Mengenal Konsep Dasar Teori Berguru Dienes (Zoltán Pál Dienes) By astagadragon Jumat, 15 Juni 2018 Add Comment Edit teori perkembangan intelektual Piaget dan konsep Pembelajaran Aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Oleh lantaran itu, semoga pemahaman Anda tentangi teori berguru Dienes lebih gampang Anda dapatkan, ada baiknya Anda pahami dulu teori perkembangan intelektuan Piaget dan PAKEM. Teori berguru Dienes yang menekankan pada tahapan permainan yang berarti pembelajaran yang diarahkan pada proses melibatkan anak didik dalam belajar. Hal ini berarti proses pembelajaran sanggup membangkitkan dan menciptakan anak didik bahagia dalam belajar. Zoltán Pál Dienes yakni seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya bertumpu pada Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa yang mempelajarinya. Dienes (dalam Ruseffendi, 1992) beropini bahwa intinya matematika sanggup dianggap sebagai studi wacana struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Seperti halnya dengan Bruner, Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang faktual akan sanggup dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa bila benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. Perkembangan konsep matematika berdasarkan Dienes (dalam Resnick, 1981) sanggup dicapai melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri dalam rangkaian aktivitas berguru dari kongkret ke simbolik. Tahap berguru yakni interaksi yang direncanakan antara yang satu segmen struktur pengetahuan dan berguru aktif, yang dilakukan melalui media matematika yang disain secara khusus. Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting alasannya yakni operasi matematika dalam permainan tersebut menawarkan hukum secara kongkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan bahwa objek-objek kongkret dalam bentuk permainan memiliki peranan sangat penting dalam pembelajaran matematika bila dimanipulasi dengan baik. Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1992:125-127), konsep-konsep matematika akan berhasil bila dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap berguru menjadi tahap, yaitu: 1.Permainan Bebas (Free Play) Dalam setiap tahap belajar, tahap yan paling awal dari pengembangan konsep bermula dari permainan bebas. Permainan bebas merupakan tahap berguru konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda. Selama permainan pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental dan struktur perilaku dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang dipelajari. Misalnya dengan diberi permainan block logic, anak didik mulai mempelajari konsep-konsep abnormal wacana warna, tebal tipisnya benda yang merupakan ciri/sifat dari benda yang dimanipulasi. 2.Permainan yang Menggunakan Aturan (Games) Dalam permainan yang disertai hukum siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya. Jelaslah, dengan melalui permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana struktur matematika itu. Makin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, akan semakin terang konsep yang dipahami siswa, lantaran akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajari itu. Menurut Dienes, untuk menciptakan konsep abstrak, anak didik memerlukan suatu aktivitas untuk mengumpulkan majemuk pengalaman, dan aktivitas untuk yang tidak relevan dengan pengalaman itu. Contoh dengan permainan block logic, anak diberi aktivitas untuk membentuk kelompok bangun yang tipis, atau yang berwarna merah, kemudian membentuk kelompok benda berbentuk segitiga, atau yang tebal, dan sebagainya. Dalam membentuk kelompok bangun yang tipis, atau yang merah, timbul pengalaman terhadap konsep tipis dan merah, serta timbul penolakan terhadap bangun yang tipis (tebal), atau tidak merah (biru), hijau, kuning). 3.Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities) Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam aktivitas menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan menstranslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi ini tentu dihentikan mengubah sifat-sifat abnormal yang ada dalam permainan semula. Contoh aktivitas yang diberikan dengan permainan block logic, anak dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi panjang yang tebal, anak diminta mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari benda-benda dalam kelompok tersebut (anggota kelompok). 4.Permainan Representasi (Representation) Representasi yakni tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para siswa memilih representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak, Dengan demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya abnormal yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari. Contoh aktivitas anak untuk menemukan banyaknya diagonal poligon (misal segi dua puluh tiga) dengan pendekatan induktif menyerupai gambar berikut ini. 5.Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization) Simbolisasi termasuk tahap berguru konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan memakai simbol matematika atau melalui perumusan verbal. Sebagai contoh, dari aktivitas mencari banyaknya diagonal dengan pendekatan induktif tersebut, aktivitas berikutnya memilih rumus banyaknya diagonal suatu poligon yang digeneralisasikan dari pola yang didapat anak. 6.Permainan dengan Formalisasi (Formalization) Formalisasi merupakan tahap berguru konsep yang terakhir. Dalam tahap ini siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat gres konsep tersebut, sebagai pola siswa yang telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika menyerupai aksioma, harus bisa merumuskan teorema dalam arti menunjukan teorema tersebut. Contohnya, anak didik telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika menyerupai aksioma, harus bisa merumuskan suatu teorema berdasarkan aksioma, dalam arti menunjukan teorema tersebut. Karso (1999:1.20) menyatakan, pada tahap formalisasi anak tidak hanya bisa merumuskan teorema serta membuktikannya secara deduktif, tetapi mereka sudah memiliki pengetahuan wacana sistem yang berlaku dari pemahaman konsep-konsep yang terlibat satu sama lainnya. Misalnya bilangan bundar dengan operasi penjumlahan penerima sifat-sifat tertutup, komutatif, asosiatif, adanya elemen identitas, dan memiliki elemen invers, membentuk sebuah sistem matematika. Dienes (dalam Resnick, 1981) menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton) berlangsung selama belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan bahan matematika secara kongkret semoga konsep matematika sanggup dipahami dengan tepat. Dienes beropini bahwa bahan harus dinyatakan dalam banyak sekali penyajian (multiple embodiment), sehingga belum dewasa sanggup bermain dengan majemuk material yang sanggup menyebarkan minat anak didik. Berbagai penyajian bahan (multiple embodinent) sanggup mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konsep. Menurut Dienes, variasi sajian hendaknya tampak berbeda antara satu dan lainya sesuai dengan prinsip variabilitas perseptual (perseptual variability), sehingga anak didik sanggup melihat struktur dari banyak sekali pandangan yang berbeda-beda dan memperkaya imajinasinya terhadap setiap konsep matematika yang disajikan. Berbagai sajian (multiple embodiment) juga menciptakan adanya manipulasi secara penuh wacana variabel-variabel matematika. Variasi matematika dimaksud untuk menciptakan lebih terang mengenai sejauh mana sebuah konsep sanggup digeneralisasi terhada konteks yang lain. Dengan demikian, semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, semakin terang bagi anak dalam memahami konsep tersebut. Berhubungan dengan tahap belajar, suatu anak didik dihadapkan pada permainan yang terkontrol dengan banyak sekali sajian. Kegiatan ini memakai kesempatan untuk membantu anak didik menemukan cara-cara dan juga untuk mendiskusikan temuan-temuannya. Langkah selanjutnya, berdasarkan Dienes, yakni memotivasi anak didik untuk mengabstraksikan pelajaran tanda material kongkret dengan gambar yang sederhana, grafik, peta dan jadinya memadukan simbolo-simbol dengan konsep tersebut. Langkah-langkah ini merupakan suatu cara untuk memberi kesempatan kepada anak didik ikut berpartisipasi dalam proses inovasi dan formalisasi melalui percobaan matematika. Proses pembelajaran ini juga lebih melibatkan anak didik pada aktivitas berguru secara aktif darinpada hanya sekedar menghapal. Pentingnya simbolisasi yakni untuk meningkatkan aktivitas matematika ke satu bidang baru. Dari sudut pandang tahap belajar, peranan guru yakni untuk mengatur berguru anak didik dalam memahami bentuk aturan-aturan susunan benda walaupun dalam skala kecil. Anak didik pada masa ini bermain dengan simbol dan hukum dengan bentuk-bentuk kongkret dan mereka memanipulasi untuk mengatur serta mengelompokkan aturan-aturan Anak harus bisa mengubah fase manipulasi kongkret, semoga pada suatu waktu simbol tetap terkait dengan pengalaman kongkretnya. Sebagai epilog tetap kita sampaikan bahwa kelebihan dan kekurangan sebuah teori akan kita temukan lebih banyak saat kita menerapkan teori tersebut kepada proses berguru mengajar yang sebenarnya. Contoh Proses Belajar Mengajar yang dianjurkan pada Kurikulum 2013, mungkin video berikut sanggup membantu kita dalam penerapan kuriulum 2013; Sumber http://www.defantri.com Share this post Berlangganan update artikel terbaru via email:
0 Response to "Mengenal Konsep Dasar Teori Berguru Dienes (Zoltán Pál Dienes)"
Posting Komentar