iklan

Matematika Di Sekolah Terbatas

 Pembelajaran Matematika di sekolah sangat terbatas sehingga kebutuhan anak terhadap Matem Matematika di Sekolah Terbatas
Keberadaan Kursus Sangat Membantu Siswa. Pembelajaran Matematika di sekolah sangat terbatas sehingga kebutuhan anak terhadap Matematika belum seluruhnya terpenuhi. Keberadaan kursus-kursus Matematika ibarat Kumon, Sakamoto, Jarimatika, dan yang lainnya menjadi sarana yang membantu anak belajar.

Seperti diwartakan sebelumnya, semakin banyak berdiri forum kursus yang sebagian merupakan waralaba dari negara lain. Lembaga kursus tersebut memperlihatkan banyak sekali metode pembelajaran Matematika alternatif, ibarat Sakamoto, Kumon, Jarimatika, dan lain-lain.

Ketua Asosiasi Guru Matematika Indonesia, Firman, mengatakan, referensi pembelajaran Matematika di sekolah diakui masih kurang menyenangkan bagi anak. Hal itu dikarenakan pembelajaran Matematika di sekolah seolah- olah direduksi hanya kasus hitung-menghitung.

”Banyak anak yang mengartikan berguru Matematika itu menghafal rumus dan menghitungnya, kemudian selesai. Aktivitas yang bersifat mekanistik tersebut membosankan anak. Padahal, berguru Matematika ialah bagaimana anak dengan informasi yang ia bangkit bisa menuntaskan permasalahan,” ujarnya.

Prinsipnya yaitu pembangunan referensi pikir anak dalam memecahkan masalah.

Hanya saja, dengan adanya sistem penilaian yang dibangun pemerintah sekarang, mulai dari ulangan umun, ujian nasional [UN], dan seleksi masuk akademi tinggi negeri semuanya kemudian mengarah ke referensi mekanistis. Guru juga sibuk mempersiapkan murid semoga siap menghadapi banyak sekali ujian tersebut dengan drilling berlatih menjawab soal dengan benar dan cepat.

Abdul Hakim Gani, guru Matematika SMAN 17 Jakarta dan pengajar di sejumlah sekolah swasta, menyampaikan hal senada.

Belajar Kreatif

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan [KTSP] sebenarnya menyampaikan kesempatan kepada pembelajaran kreatif. ”Kesulitannya ialah adanya tuntutan banyak sekali ujian, sehingga larinya malah ke arah keterampilan. Tuntutan kurikulum malah sulit dipenuhi,” ujarnya.

KTSP yang disusun oleh guru sendiri sebenarnya memperlihatkan konsep semoga anak berkembang berdasarkan tingkat kemampuannya sendiri sehingga dimungkinkan percepatan atau remedial. Terutama remedial yang sangat penting dalam pembelajaran Matematika.

Dia berpendapat, jikalau anak berguru pada level pengetahuannya, anak tidak akan terlalu takut terhadap Matematika. ”Kalau anak berguru tidak sesuai dengan levelnya, anak ketakutan dan terjadi penumpukan materi yang tidak dikuasai,” katanya.

Sumarsono, guru SMPN 89 Jakarta Barat, berpendapat, berguru Matematika seharusnya diawali dengan proteksi motivasi. Guru, terutama, harus sanggup menggambarkan kepada anak didiknya manfaat berguru Matematika dalam kehidupan.

”Saya selalu menekankan kepada para murid, sadar atau tidak, mereka membutuhkan pelajaran tersebut,” ujarnya. Belajar Matematika juga dimulai dengan hal yang gampang dan beranjak ke materi lebih sulit.

Keberadaan kursus

Firman berpendapat, masih perlu diteliti lagi apakah keikutsertaan anak di forum kursus yang menyajikan metode Matematika alternatif tersebut besar lengan berkuasa kepada prestasi di bidang Matematika.

”Tetapi, berdasarkan pengalaman saya mengajar selama ini di sekolah menengah atas, biasanya anak yang kursus memiliki keterampilan berhitung sangat baik. Mereka lebih gampang melihat pola-pola dalam berguru Matematika,” ujarnya.

Kelebihan lain dari kemampuan menghitung cepat itu yaitu anak cenderung bermotivasi dan bersemangat berguru Matematika. ”Itu alasannya yaitu mereka bisa menuntaskan soal sulit dalam waktu cepat sehingga muncul rasa percaya diri,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Abdul Gani. ”Biasanya, terlihat perbedaan pada kemampuan awalnya atau entry behavior. Anak yang kursus Matematika sangat menguasai materi aritmatika,” ujar Abdul Gani.

Sumarsono berpendapat, metode berguru Matematika berbeda di sekolah pada umumnya dan di kawasan kursus. Di kawasan kursus, rasio tutor dan penerima lebih sedikit.

”Relasi serta komunikasi antara tutor dan penerima kursus lebih informal. Lingkungan dan metode berguru juga lebih bervariasi,” ujarnya.

Ini mungkin jadi materi pertimbangan kepada semua yang berurusan dengan matematika, baik itu guru, kepala sekolah, orang tua, kurikulum dan yang lainnya. [kompas.com]

Video pilihan khusus untuk Anda 😊 Masih menganggap matematika hanya hitung-hitungan semata, mari kita lihat kreativitas siswa ini;
 Pembelajaran Matematika di sekolah sangat terbatas sehingga kebutuhan anak terhadap Matem Matematika di Sekolah Terbatas


Sumber http://www.defantri.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Matematika Di Sekolah Terbatas"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel