Penggunaan Lahan Di Perkotaan
Penggunaan Lahan di Perkotaan - Adalah Kawasan kota secara alamiah merupakan desa yang telah mengalami perkembangan ke arah yang lebih maju. Misalnya Jakarta yang kini ini menjadi kota metropolitan. Kota merupakan sistem jaringan kehidupan insan yang mempunyai ragam kondisi sosial yang khas, yaitu tingkat pertumbuhan penduduk tinggi, contoh kehidupan masyarakat yang heterogen, dan adanya kompleksitas etnis sebagai efek urbanisasi.
Penggunaan lahan di daerah perkotaan, khususnya daerah industri saling berkompetisi dengan jenis penggunaan lahan lainnya. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukannya. Misalnya, daerah yang cocok dimanfaatkan untuk lahan pertanian dibangun menjadi sentra pertumbuhan industri.
a. Pola Keruangan Konsentris
Salah satu teori perihal penggunaan lahan, yaitu Teori Konsentris yang dikemukakan E.W.Burgess.
Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut.
1) Central Bussiness District (CBD) terdapat pada bulat pertama yang ada di sentra kota ibarat sentra pemerintahan, bank, dan akomodasi umum lainnya.
2) Jalur peralihan (zona transisi) terdapat pada bulat kedua, berupa daerah industri dan permukiman para pekerja.
3) Jalur permukiman terdapat pada bulat ketiga, yaitu daerah yang berfungsi sebagai lokasi untuk tenaga kerja yang melaksanakan kegiatan di CBD.
4) Kawasan permukiman yang permanen terdapat pada bulat keempat. Pada daerah ini contoh penggunaan lahan tertata dengan teratur.
5) Jalur penglaju (komuter) terdapat pada bulat kelima. Pada umumnya di zona penglaju dihuni oleh penduduk yang melaksanakan acara atau kegiatan ekonomi di sentra kota.
E.W Burgess merupakan seorang geograf yang mengemukakan Teori Konsentrik. Beliau ialah orang yang mahir dalam bidang planologi (tata ruang). Menurut Burgess daerah perkotaan terbagi menjadi lima wilayah, yaitu sebagai berikut.
1. Pusat daerah kegiatan.
2. Wilayah transisi.
3. Wilayah permukiman masyarakat berpendapatan rendah.
4. Wilayah permukiman masyarakat berpendapatan menengah.
5. Wilayah permukiman masyarakat berpendapatan tinggi.
b. Pola Keruangan Sektoral
Teori Sektoral dikemukakan oleh Homer Hoyt. Menurut teori ini, kegiatan-kegiatan yang terjadi di perkotaan tidak hanya mengikuti zona-zona teratur secara konsentris, tetapi membentuk sektor-sektor yang sifatnya lebih bebas.
c. Pola Keruangan Inti Ganda
Teori Inti Ganda dikemukakan oleh Harris dan Ullman. Inti teori ini mengemukakan bahwa ruang dan tata kota sanggup dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1) Inti Kota (core of city) yaitu wilayah yang di fungsikan sebagai sentra kegiatan atau acara masyarakat.
2) Selaput Inti Kota yaitu wilayah yang terletak diluar inti kota.
3) Kota Satelit merupakan wilayah di perkotaan yang sebagai bab dari daerah industri.
4) Suburban merupakan daerah di sekitar kota yang berfungsi sebagai tempat permukiman penduduk.
Sebelumnya mengenai Penggunaan Lahan Di Perdesaan ini sanggup menambah pengetahuan anda
Pola penggunaan lahan di perkotaan cenderung lebih heterogen. Ciri dan pendorong adanya heterogenitas masyarakat di perkotaan antara lain sebagai berikut.
1) Budaya yang berkembang bersifat individualisme.
2) Kehidupan masyarakat bersifat multietnis.
3) Kegiatan perekonomian heterogen dan didominasi sektor nonagraris.
4) Tingginya nilai jual dan harga tanah di perkotaan.
5) Munculnya konflik sosial di masyarakat.
6) Pola permukiman cenderung padat dan kompleks.
Sektor perekonomian menjadi referensi dan kemajuan wilayah. Pada negara-negara dengan sistem ekonomi yang sederhana dimana tugas iptek tidak terlalu dominan, khususnya di negara-negara dunia ketiga masih dikembangkan perjuangan di sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi salah satu pilar penopang laju pertumbuhan wilayah dan percepatan tingkat perekonomian masyarakat setempat.
0 Response to "Penggunaan Lahan Di Perkotaan"
Posting Komentar