Filsuf Spinoza
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak sanggup dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis, zaman modern dimulai semenjak adanya krisis zaman pertengahan selama dua kurun (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan kurun ke-14). Tujuan utamanya yaitu merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan aliran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang serasi dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah insan dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak menawarkan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang nyata dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah.
Pada masa itu pula terdapat upaya insan untuk memberi tempat kepada nalar yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar lantaran adanya suatu keyakinan bahwa nalar niscaya sanggup menerangkan segala macam dilema yang diharapkan juga pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan memakai akalnya.
Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan nalar akan sanggup diharapkan lahir dunia gres yang penghuninya sanggup merasa puas atas dasar kepemimpinan nalar yang sehat. Aliran yang menjadi pendahuluan aliran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret.
Bermula dari William Ockham (1295-1349), yang mengetengahkan Via Moderna (jalan modern) dan Via Antiqua (jalan kuno). Akibatnya insan didewa-dewakan, insan tidak lagi memusatkan pikirannya kepada Tuhan dan Surga. Akibatnya, terjadi perkembangan ilmu pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu yang mengagumkan. Di sisi lain, nilai filsafat merosot lantaran dianggap ketinggalan zaman. Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat kurun ke-20, muncullah aneka macam aliran pemikiran.
Ajaran Agama Hindu mengajarkan wacana pengetahuan yang mutlak wacana Tuhan atau alam material. Dimana dalam Bhagavadgita disebutkan kekuatan tertinggi terdapat pada alam semesta atau jagad raya ini.
Ajaran-ajaran dalam agama Hindu tersebut kalau dihubungkan dengan para filsuf-filsuf dunia akan menjadi suatu kaitan seolah-seolah menjadi ide bagi perkembangan filsafat ilmu di dunia barat maupun timur. Keadaan ini seolah-olah menciptakan perkembangan filsafat menjadi sangat global.
Hubungan antara filsafat barat dan timur bekerjsama menjadi yang utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Disadari atau tidak, hal tersebut menjadi satu titik tolak kalau dipandang dari aneka macam aspek yang saling berkaitan. Dalam hal ini penulis ingin menghubungkan wacana filsafat barat berdasarkan B. Spinoza dengan filsafat timur yang terdapat dalam aliran pustaka suci Bhagavadgita yang menjadi cuilan dari Catur Veda Samhita. Pembagian Catur Veda Samhita yaitu Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda dan Atharva Veda. Dimana didalamnya membahas aneka macam sumber pengetahuan wacana norma-norma, etika, penciptaan alam semesta, reinkarnasi dan lain-lain. Masalah yang ingin dihubungkan antara filsafat B.Spinoza dengan Pustaka Suci Bhagavadgita yaitu “Tuhan atau Alam Semesta sebagai sumber segala kekuatan yang terdapat di dalam kehidupan Manusia”.
BAB II
PEMBAHASAN
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677. Nama aslinya yaitu Baruch Spinoza. Setelah ia mengucilkan diri dari agama Yahudi, ia mengubah namanya menjadi Benedictus de Spinoza. Ia hidup dipinggiran kota Amsterdam (Solomon, 1981;71)
Baruch de Spinoza ( 1632 – 1677 ) yaitu orang yahudi yang melarikan diri ke spanyol Amsterdam jawaban terjadinya konflik keagamaan di sana. Semula ia di harapkan keluarganya menjadi Rabbi. Namun ia menciptakan murka komunitas Yahudi dan keluarganya lantaran pada usia 18 tahun Spinoza mencurigai kitab suci sebagai wahyu Allah, mengecam posisi para imam Yahudi, serta mempertanyaakan kedudukan bangsa Yahudi sebagai “ umat pilihan Yahweh “ dan keterlibatan Allah secara langsung dalam sejarah manusia. Akibatnya pada tahun 1656, ia di usir oleh keluarganya dan di kucilkan oleh komunitasnya dengan aneka macam cacian dan kutukan yang antara lain berbunyi “ terkutuklah ia ( Spinoza ) pada siang dan malam hari, terkutuklah ketika ia berbaring dan bangun, terkutuklah kedatangan dan kepergianya; semoga Allah tidak akan pernah sudi mengampuninya dan semoga murka-Nya turun atas orang ini ”.
Tidak usang sehabis itu, Spinoza menderita penyakit TBC. Karena mengalami percobaan pembunuhan oleh seorang Yahudi fanatic, Spinoza meninggalkan Amsterdam dan pergi ke Den Haag ( 1670 ). Di kota tersebut ia hidup sederhana ( tidak merokok, jarang minum anggur, makan bubur encer, dan minum sedikit susu ). Dan seruan untuk mengajar di Universitas Heidelberg. Perguruan tinggi paling populer di Jerman ketika itu, ditolaknya, semoga ia terhindar dari publikasi dan tidak merasa terikat ( 1673 ).
Spinoza mencari nafkah dengan bekerja sebagai pengasah lensa kacamata dan menjadi guru langsung pada keluarga kaya. Kemudian ia, berkenalan dengan tokoh-tokoh partai politik Belanda ketika itu, ibarat Jan de Witt. Spinoza sempat di kunjungi Leibnez, beberapa waktu sebelum penyakit TBC yang di deritanya semakin kronis dan merenggut nyawanya pada usia 47 tahun ( 1677 ).
Baruch de Spinoza (24 November 1632 – 21 Februari 1677) adalah filsuf keturunan Yahudi dari keluarga yang bermigrasi ke Belanda. Pikiran-pikirannya berakar dalam tradisi Filsafat Yahudi yang dirintis semenjak Philo yang menggabungkan agama Yahudi dengan Filsafat Yunani. Ciri pokok pemikiran Yahudi yaitu perjuangan memadukan ilmu pengetahuan dan mistik.
Persoalan pertama yang menggangu pemikiran Spinoza aialah semenjak usang dan begitu kuatnya anutan orang kristen yang mempercayai imaterialisme, termasuk imortalitasnya jiwa dan adanya Tuhan. Ini membingungkan lantaran sudah semenjak usang pula orang yunani beranggapan bahwa yang ada hanyalah materi materi (material stuuf), jadi mereka ini materialis. Sekarang yang menjadi kiprah filusuf untuk menjelaskan sosok-sosok immaterial ibarat jiwa, Tuhan, dahn sebagainya itu. Dengan kata lain bagaimana menyelesaikan persoalan yang bertentangan antara imaterialisme dan meterialisme. Dalam metafisika, Descartes, contohnya ia memulai dengan mengakui adanya dua macam substansi yang dicipta ; fisik dan mental dan hanya ada satu yang tidak dicipta; tuhan. Leibniz pergi lebih jauh tatkala ia menyampaikan bahwa yang ada hanyalah substansi imaterial. Posisi ini kini disebut idealisme. Didalam filsafat modern, materialisme dan idealisme sudah bertarung selama tiga kurun (Solomon;72). Ajaran idealisme bertumpu pada agama, sementar meterialisme bertumpu pada sains.
Dengan adanya kemajuan sains, sudah umum adanya anggapan bahwa alam semesta ini yaitu sebuah mesin raksasa, mungkin diciptakan oleh tuhan, tetapi ternyata dalam kasus-kasus tertentu mekanismenya itu sanggup dikoordinasikan dan diperhitungkan. Newton contohnya menemukan hukum gerak yang kaulitas, sementara kepercayaan kepada kebijakan tuhan mengatur alam masih ada. Ini sungguh-sungguh merupakan suatu pertanyaan yang menjadi beban metafisikawan untuk menjawabnya.
Baik Spinoza maupun Leibniz tertarik untuk urun rembuk menjawab pertanyaan ini. Mereka menyadari persoalan-persoalan itu. Kedua orang ini, juga Descartes, yaitu orang-orang yang bergama. Mereka menerima deduksi Descartes. Mereka juga mengikuti pentingnya konsep substansi. Akan tetapi aneh, Spinoza muncul menjadi seorang monis, Leibniz pluralis.
Beberapa pendapat Spinoza dalam metafisika, ibarat dalam geometri, Spinoza memulai dengan meletakkan definisi. Beberapa referensi definisi-definisi ini yang digunakannya dalam menciptakan kesimpulan-kesimpilan dalam metafisika (Solomon;73). Beberapa definisi tersebut yaitu I. Sesuatu yang sebabnya pada dirinya, saya maksudkan esensinya mengandung eksistensi, atau sesuatu yang hanya dipahami sebagi ada. II. Sesuatu dikatakan terbatas bila ia sanggup dibatasi oleh sesuatu yang lain; contohnya tubuh kita terbatas, yang membatasinya ialah besarnya tubuh kita itu. III. Substansi ialah sesuatu yang ada dalam dirinya, dipahami melalui dirinya, konsep sanggup dibuat tentangnya bebas dari yang lain. IV. Yang saya maksud dengan atribut (sifat) ialah apa yang sanggup difahami sebagai menempel pada esensi substansi. V. Yang saya maksud dengan mode ialah perubahan-perubahan pada substansi VI. Tuhan yang saya maksud ialah yang tak tebatas secara absolute (mutlak). VII. Sesuatu saya sebut bebas ialah sesuatu yang ada sendirian, bukan disebabkan oleh yang lain, dan tindakanya ditentukan olehnya sendiri. VIII. Yang saya maksud dengan kekekalan (eternity) ialah sifat pada keberadaan itu tadi.
Dalam aliran pustaka suci Bhagavadgia VII.5 menyebutkan :
Apareyam itas tv anyam prakrtim viddhi ma param
Jiva-bhutam maha-baho yayedam dharyate jagat
Wahai Arjuna yang berlengan perkasa, disamping tenaga-tenaga tersebut, ada pula tenaga-Ku yang lain yang bersifat utama, terdiri dari makhluk hiudp yang memakai sumber-sumber alam material yang rendah tersebut.
Dalam Sloka Bhagavadgita diatas disebutkan dengan terang bahwa para mahluk hidup yaitu cuilan dari alam utama (atau tenaga utama) Tuhan Yang Maha Esa. Tanaga yang rendah yaitu alam terwujud dalam aneka macam unsur, yaitu ; tanah, air, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan, dan keakuan yang palsu. Kedua bentuk alam material, yaitu ; bentuk agresif (tanah dan sebagainya) dan halus (pikiran dan sebagainya), dihasilkan dari tenaga rendah. Para mahluk hidup yang memerah tenaga-tenaga rendah tersebut untuk aneka macam tujuan, yaitu tenaga utama TuhanYang Maha Esa, dan oleh lantaran tenaga tersebut, seluruh dunia material berjalan. Manifestasi alam semesta tidak berdaya untuk bergerak kecuali digerakkan oleh tenaga utama, yaitu mahluk hidup. Tenaga-tenaga selalu dikendalikan oleh sumber tenaga. Karena itu, para mahluk hidup selalu dikendalikan oleh Tuhan-para mahluk hidup tidak memiliki keberadaan tersendiri. Para mahluk hidup tidak pernah memiliki kekuatan yang sama dengan kekuatan Tuhan, ibarat yang dibayangkan oleh orang yang kurang cerdas.
Cobalah perhatikan, apa perbedaan definisi itu dari pada yang telah diajukan oleh aristoteles/ contohnya definisi substansi sebagai dasar stuff. Begitu juga mengenai atribut dan mode; atribut yaitu karakteristik substansi, dan mode yaitu perubahan-perubahan pada atribut. Sebab pada dirinya sendiri sama dengan aktivis pertama pada Aristoteles. Akan tetapi ada perbedaan yang amat prinsip : “pengerak” pada Spinoza identik dengan alam semesta, dan “Tuhan” pada Spinoza kira-kira sama dengan “memikirkan dirinya sendiri” pada aristoteles. Akan tetapi, dasar pijakpermulaan seluruh sistemnya (Spinoza), sebagaimana tergambar didalam definisi dan aksioma, sama dengan pengertian substansi pada Aristoteles ibarat pada metafisika lama, Spinoza beropini bahwa apa saja yang benar-benar ada, maka adanya itu harus kekal (Definisi VIII). Sama halnya dengan tatkala ia berbicara dalam astronomi, definisi selalu diikuti oleh aksioma. Aksioma yaitu suatu kebenaran yang tidak memerlukan pembelaan. Dalam geometri, referensi aksioma ialah ; jarak terdekat antara dua titik ialah garis lurus. Cobalah lihat aksioma-aksioma yang dipasangnya dalam metafisika sebagai berikut : I. Segala sesuatu yang ada, dalam dirinya atau ada dalam sesuatu yang lain. II. Sesuatu yang tidak sanggup dipahami melalui sesuatu yang lain harus dipahami melalui dirinya sendiri. III. Dari suatu sebab, tentu diikuti akibat; bila tidak ada sebab, mustahil akan ada jawaban yang mengikutinya. IV. Pengetahuan kita wacana jawaban ditentukan oleh pengetahuan kita wacana sebab. V. Sesuatu yang tidak biasa dikenal umum tidak sanggup dipahami; konsep wacana sesuatu tidak melibatkan konsep wacana yang lain. VI. Idea yang benar harus sesuai dengan objeknya. VII. Bila Sesuatu sanggup dipahami sebagai tidak ada, maka esensinya tidak ada. Melihat pada aksisoma diatas ada yang agak janggal. Itu disebabkan oleh aksioma ini menyangkut masalah metafisika. Aksioma-aksioma itu biasanya didasarkan atas definisi. Misalnya : Aksioma I berdasar akan Definisi I Berdasarkan definisi dan aksioma itu Spinoza mulai menandakan proporsisi-proporsisinya. Inilah beberapa proposisi yang disusunnya.Prop. I. Substansi mesti mendahului modifikasinya. Bukti Ini terang dari Definisi III dan V Prop. II Dua Substansi yang atributnya berbeda tidak akan memiliki persamaan. Bukti Juga terang dari Definisi III lantaran sesuatu harus ada dalam dirinya sendiri dan dipahami melalui dirinya sendiri. Dengan kata lain, konsep wacana sesuatu tidak sama dengan konsep wacana sesuatu yang lain. Dan seterusnya.
Didalam literatur (Solomon: 76), referensi proporsisi itu cukup banyak. Masalah pokok bekerjsama sederhana: bila terdapat lebih dari satu substansi, maka diantara mereka mustahil ada hubungan. Dengan deduksi ini berarti substansi itu hanya satu. Sekarang metafisika ini kelihatan rumit.
Akan tetapi, didalam kerumitan itu kita sanggup menelusurinya dengan cara memegang pertanyaan ini: Berapa banyak bekerjsama substansi itu berdasarkan Spinoza? Jawabnya: satu. Jadi, ia memonis, sama dengan tokoh-tokoh pra-Socrates. Descartes, moyangnya yang amat dekat, membagi substansi menjadi tiga, yaitu tubuh (bodies), jiwa dan Tuhan. Spinoza, berdasarkan cara ia menyimpulkan, menyatakan hanya ada satu substansi; bodies dan mind yaitu atribut yang satu itu. bodies dan mind bukan substansi yang berdiri sendiri, jadi, wacana “Apa substansi itu?” ia tenetu menjawab, “satu substansi yang tak terbatas.” Tentang keseluruhan sifatnya kita tidak tahu. Kitahnya tahu bahwa sifatnya ialah ; bodies dan mind. Pertanyaan selajutnya, “bagaimana substansi itu berinteraksi bila mereka terpisah? Jelasnya, bagaimana mereka berinteraksi sehingga terbentuk tubuh seseorang, misalnya. Bagi Spinoza, lantaran substansi hanya satu, dilema ini tidak muncul. Pertanyaan ini tidak muncul. Pertanyaan selajutnya, ” bagaimana kita membedakan atribut, bodies dan mind?” Jawaban Spinoza mengejutkan: “ Anda hanyalah satu cuilan dari substansi kosmik (universe).” Kaprikornus apa perbedaan body saya dari body Anda yaitu satu dilema yang tidak perlu dijawab. Jadi, hanya ada satu mind, tetapi bukan mind individual. Akan tetapi, alam semesta yaitu juga Tuhan (Solomon: 79). Disini kita bingung. Rupanya Spinoza itu kafir. Dengan proporsisi (Prop. X) Spinoza telah menandakan bahwa Tuhan, substansi, dan penyebab dalam dirinya, ketiga-tiganya ini identik (Prop. X, lihat Solomon: 78). Dalam Prop. XIV ia menuliskan, “ Selain Tuhan, tidak ada substansi yang sanggup dipahami. “ ini berarti bahwa Tuhan dan alam yaitu satu dan sama. Posisi ini disebut panteisme (secara harfiah berarti semua yaitu tuhan). Jadi, ia menentang baik Yahudi maupun Kristen. Ya, Spinoza percaya kepada Tuhan, tetapi Tuhan yang dimaksudkanya yaitu alam semesta ini. Tuhan Spinoza itu tidak berkemauan, tidak melaksanakan sesuatu, tak terbatas (ultimate). Tuhan itu tidak memperhatikan sesuatu, juga tidak memperdulikan manusia. Inilah klarifikasi logis wacana tuhan yang bahkan Newton hingga terkejut oleh pernyataan itu. Ini tidak sanggup diartikan bahwa Spinoza itu materialis. Ia hanya mengatakan, itulah yang sanggup diketahui wacana tuhan. Akibatnya, tindakan insan dan tuhan tidak bebas. Dimana-mana didalam alam semesta ini niscaya sebagaimana ia mestinya; semuanya sudah ditentukan.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas tidak sanggup di pungkiri bahwa Spinoza yaitu seorang pemikir yang logis, konsisten, dan konsekwen. Dari satu prinsip utama (Tuhan-alam) ia secara deduktif mendasarkan semua hal lain. Spinoza mengajarkan bahwa insan merupakan satu kesatuan utuh; satu substansi yang memiliki dua aspek yakni “ jiwa “ dan “ tubuh “. Dalam hal ini, Spinoza termasuk pemikir yang menawarkan dukungan pengertian yang tepat wacana insan sebagai (suatu) mahluk yang berdimensi jamak. Masalah utamanya justru teletak dalam dasar seluruh bangunan filsafatnya, yaitu menyamakan Tuhan dengan alam. Tuhan atau alam yaitu satu-satunya substansi, sedangkan yang lain yaitu perwujudan atau cara keberadaan (modi) dari Tuhan atau alam dari substansi yang satu dan sama. Dalam hal ini tidak heran bila Spinoza menolak individualitas, kebebasan, dan tanggung jawab manusia. Filsafat Spinoza pada umumnya dan aliran wacana sopan santun pada khususnya mengandung banyak kontradiksi. Kecermatan metodenya bukan merupakan sopan santun yang serius dan menghukumi; sebaliknya ia menghasilkan dikta dari common sense yang adil dan halus.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. 2009. Filsafat umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. (Bandung, Remaja Rosdakarya )
Ahmad Sidqi. wordpress.com/.../prinsip-ketuhanan-b-de-Spinoza-panteisme/
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Hamersma, Harry. 1984. Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern. Pt. Gramedia Jakarta
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta. Rineka Cipta.
Sumber http://agussedana.blogspot.com
0 Response to "Filsuf Spinoza"
Posting Komentar