3 Tips Mengatasi Keterbatasan Laporan Keuangan
Daftar isi
Keterbatasan Laporan Keuangan sanggup terjadi dikala menyusun laporan keuangan.
Sifat dan keterbatasan laporan keuangan timbul alasannya beberapa alasan yang terkadang sulit untuk dihindari.
Dampak keterbatasan laporan keuangan bagi pengguna laporan keuangan sanggup berakibat fatal.
Misalnya salah mengambil keputusan strategis alasannya kurang akuratnya data yang digunakan.
so, bagaimana cara mengatasi keterbatasan laporan keuangan?
Ikuti pembahasannya berikut ini…
Keterbatasan Laporan Keuangan
Keterbatasan laporan keuangan bukan berarti tidak sanggup dihilangkan atau dikurangi.
Namun dengan perjuangan yang sungguh-sungguh dan kreatifitas yang terukur, keterbatasan laporan keuangan itu sanggup di-minimalisir dan diatasi.
So cool aja 🙂
Apa saja keterbatasan laporan keuangan itu?
Paling tidak ada 3 keterbatasan laporan keuangan yang biasa terjadi, yaitu:
Keterbatasan #1. Cukup Berarti (Materiality)
Pada dasarnya akuntansi disusun di atas landasan dasar teori yang akan diterapkan untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi dalam sebuah bisnis dengan metode tertentu tertentu.
Masih ingat kan cara mencatat transaksi ke jurnal umum?
Masih ingat juga kan bagaimana meng-input nilai sebuah transaksi ke sisi debit dan sisi kredit?
sedikit saya review lagi ya…
Cara untuk mencatat transaksi keuangan dan bisnis ke dalam jurnal umum & jurnal khusus berpedoman pada konsep persamaan dasar akuntansi.
Dalam konsep akuntansi dasar tersebut menjelaskan bahwa:
Aktiva yakni kombinasi unik dari kewajiban atau utang dengan modal atau ekuitas.
dan bila dituliskan dengan memakai persamaan matematika sederhana yakni sebagai berikut:
Aktiva = Utang + Modal
Semua transaksi yang dilakukan perusahaan akan mempengaruhi 3 elemen pokok tersebut.
Dampak setiap transaksi bisnis terhadap 3 elemen tersebut berbeda-beda.
Ada transaksi yang berpengaruhi meningkatkan jumlah elemen tersebut, tapi sebaliknya ada juga yang kuat menurunkan jumlah elemen tersebut.
Kok bisa?
Iya bisa, alasannya satu transaksi bisnis, paling tidak akan mempengaruhi 2 elemen tersebut, dan sifatnya harus balanced.
Maka dalam pembukuan dikenallah prinsip debit kredit.
Apa itu kredit?
Pengertian kredit adalah jumlah yang dimasukkan ke sisi kanan suatu akun atau rekening sebuah elemen di atas.
sedangkan pengertian debit yakni jumlah yang dimasukkan ke sisi kiri dari suatu akun atau rekening dari elemen di atas.
Jadi cukup terang ya…
Oke, kita lanjutkan pembahasannya…
Perlu diperhatikan, walaupun sudah memakai metode menyerupai di atas, namun demikian dalam pelaksanaannya tidak semua transaksi diperlakukan sesuai dengan teori.
Biasanya transaksi-transaksi yang jumlahnya cukup besar diperlakukan sesuai dengan teori.
Tapi untuk transaksi-transaksi yang jumlahnya kecil dan tidak akan mempengaruhi pos-pos lain sanggup diperlakukan menyimpang.
♣
Yang menjadi duduk masalah adalah:
Berapakah jumlah yang dianggap cukup besar sehingga perlu dipertimbangkan?
Untuk menciptakan batasan terhadap istilah cukup berarti, suatu laporan, fakta atau elemen dianggap cukup berarti:
jika alasannya adanya dan sifatnya akan mempengaruhi atau mengakibatkan timbulnya perbedaan dalam pengambilan suatu keputusan, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan lain yang ada.
Masih resah apa maksudnya?
nyante aja 🙂
lanjutkan bacanya ya.
Jadi begini…
Bila laporan, fakta atau elemen maka menurut itu tidak mempengaruhi atau mengakibatkan timbulnya perbedaan dalam bidang pengambilan keputusan maka jumlahnya tidak cukup berarti.
Berdasarkan anutan umum, ada 2 (dua) aspek untuk menentukan apakah sesuatu itu cukup berarti atau tidak, yaitu:
1. Aspek Kuantitatif
Pengertian aspek kuantitatif yakni suatu aspek yang mendasarkan pada jumlah absolut, contohnya jumlah rupiah atau menurut pada nilai relatif.
Contoh lain yakni dinyatakan dengan suatu persentase laba higienis perusahaan dari modal dan lain sebagainya.
2. Aspek Kualitatif
Pengertian aspek kualitatif yakni aspek yang mempertimbangkan karakteristik dan lingkungan.
Karakteristik dari perusahaan seperti:
- Besar kecilnya perusahaan
- Struktur modal
- Karakteristik dari elemen itu sendiri.
Seperti sifatnya, waktunya hubungannya dengan pendapatan dan karakteristik dari kecerdikan – kecerdikan akuntansi yang digunakan.
Sebagai kesimpulan, konsep materialitas yakni konsep akuntansi yang menyarankan bahwa kesalahan sanggup diperlakukan dengan cara yang paling mudah.
Keterbatasan #2. Konservatif
Pengertian konservatif dalam akuntansi ni merupakan perilaku yang diambil oleh akuntan dalam menghadapi dua atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan keuangan.
Apabila tersedia lebih dari satu alternatif maka:
“sikap alternatif ini cenderung menentukan alternatif yang tidak akan menciptakan aktiva dan pendapatan terlalu besar”
Sikap konservatif ini gres akan menimbulkan duduk masalah jikalau ada lebih dari satu alternatif atau sanggup juga timbul dalam hal suatu jumlah itu belum sanggup dipastikan.
Mengapa dan kapan timbulnya perilaku konservatif?
Izinkan saya sedikit bercerita…
Sikap konservatif ini berasal dari sejarah perkembangan akuntansi di masa lalu.
Pada dikala itu, bermula dari sebuah kepentingan penyusunan laporan keuangan yang ditujukan pada para kreditor.
Untuk menjaga keamanan proteksi dari kreditur, pengutamaan pada penyusunan laporan keuangan yakni pada jumlah aktiva.
Lebih baik aktiva dinyatakan terlalu kecil dibanding dengan menyatakannya dengan jumlah yang terlalu besar.
Di samping menentukan jumlah yang rendah jikalau ada alternatif, perilaku konservatif ini juga mengatur kenaikan nilai aktiva dan keuntungan yang diharapkan, dilarang dicatat sebelum direalisasikan
Dalam arti dijual dan penurunan nilai aktiva dan rugi yang diperkirakan akan timbul harus dicatat walaupun jumlahnya belum sanggup ditentukan.
Beberapa pola metode yang didasarkan pada perilaku konservatif:
- Penggunaan harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah (lower of cost or market) dan
- Pengakuan rugi dalam kontrak pembelian.
Cara ini mengakibatkan penyajian informasi yang bias, yaitu cenderung ke satu arah, lebih besar atau lebih kecil.
Keterbatasan #3. Sifat Khusus Suatu Industri
Industri-industri yang memiliki sifat-sifat khusus menyerupai bank, asuransi dan lainnya seringkali memerlukan prinsip akuntansi yang berbeda dengan industri dan jenis perusahaan umum lainnya.
Alasan lainnya, alasannya adanya peraturan-peraturan dari pemerintah.
Dengan alasan-alasan terhadap industri-industri khusus tersebut, maka akan menimbulkan adanya prinsip-prinsip akuntansi tertentu yang berbeda dengan prinsip akuntansi berlaku umum (PABU).
Sampai di sini cukup terang ya?
Okelah sip.
Dan demikian yang sanggup saya sampaikan ihwal 3 cara mengatasi keterbatasan laporan keuangan.
Bagaimana dengan Laporan Keuangan Perusahaan daerah Anda berkarya?
Adakah keterbatasan yang timbul dan bagaimana tips dan trik cara mengatasi keterbatasan tersebut?
Ditunggu sharing-nya.
***
Sumber https://manajemenkeuangan.net
0 Response to "3 Tips Mengatasi Keterbatasan Laporan Keuangan"
Posting Komentar