iklan

✔ Karakteristik Akseptor Didik Dalam Pembelajaran Ski

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN SKI
MAKALAH

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN SKI ✔ KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN SKI 

BAB I
PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang
Pendidikan yaitu suatu proses dalam rangka menghipnotis penerima didik supaya bisa mengikuti keadaan sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan demikian akan mengakibatkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi sesuai dalam kehidupan masyarakat. Adapun pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia, yaitu bangsa yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Ada beberapa karakteristik anak usia Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyyah yang perlu diketahui para guru, supaya lebih mengetahui keadaan penerima didik khususnya ditingkat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyyah dalam pembelajaran SKI. Sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga yaitu kebutuhan penerima didik tersebut. Pemahaman terhadap penerima didik dan tugas-tugas perkembangan anak Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyyah sanggup dijadikan titik awal untuk menentukan waktu yang sempurna dalam menawarkan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dalam makalah ini akan menjelaskan mengenai karakteristik penerima didik dalam pembelajaran SKI (sejarah kebudayaan Islam).


   B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, sanggup diambil rumusan duduk masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan penerima didik?
2.      Bagaimana karakteristik penerima didik?
3.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran sejarah kebudayaan islam?
4.      Bagaimana karakteristik dan implikasinya dalam pembelajaran SKI?

Baca Juga


BAB II
PEMBAHASAN

Menurut perspektif pedagogis, penerima didik diartikan sebagai sejenis makhluk ”homo educandum”, makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini penerima didik dipandang sebagai insan yang mempunyai potensi terpendam, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya supaya ia sanggup menjadi insan susila yang cakap.
Menurut perspektif psikologis, penerima didik yaitu individu yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis berdasarkan fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, penerima didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Menurut perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha menyebarkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.”[1]
Berdasarkan beberapa perspektif definisi diatas sanggup disimpulkan bahwa penerima didik yaitu insan yang mempunyai potensi yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis berdasarkan fitrahnya masing-masing yang membutuhkan binaan, bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya pada jalur pendidikan.
Lebih lanjut Enung Fatimah menjelaskan bahwa setiap individu dikatakan sebagai penerima didik apabila ia telah memasuki usia sekolah. Pada umumnya Usia 4 hingga 6 tahun, di taman kanak-kanak. Usia 6 atau 7 tahun sekolah dasar. Usia 13-16 tahun di SMP dan usia 16-19 tahun di SLTP. Jadi, penerima didik yaitu anak, individu, yang tergolong dan tercatat sebagai siswa di dalam satuan pendidikan.[2]
Setiap anak yaitu unik. Kita sanggup melihat perbedaan-perbedaan individual pada diri seorang anak. Bahkan dengan latar belakang usia hampir sama, akan menunjukkan penampilan, kemampuan, tempramen, minat dan perilaku yang berbeda.
Dalam kajian psikologi, duduk masalah individu menerima perhatian yang besar, sehingga melahirkan suatu cabang psikologi yang dikenal dengan individual psychology, atau deferential psychology, yang menawarkan perhatian besar terhadap penelitian perihal perbedaan antar individu. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa di dunia ini tidak ada dua orang persis sama. Bahkan anak kembar sekalipun masih ditemukan adanya beberapa dimensi perbedaan antara keduanya.[3]
Setiap individu mempunyai ciri, sifat bawaan (heredity), dan karakteristik yang diperoleh dari dampak lingkungan sekitarnya. Ahli psikologi beropini bahwa kepribadian dibuat oleh perpaduan faktor pembawaan dan lingkungan.
Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap (ajeg), sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan faktor psikologis lebih gampang berubah alasannya dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan.[4]
Berdasarkan keterangan tersebut, secara umum perbedaan individual sanggup di bedakan menjadi dua, yaitu perbedaan secara vertikal dan perbedaan secara horizontal. Perbedaan vertikal yaitu perbedaan individu dalam aspek jasmaniah (biologis), seperti: bentuk, tinggi, besar, kekuatan dan sebagainya. Sedangkan perbedaan horizontal yaitu perbedaan individu dalam aspek mental, seperti: tingkat kecerdasan, minat, bakat, ingatan, emosi, tempramen, dan sebagaiinya.[5]
Berkenaan dengan hal tersebut penerima didik sebagai individu mempunyai sejumlah karakteristik, diantaranya yaitu:
1.   Peserta didik yaitu individu yang mempunyai potensi fisik dan psikis yang khas sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi-potensi khas yang dimilikinya ini perlu dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga bisa mencapai taraf perkembangan yang optimal.
2.   Peserta didik yaitu individu yang sedang berkembang. Artinya, penerima didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar., baik yang ditunjukkan kepada diri sendiri maupun diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungannya.
3.   Peserta didik yaitu individu yang membutuhkan bimbingan dan perlakuan manusiawi. Sebagai individu yang sedang berkembang maka proses pemberian derma dan bimbingan perlu mengacu pada tingkat perkembangannya.
4.   Peserta didik yaitu individu yang mempunyai kemampuan untuk mandiri. Dalam perkembangannya penerima didik mempunyai kemampuan untuk berkembang kearah kedewasaan. Disamping itu, dalam diri penerima didik juga terdapat kecenderungan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada pihak lain. Karena itu, setahap demi setahap orang renta atau pendidik perlu menawarkan kesempatan kepada penerima didik untuk berdikari dan bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri.[6]

E.     Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Pembelajaran secara harfiah berarti proses belajar. Pembelajaran sanggup dimaknai sebagai proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian acara yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif, dan pada tahap final akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.
Kurikulum 2013, mengisyaratkan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang menawarkan kesempatan kepada penerima didik untuk menyebarkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dirinya. Oleh alasannya itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi penerima didik menjadi kompetensi yang diharapkan.[7]
Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dalam kurikulum yaitu salah satu mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan penerima didik dalam mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan, penggunaan pengalaman, dan penyesuaian .[8]
Dari keterangan tersebut diatas sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah kebudayaan Islam yaitu proses penambahan pengetahuan dan wawasan tentang sejarah Islam melalui rangkaian acara yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif, dan pada tahap final akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life).
F.     Karakteristik Peserta Didik dan Implikasinya dalam Pembelajaran SKI
Karakteristik individu yaitu keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada individu sebaggai hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu baik hal fisik, mental maupun emosional ini biasanya dipakai istilah Nature (alam atau sifat dasar) yaitu karakteristik individu atau sifat khas seseorang yang dibawa semenjak lahir atau yang diwarisi sebagai sifat pembawaan, sedangkan Nurture (pemeliharaan, pengasuhan) yaitu faktor-faktor lingkungan yang menghipnotis individu semenjak dari masa pembuahan hingga selanjutnya.
Nature dan nurture ini merupakan faktor yang menghipnotis karakteristik individu. Adanya karakteristik individu yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan tersebut terang membawa implikasi terhadap proses pendidikan di sekolah. Dalam hal ini, proses pendidikan disekolah harus disesuaikandengan karakteristik penerima didik secara individu. Berdasarkan pemahaman ini, maka secara esensial proses mencar ilmu mengajar yang dilaksanakan guru yaitu menyediakan kondisi yang aman supaya masing-masing individu penerima didik sanggup mencar ilmu secara optimal. Ini berarti bahwa didalam proses mencar ilmu mengajar setiap individu atau peseta didik memerlukan perlakuan yang berbeda, sehingga startegi dan perjuangan pelaksanaannya pun akan berbeda-beda dan bervariasi. Dalam pembicaraan mengenai karakteristik individu penerima didik ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.   Karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti kemempuan intelektual, kemempuan berfikir dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
2.   Karakteristik yang berafiliasi dengan latar belakang dan status sosio-kultural.
3.   Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian, menyerupai sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.
Pemahaman perihal karakteristik individu penerima didik ini mempunyai arti penting dalam interaksi mencar ilmu mengajar. Bagi seorang guru khususnya warta mengenai karakteristik individu penerima didik ini akan sangat mempunyai kegunaan dalam menentukan dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik atau yang lebih cepat, yang sanggup menjamin kemudahan mencar ilmu bagi setiap penerima didik. Dengan pemahaman atas karakteristik individu penerima didik ini, guru sanggup merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa, menentukan dan menentukan metode yang lebih tepat, sehingga terjadi proses interaksi dari masing-masing komponen mencar ilmu mengajar secara optimal. Disamping itu, pemahaman atas karakteristik individu penerima didik juga sangat  bermanfaat bagi guru dalam menawarkan motivasi dan bimbingan bagi setiap individu penerima didik kearah keberhasilan belajarnya.[9]
Berkenaan dengan hal tersebut bila kita lihat dari karakteristik peserta didik usia sekolah menengah (SMP/SMA), sanggup di bedakan dalam dua tahap perkembangan:
1.    Anak usia sekolah menengah (SMP).
Menurut banyak jago anak usia sekolah menengah berada pada tahapan perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu:
a.    Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b.    Mulai timbul ciri-ciri sec sekunder.
c.    Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sopan santun atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
d.   Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan.
e.    Reaksi dan mulut emosi masih labil.
f.     Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.
Adapun karakteristik anak usia sekolah yang demikian, maka guru diharapkan untuk:
a.       Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa laki-laki dan perempuan dikala membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi.
b.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui kegiatan-kegiatan positif.
c.       Menerapkan pendekatan pembelajaan yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil.
d.      Meningkatkan kerjasama dengan orangtua dan masyarakat untuk menyebarkan potensi siswa.
e.       Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa.
f.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencar ilmu bertanggung jawab.

2.    Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan belum dewasa dn masa kehidupan dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencaran jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu :
a.       Mencapai kekerabatan yang matang dengan teman sebaya.
b.      Dapat mendapatkan dan mencar ilmu kiprah sosial sebagai laki-laki atau perempuan berilmu balig cukup akal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
c.       Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
d.      Mengembangkan perilaku positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan mempunyai anak.
e.       Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diharapkan sebagai warga negara.
f.       Mencapai tingkah laris yang bertanggung jawab secara sosial.
g.      Memperoleh seperangkat nilai dan sistem sopan santun sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
h.      Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan reigiusitas.
Berbagai karakteristik perkembangan remaja tersebut, menuntut adanya pelayanan pendidikan yang bisa memenuhi kebutuhannya. Diantara yang sanggup dilakukan guru yaitu:
a.       Memberikan pengetahuan dan pemahaman perihal kesehatan reproduksi, ancaman penyimpangan secual, dan penyalahgunaan narkotika.
b.      Menyediakan akomodasi yang memungkinkan siswa menyebarkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, menyerupai sarana olah raga, kesenian dan sebagainya.
c.       Melatih siswa menyebarkan kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan.
d.      Memberikan training untuk menyebarkan keterampilan memecahkan duduk masalah dan mengambil keputusan.
e.       Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berfikir kritis, reflektif, dan positif.
f.       Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama
g.      Menjalin kekerabatan yang serasi dengan siswa, dan bersedia mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya.[10]
Berdasarkan keterangan tersebut diatas, jika kita kaitkan dengan pembelajaran SKI, maka seorang guru perlu untuk memahami karakteristik individu penerima didik, sehingga sanggup menentukan dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik atau yang lebih efektif serta efisien, yang sekiranya sanggup menjamin kemudahan mencar ilmu bagi setiap penerima didik, sehingga siswa bisa mengenal, memahami, serta menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang kemudian sanggup dijadikan dasar pandangan hidupnya.
BAB III
SIMPULAN

Peserta didik merupakan insan yang mempunyai potensi yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis berdasarkan fitrahnya masing-masing yang membutuhkan binaan, bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya pada jalur pendidikan.
Setiap penerima didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, baik perbedaan dari aspek fisik maupun psikologis. Perbedaan-perbedaan yang ada dalam setiap penerima didik, mengharuskan seorang guru supaya mengetahui setiap karakteristik yang ada pada setiap pesrta didik sehingga guru tersebut sanggup menentukan cara pengajaran yang efektif dan efisien.
Sebagaimana kita ketahui bahwa mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang diarahkan untuk menyiapkan penerima didik dalam mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan, penggunaan pengalaman, dan pembiasaan.
Berkenaan dengan hal tersebut, implikasi karakteristik penerima didik terhadap pembelajaran sejarah kebudayaan Islam yaitu bahwa seorang guru perlu memahami karakteristik individu penerima didik, alasannya warta mengenai karakteristik individu penerima didik ini akan sangat mempunyai kegunaan dalam menentukan dan menentukan pola-pola pengajaran yang efektif dan efisien. Dengan pemahaman atas karakteristik individu penerima didik ini, guru sanggup merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa, menentukan dan menentukan metode yang lebih tepat, sehingga terjadi proses interaksi dari masing-masing komponen mencar ilmu mengajar secara optimal sehingga tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran SKI sanggup dicapai secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita.  2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : Pustak Setia.
Saefuddin, Asis dan Ika Berdiati. 2015.  Pembelajaran Afektif. Bandung: Remaja Rosdakarya.





[1]Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014), hlm. 39.
[2] Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung : Pustak Setia, 2008), hlm. 11.
[3]Desmita, Psiklogi perkembangan penerima didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014), hlm. 51.
[4] Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung : Pustak Setia, 2008), hlm. 12.
[5] [5]Desmita, Psiklogi perkembangan penerima didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014), hlm.
[6] Desmita, Psiklogi perkembangan penerima didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014), hlm. 39.
[7]Asis Saefuddin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Afektif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 8-9.
[8] Departemen Agama RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 64.
[9] Desmita, Psiklogi perkembangan penerima didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014), hlm. 56-58.
[10]Desmita, Psiklogi perkembangan penerima didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014), hlm. 36-38.

Sumber http://sehatcantiknatur4l.blogspot.com

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "✔ Karakteristik Akseptor Didik Dalam Pembelajaran Ski"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel