar-benar terjadi, maka rekening cadangan retur penjualan akan dihapuskan dengan meng-kredit rekening piutang dagang.
03. Kesimpulan
Demikian pembahasan perihal pencatatan jurnal retur penjualan dan jurnal belahan penjualan.
Dan untuk melengkapi keahlian Anda berbisnis, kenapa tidak segera melengkapi juga dengan ilmu sakti berikut ini : Accounting Tools & SOP Akuntansi Keuangan.
Bagaimana seni administrasi diskon perjuangan Anda?
***
Sumber https://manajemenkeuangan.net
0 Response to "Begini Cara Menghitung Dan Mencatat Jurnal Transaksi Diskon, Retur Penjualan"
Posting Komentar