✔ Proses Sosial Dan Pendidikan
PROSES SOSIAL DAN PENDIDIKAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Proses Sosial dan Pendidikan
- Pengertian proses sosial
Pengertian proses sosial berdasarkan beberapa pakar yaitu sebaai berikut:
a. Menurut Gillin dn Gillin, proses sosial yaitu cara-cara berafiliasi yang sanggup dilihat apabila orang/kelompok insan saling bertemu dan memilih sistem serta bentuk-bentuk hubungan.
b. B. Menurut Solo Soemardjan dan Soelaiman Soemari, proses sosial yaitu efek timbal balik antara banyak sekali segi kehidupan bersama.[1]
c. Menurut Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, proses sosial yaitu cara-cara berafiliasi yang sanggup dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan memilih sistem serta bentuk relasi tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menimbulkan goyahnya cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan lain proses sosial diartikan sebagai efek timbal balik antara banyak sekali segi kehidupan bersama.[2]
Dari beberapa pengertian tersebut diatas sanggup disimpulkan bahwa proses sosial merupakan cara-cara berhubunngan yang dilihat apabila orang perorangan atau kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan memilih sistem serta bentuk-bentuk relasi yang menjadikan suatu efek timbal balik antara banyak sekali segi kehidupan bersama.
Dengan proses sosial dimaksudkan “cara-cara interksi (aksi dan reaksi) yang sanggup diamati apabila individu-individu dan kelompok-kelompok bertemu mengadakan sistem perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah ada. Dengan kata lain apabila dua orang atau lebih saling berafiliasi (mengadakan interaksi), maka akan terjadi apa yang dinamakan proses sosial. Proses ini sanggup terjadi antara orang dengan orang, orang dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Yang satu memberi dorongan kepada yang lain, yang dibahas dengan reaksi secara timbal balik.[3]
- Pengertian Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laris seseorang atau kelompok orang dalam perjuangan mendewasakan insan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa melalui pendidikan, satu, orang mengalami pengubahan sikap dan tata laku; dua, orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku; tiga, proses pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[4]
Berikut ini yaitu beberapa pengertian dari pendidikan :
a. Dalam undang-undang Republic Indonesia No.2 Tahun 1989 ihwal sistem pendidikan Nasional cuilan 1 pasal 1 ayat 1 dikemukakan:
Pendidikan yaitu perjuangan sadar untuk menyiapkan akseptor didik melalui acara bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan mendatang.
b. Ahmad D. Marimba mengajukan definisi sebagai berikut :
Pendidikan yaitu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
c. Jamil Shaliba dari forum bahasa arab Damaskus mengemukakan bahwa pendidikan yaitu (Arab, Al-Tarbiyah; Perancis, Education; Inggris, Education culture; Latin, Educatio) ialah pengembangan fungsi-fungsi psikhis melalui latihan sehingga mencapai kesempurnaan sedikit demi sedikit.
d. M.J. Langeveld, pendidikan yaitu acara membimbing anak insan menuju pada kedewasaan dan kemandirian.
Dari definisi berdasarkan beberapa tokoh sanggup disimpulkan bahwa pendidikan yaitu perjuangan sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada si terdidik untuk mencapai kesempurnaan kedewasaan dan kemandirian di masa yang akan tiba (nasa depan).[5]
B. Interaksi Sebagai Dasar Proses Social
Elemen penting terjadinya proses sosial di masyarakat yaitu terjadinya Interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci utama dari semua segi kehidupan sosial. Karena tanpa interaksi tidak akan mungkin terjadi perubahan atau gerak sosial dalam masyarakat.[6]
Interaksi sosial sanggup didefinisikan sebagaimana yang didefinisikan oleh beberapa pakar berikut ini :
a. Menurut Bonner, interaksi sosial yaitu suatu relasi antara dua orang atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan insdividu yang lain, dan sebaliknya.
b. Menurut pendapat Young, interaksi sosial ialah kontak timbal balik antara dua orang atau lebih.
c. Menurut psikologi tingkah laris (Behavioristic Psycology), interaksi berisikan saling perangsangan dan pereaksian antara kedua belah pihak individu.[7]
Interaksi dalam kehidupan masyarakat tolong-menolong telah dimulai semenjak dalam kandungan. Namun hanya ibu yang mengandung dan belum dewasa yang ada dalam kandungan yang hanya mencicipi bagaimana ia berhubunga, namun bentuk interaksi yang dilakukan antara anak yang ada dalam kandungan dan ibu yang mengandung belumlah dikatakan sebagai interaksi sosial, isyarat-isyarat yang ditimbulkan oleh bayi yang ada dalam kandungan.
Interaksi dalam konteks ini yaitu relasi antara dua individu atau lebih, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang dilakukan secara dinamis dan terus menerus serta menjadikan arus timbal balik dalam kehidupan masyarakat.[8]
Lebih lanjut dari interaksi sosial ialah sanggup terjadinya interaksi personal sosial, yaitu interaksi dengan “orang” (person) dalam situasi (lingkungan) sosial, contohnya relasi bayi dengan ibunya sewaktu menyusui, dibuai, dan seterusnya. Selain itu sanggup juga terjadi interaksi kultural ialah relasi seseorang dengan kebudayaan kelompoknya, artinya berafiliasi dengan orang lain sambil mempelajari kebudayaan kelompok orang/orang-orang itu.
Interaksi personal sosial dan kultural sangat bersahabat hubugannya dengan proses pembelajaran semasih bayi, menyerupai waktu/jam menyusui, kemudian ditambah/diselingi dengan bubur, nasi tim, buah-buahan,, hingga saatnya disapih (anak tidak menyusui lagi), dan seterusnya. Hal ini berarti anak berguru dari norma keluarganya, lingkungannya, norma masyarakat/sosial.[9]
Dalam teori Simmel disebutkan bahwa bentuk-bentuk dimana proses interaksi sanggup dibedakan dari isi kepentingan, tujuan atau maksud tertentu yang sedang dikejar melalui interaksi. Isi kepentingan itu sanggup mencakup kepentingan objektif, keuntungan, derma atau instruksi, dan banyak sekali cara yang dilakukkan insan yang sanggup menimbulkan insan lainnya untuk hidup bersma, untuk bertindak, serta untuk mensugesti orang lain dan dipengaruhi orang lain.[10]
Interaksi sosial sebagai proses efek mensugesti pada kesudahannya akan menghasilkan relasi tetap dan memungkinkan dalam proses pembentukan struktur sosial. Dalam proses interaksi, komunikasi menjadi alat, alasannya yaitu itu komunikasi menjadi salah satu faktor penentu dalam interaksi sosial.
Interaksi sosial akan berlangsung selama pihak-pihak yang terlibat menginginkan atau merasa ada laba yang bisa didapat dari proses interaksi dengan pihak lain.
Terkait dengan hal tersebut diatas, maka interaksi sosial di masyarakat didasarkan pada banyak sekali faktor yaitu faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi dan faktor simpati.
1. Faktor imitas,i merujuk pada sifat dan sikap insan yang gampang menjiplak dan berperilaku sama dengan orang yang ditiru.
2. Faktor sugesti, merupakan sikap yang ditunjukkan seseorang dalam memperlihatkan pandangan-pandangannya, atau kemampuannya kepada orang lain, yang kemudian diterima tanpa mempertimbangkan bik dan buruknya.
3. Faktor identifikasi, faktor identifikasi ini menunjuk pada sikap atau sikap seseorang untuk mengidentikkan dirinya dengan orang lain. Proses ini biasanya berlangsung manakala seseorang memerlukan tipe-tipe ideal yang patut untuk dicontoh dalam proses kehidupannya.
4. Faktor simpati, merupakan sikap dan perasaan yang mendalam pada seseorang. Dalam proses simpati ini, perasaan memegang peranan penting, walaupun dorongan utama sikap simpati yaitu keinginan untuk memahami fihak lain untuk bekerja sama atau memiliki tujuan-tujuan untuk bersama dengan fihak yang disimpati.
Dari beberapa faktor terjadinya interaksi sosial tersebut, terperinci bahwa tolong-menolong interaksi sosial juga melibatkan sikap maupun harapan-harapan dari masing-masing individu.
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam interaksi sosial, dimana interaksi sosial ini mustahil terjadi apabila tidak memenuhi beberapa syarat. Soekanto dalam bukunya Abdul Rahmat, “Sosiologi Pendidikan”, mengemukakan bahwa syarat minimal yang harus ada apabila interaksi sosial akan dilakukan mencakup :
1. Adanya kontak sosial (social contact)
2. Adanya komunikasi.
Kontak sosial secara harfiah merupakan relasi yang terjadi antara dua orang individu dengan individu lainnya, baik dengan menyentuh cuilan tubuhny ataupun dengan melambangkan sebagai isyarat.
Kontak sosial sanggup berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu : antara orang perorang, antara orang perorang dengan kelompok insan atau sebaliknya. Dan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Komunikasi yaitu penyampaian lambang-lambang yang mengandung arti kepada pihak lain. Dalam interaksi sosial komunikasi memiliki peranan penting, dan bahkan memilih berlangsungnya suatu interaksi sosial dalam tatanan proses sosial di masyarakat [11]
C. Proses Sosial didalam Pendidikan
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas proses sosial merupakan cara-cara berhubunngan yang dilihat apabila orang perorangan atau kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan memilih sistem serta bentuk-bentuk relasi yang menjadikan suatu efek timbal balik antara banyak sekali segi kehidupan bersama. Maka pendidikan memiliki kewajiban menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari forum pendidikan yang memilih kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Makara prinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial itu selalu saling mensugesti .
Sosiologi pendidikan sebagaimana yang kita ketahui merupakan suatu kajian yang mempelajari relasi antara masyarakat, yang di dalamnya terjadi proses social, dengan pendidikan. Dalam relasi ini, sanggup dilihat bagaimana masyarakat memengaruhi pendidikan. Juga sebaliknya, bagaimana pendidikan memengaruhi masyarakat.
Dengan pemahaman konsep masyarakat menyerupai di atas, maka sosiologi pendidikan mengkaji masyarakat, yang di dalamnya terdapat proses dan pola interaksi social, dalam hubungannya dengan pendidikan. Hubungan dilihat dalam sisi saling memengaruhi. Masyarakat sebagai realitas ekstrenal-objektif akan menuntun individu dalam melaksanakan acara pendidikan menyerupai apa saja isi dari pendidikan, bagaimana mendidiknya, siapa yang mendidik dan dididik, dan budaya, termasuk di dalamnya hkum, ideologi, dan agama. Dalam agama Islam, misalnya, seorang anak dididik ihwal nilai halal atau haram dari suatu makanan. Daging ayam boleh dikonsumsi alasannya yaitu ia dikategorikan kuliner halal. Namun apabila ayam ini disembelih tidak dengan atas nama Allah, yaitu tidak mengucapkan bismillahirrohmanirrohim, maka kuliner ini dipandang haram. Juga dihentikan menyantap kuliner dengan berdiri.
Selanjutnya, bagaimana pendidikan memengaruhi masyarakat yang di dalamnya ada proses interaksi social? Banyak aspek dari kehidupan (anggota) masyarakat dipengaruhi oleh pendidikan. Pilihan seseorang terhadap suatu pekerjaan dipengaruhi salah satunya oleh pendidikannya. Demikian pula dengan pola konsumsi dan pola pengasuhan anak dipengaruhi oleh pendidikan.
Dari figur diatas diperoleh pemahaman bahwa masyarakat merupakan suatu realitas yang didalamnya terjadi proses interaksi sosial daan terdapat pola interaksi sosial. Hubungan antara pendidikan dan masyarakat, termasuk didalamnya ada proses dan pola interaksi, bersifat saling mensugesti atau efek timbal balik.
Berikut pola terjadinya relasi proses sosial dan pendidikan :
Tsabita yaitu seorang anak wanita yang berusia enam tahun. Dia mengikuti PG, TK, selanjutnya SD yang dikelola oleh sebuah yayasan pendidikan Islam di Padang. Sebelum masuk PG, TK, dan SD, Tsabita menjadikan kedua orang tuanya sebagai panutan dan acuan dari segala perilakunya. Namun hal ini berubah ketika ia memasuki PG, TK, dan SD. Sekolah mengubah significant other utama dari orang renta kepada guru. Jika ada sesuatu yang berbeda dilakukan oleh orang tuanya dengan apa yang diterimanya dari guru, ia akan protes ihwal hal ini. Misalnya jikalau ia melihat bundanya sedang minum atau makan berdiri, maka ia akan berteriak sambil menyebut hadits yang melarang minum atau makan sambil berdiri. Atau jikalau ia meminta sesuatu yang disarankan oleh guru, maka sesuatu ini harus sama persis dengan apa yang disarankan oleh gurunya. Jika tidak Tsabita tidak mau menerimanya. Memang guru yaitu teladan utama bagi belum dewasa Taman Kanak-kanak dan SD
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1982. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu,
Aly, Hery Noer. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Ciputat: PT logos Wacana Ilmu,
Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Rahmat, Abdul. 2012. Sosiologi Pendidikan. Gorontalo : Ideas Publishing,
Soekanto. Soerjono dan Budi Sulistyowati. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[1] Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 30.
[2] Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 55.
[3] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), hlm. 94-95.
[5] Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Ciputat: PT logos Wacana Ilmu, 1999. Hlm. 2-10
[6] Abdul Rahmat, Sosiologi Pendidikan, (Gorontalo : Ideas Publishing, 2012), hlm. 19.
[7] Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan., hlm. 30-31.
[8] Abdul Rahmat, Sosiologi Pendidikan., hlm. 20.
[9] Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan., hlm. 31-32.
[10] Abdul Rahmat, Sosiologi Pendidikan., hlm. 20.
[11] Abdul Rahmat, Sosiologi Pendidikan., hlm.
Sumber http://sehatcantiknatur4l.blogspot.com
0 Response to "✔ Proses Sosial Dan Pendidikan"
Posting Komentar