Hormon Pada Ruminansia
1) Hormon
Hormon berasal dari kata hormaein yang berarti menjadikan gairah. Hormon yakni zat organik yang dihasilkan oleh sel-sel khusus dalam tubuh, dirembeskan ke dalam peredaran/sirkulasi darah, dengan jumlah sangat kecil (sedikit), sanggup merangsang sel-sel tertentu dalam badan untuk berfungsi. Sel-sel badan yang memproduksi hormon disebut dengan kelenjar endokrin. Kelenjar-kelenjar endokrin tersebut, sedikit atau banyak mempunyai hubungan/keterlibatan eksklusif dengan proses-proses reproduksi, alasannya yakni sistem endokrin bekerja secara konser (bersama-sama) atau saling menunjang dan terkait.
Pada ternak, kurang lebih ada sepuluh kelenjar endokrin, yaitu :
- Hypothalamus.
- Hypophyse.
- Thyroid.
- Parathyroid.
- Pancreas.
- Adrenal.
- Gonat (Testes dan Ovarium).
- Plasenta.
- Thymus.
- Membran mukosa usus.
Tujuan utama perjuangan peternakan yakni untuk menghasilkan ternak yang sanggup tumbuh dan berproduksi cepat serta ekonomis. Perlu diketahui bahwa laktasi dan produksi telur (pada unggas) juga kepingan dari proses produksi. Pertumbuhan dan reproduksi, keduanya dikendalikan oleh kerja hormon. Supaya reproduksi tersebut efisien, semua hormon harus berfungsi secara baik. Dengan demikian, badan akan berada dalam keadaan homeostatis. Namun demikian, pada kepingan ini hanya akan dibahas hormon yang terlibat dalam reproduksi.
Selama 20 tahun terakhir ini, terdapat perkembangan yang sangat pesat dalam pengetahuan kita wacana hormon yang mengontrol reproduksi sesudah diketemukannya teknik analisis yang sangat sensitive. Teknik tersebut antara lain yakni pengikat protein dan radioimmunoassay untuk memilih kadar hormon dalam darah. Perkembangan pengetahuan hormon yang terakhir yakni dengan diketemukannya receptor-assay.
2) Jenis dan Fungsi Hormon
Hormon menciptakan suatu reaksi tetapi tidak menjadi kepingan integral dari reaksi tersebut. Dalam suatu rantai kegiatan, sebuah kelenjar sanggup menghasilkan hormon yang mensetimulir kelenjar lain untuk menghasilkan hormon kedua, bahkan sanggup menstimulir kelenjar ketiga untuk menghasilkan hormon sebelum sasaran organ final terstimulir. Selain itu, juga terjadi interaksi antara hormon yang merupaka produk final yang menekan produksi kelenjar produsen.
Hormon sanggup diklasifikasikan dalam beberapa cara. Berdasarkan struktur kimianya, hormon sanggup dibagi dalam tiga kelas, yaitu :
a) Hormon protein atau polypeptida.
Hormon ini terbentuk dengan mengikat sejumlah asam amino dan berat molekulnya antara 300 hingga 70.000. Hormon ini larut dalam air, terdenaturasi oleh enzim, asam kuat, basa besar lengan berkuasa atau panas yang sanggup menginaktifkan fisiologinya. Agar aktif secara fisiologis, maka hormon ini sebaiknya diberikan secara sistemik (intra vena, intra muskuler atau sub kutan) dibandingkan secara oral.
b) Hormon steroid
Steroid yakni kelas khusus lipida yang mempunyai konfigurasi tetrasiklik. Berat molekulnya antara 300 – 400. Semua hormon steroid mempunyai kholesterol sebagai perkursor. Hormon steroid tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter dan pelarut lain yang sanggup mengekstraksi lipida dari jaringan atau darah. Beberapa steroid sanggup diserap melalui terusan gastrointestinal, tetapi efektifitasnya biasanya agak berkurang jikalau dibandingkan bila diberikan secara parenteral. Estrogen natural biasanya lebih efektif daripada progresteron natural atau androgen jikalau diberikan secara oral.
c) Hormon derivat phenol
Hormon ini mempunyai berat molekul 400, misalnya epenephrine yang disekresi oleh modula adrenal dan thyroxine yang disekresikan oleh kelenjar thyroid. Hormon kelas tiga ini yakni hormon reproduksi sekunder.
Menurut cara kerjanya, hormon-hormon reproduksi sanggup dibagi dalam 2 kelompok, yaitu hormon-hormon reproduksi primer dan hormon-hormon reproduksi sekunder. Hormon-hormon reproduksi primer secara eksklusif mensugesti aspek reproduksi ibarat spermatogenesis, ovulasi, kelakuan kelamin, fertilisasi, pengangkutan ovum, implantasi, kebuntingan, kelahiran, laktasi dan kelakuan induk. Sedangkan hormon-hormon sekunder diharapkan untuk mempertahankan dan kesejahteraan umum serta keadaan metabolik suatu organisme yang memungkinkan terjadinya reproduksi. Pada umumnya kelompok hormon ini mensugesti pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme serta bersifat permisif dalam kerjanya reproduksi. Artinya hormon-hormon ini mempertahankan keadaan metabolik individual dan memberi imbas penuh pada hormon-hormon reproduksi primer. Oleh alasannya yakni itu, reproduksi yakni hasil kerjasama banyak sekali kerja endokrin terhadap organ sasaran dan reaksi-reaksi khusus di dalam tubuh.
Hormon juga sanggup dikelompokkan berdasarkan kawasan asalnya, yaitu hypothalamus, hypophyse, gonad (testes dan ovarium) dan beberapa lainnya ibarat prostaglandin dari uterus, majemuk hormon dari plasenta atau yang dihasilkan oleh unit plasenta fetus selama kebuntingan. Gambar 19. memperlihatkan secara sekematis sistem kontrol utama yang mengatur reproduksi. Sedangkan Tabel 5. memperlihatkan kelenjar endokrin, hormon penting dan fungsinya dalam proses reproduksi. Pengelompokan ini bertujuan untuk menyederhanakan, alasannya yakni reproduksi yakni suatu sistem yang kompleks yang di dalamnya sistem syaraf-endokrin berinteraksi di antara komponen-komponennya, gonad dan bagian-bagian lain sistem reproduksi.
Hipothalamus merupakan kepingan otak yang terletak di atas kelenjar hipophise. Bagaimana hipothalamus mengatur kegiatan dari hipophise anterior? Neuron dari kelenjar tersebut mensintesis hormon yang merangsang atau menekan dikeluarnya hormonhormon hipophise. Hormon-hormon ini dikeluarkan dari terminal syaraf dan berdifusi masuk ke dalam kapiler-kapiler dari hypothalamus-hypophyseal portal system (Gambar 19.)
Hormon-hormon hipothalamus diketahui sebagai hormon/faktor pelepas atau penghambat. Hormon yang eksklusif bekerjasama dengan reproduksi yakni Gonadotrophin Releasing Hormon . Faktor (GnRH/GnRF) yang mengakibatkan dilepaskannya Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Perlu diingat bahwa ada satu hormon pelapas untuk FSH dan LH. Untuk prolaktin atau PRL atau Luteotrophic Hormone/LTH terdapat satu hormon penghambat (PIH/PIF). GnRH merupakan peptida kecil (dibentuk oleh 10 macam asam amino) dan telah sanggup disentesis secara buatan. PIH belum sanggup diisolasi, tetapi telah diyakini merupakan dopimina. Diperkirakan semua hormon hipothalamus yakni peptida kecil.
Hormon dari hipofise anterior yang bekerjasama dengan reproduksi diketahui merupakan gonadotrophin (gonad loving). Hormon-hormon ini merupakan FSH dan LH. Semua hormon hipophise anterior yakni glikoprotein dan mempunyai struktur yang rumit. Hormon tersebut belum sanggup disintesis secara buatan.
Hipophyse posterior menyimpan dan mengeluarkan 2 jenis hormon yang dihasilkan oleh neuron tertentu dalam hipothalamus, yang aksonnya menjalar dari hipothalamus hingga ke hipophise. Oksitosin merupakan salah satu yang bekerjasama dengan reproduksi. Kedua hormon tersebut merupakan peptida dengan 9 macam asam amino dan sanggup disintesis secara buatan.
Hormon utama yang dihasilkan oleh testes yakni androgen (termasuk testosteron) dan estrogen, ditambah sejumlah besar protein termasuk inhibin. Inhibin yang baru-baru ini sanggup dipurifikasi yakni protein kecil. Sel int3st1sial dan sel leydig dari testes menghasilkan steroid, sedangkan inhibin dibuat oleh sel setroli (steroid berasal dari asetat dan kholesterol).
Hormon utama dari ovarium yaitu estrogen, androgen dan protein, sperti inhibin, disintesis oleh sel-sel dari folikel dan juga progresteron yang dihasilkan oleh corpus luteum (CL). CL juga sekurang-kurangnya menghasilkan 2 hormon polipeptida yaitu relaksin (terutama selama masa kebuntingan) dan oksitosin.
Prostaglandin (PGF2α) merupakan sekelompok lemak yang larut dalam asam yang banyak ditemui hampir diseluruh kepingan dari tubuh. PGF2α dihasilkan oleh uterus dan ditransportasikan oleh suatu mekanisme arus balik (counter-curent mechanism) ke ovarium. PGF2α dan PGE2α juga dihasilkan oleh folikel-folikel sebelum ovulasi.
Harus dicatat bahwa protaglandin berbeda dengan hormon biasa dalam hal fungsinya sebagai hormon lokal yang sangat kuat, efektif pada atau akrab lokasi pembentukkannya. Konsentrasinya dalam darah rendah (dibandingkan dengan hormon lain) alasannya yakni cepat dipecah di paru-paru dan di hati.
Hormon dari plasenta yang termasuk steroid dan chorionic gonadotrophin akan dibahas dalam topik kebuntingan.
0 Response to "Hormon Pada Ruminansia"
Posting Komentar