Gagal Sbmptn, Ketahui Sistem Evaluasi Sbmptn Terbaru
Selama ini, proses seleksi SBMPTN telah menjadi suatu misteri sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa lulus tidaknya seseorang dalam SBMPTN ditentukan oleh faktor nasib. Peserta hanya membayar, mendaftar, mengikuti ujian dan akibatnya mendapatkan hasil.
Sebagian besar penerima tidak mengetahui proses apa yang akan dilakukan panitia SBMPTN terhadap Formulir Pendaftaran dan Lembar Jawaban yang telah mereka isi hingga pengumuman hasil SBMPTN. Hal ini diperparah oleh keterbatasan informasi mengenai SBMPTN sehingga banyak penerima yang tidak lolos sering mengakibatkan proses ini sebagai kambing hitam apalagi ketika melihat temannya yang berdasarkan ia kemampuannya lebih rendah malah diterima/lolos.
Bisa jadi banyak penerima bertanya-tanya kenapa nggak diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), padahal termasuk siswa yang selalu masuk ranking dikelasnya. Tapi sahabat sekelasnya yang biasa-biasa saja malah diterima di Perguruan Tinggi Negeri yang dipilihnya melalui SBMPTN.
Mungkin postingan ini bisa membantu menjawab misteri SBMPTN. Tulisan ini diambil dari beberapa sumber dengan maksud sebagai materi penilaian diri, paling tidak bagi adik-adik yang akan mengikuti SBMPTN akan lebih bisa mempersiapkan diri untuk bertarung memperoleh kursi di Perguruan Tinggi Negeri yang diminatinya.
Tentu saja paling utama untuk bisa lolos SBMPTN yaitu kesiapan diri baik mental maupun akademik, termasuk memahami sistem penilaiannya. Saya pikir itu berlaku untuk semua ujian, evaluasi, monitoring. Artinya bagi yang di uji, yang dimonitoring, maupun yang dievaluasi mesti tahu betul sistem, kriteria, dan materi penialaiannya. Apabila kita tidak tahu dan paham maka hampir sanggup dipastikan kita nggak akan lolos lantaran kita tidak tahu apa yang mesti dipersiapkan.
SISTEM PENILAIAN SBMPTN
Sistem Penilaian SBMPTN tahun-tahun sebelum 2009 memakai SISTEM NILAI MENTAH yaitu mengakumulasikan jumlah nilai dari mata pelajaran yang diujikan secara total. Sedangkan sistem penilaian SBMPTN mulai tahun 2010 memberlakukan SISTEM PERSENTIL yaitu penilaian per mata pelajaran yang diujikan secara terpisah. Dengan sistem persentil penerima SBMPTN atau kemarin SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) harus mengerjakan semua mata pelajaran yang diujikan lantaran semua hasil tes akan diperiksa dan dinilai secara terpisah. Penggunaan system penilaian tersebut mempunyai efek yang berbeda dalam menentukan siapa yang akan lolos SBMPTN.Sebelum tahun 2009, pada ketika memakai system NILAI MENTAH banyak penerima yang lolos atau diterima oleh satu aktivitas studi/jurusan di Perguruan Tinggi Negeri dengan hanya mengandalkan satu mata pelajaran yang dianggap paling dikuasainya. Sedangkan mata pelajaran lain tidak dijawab satupun dalam lembar tanggapan (kosong).
Oleh lantaran itu banyak peserta/siswa dari Jurusan IPA lolos (diterima) di Akuntansi UI atau Fikom UNPAD, lantaran mereka mengandalkan kemampuan di matematika, sementara pelajaran Ekonominya buruk bahkan mungkin tidak diisi/dikosongkan untuk menghindari nilai minus. Namun demikian bukan berarti yang lolos SBMPTN yaitu penerima yang mengisi seluruh mata pelajaran dengan 100% benar jawabannya. berdasarkan saya sangatlah sulit (mendekati tidak mungkin!) penerima SBMPTN bisa mengisi seluruh soal dengan benar 100%, (kecuali jenius he..he). Jika kita termasuk orang biasa-biasa dan tidak jenius, maka taktik mutlak diharapkan selain mempersiapkan kemampuan akademik (yang terbatas itu…he..he)
Sejak tahun 2009 SBMPTN telah memakai penilaian dengan sistem persentil. Sistem penilaian presentil menghendaki penerima mengerjakan semua mata pelajaran yang diujikan. Tindakan pengosongan tanggapan satu atau dua mata pelajaran saja maka akan dinyatakan sebagai NILAI MATI dan sanggup dipastikan penerima tidak akan lolos seleksi.
Dapat difahami tujuan dari pemberlakukan sistem persentil yaitu untuk menjaring para penerima SBMPTN yang mempunyai kemampuan lebih komprehensif artinya tidak hanya mengandalkan satu atau dua mata pelajaran yang di ujikan. Dari penilaian secara terpisah tersebut nantinya akan diberikan rangking dan penerima yang rangking rata-ratanya anggun di semua mata pelajaran yang diujikan berpeluang besar untuk lolos. Pokoknya, jangan sekali-kali mengosongkan tanggapan satu matapelajaranpun, jawablah minimal satu pertanyaan tapi benar.
TES BIDANG STUDI PREDIKTIF (TBSP)
Perlu dipahami pula bahwa setiap bidang studi (mata pelajaran) Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP) di nilai berdasarkan aturan, sebagai berikut :Apabila tanggapan betul dikalikan 4 (empat)
Apabila tanggapan salah dikali -1. (minus satu),
Apabila tidak dijawab dikalikan 0 (nol).
Dengan hukum tersebut maka jangan menjawab asal-asalan atau menjawab tapi tidak yakin bahwa jawabannya benar. Carilah pertanyaan lain yang sanggup dijawab dengan benar (lebih baik satu tanggapan benar dari pada banyak menjawab tapi salah). Berikut gambaran tanggapan dari dua orang penerima yang mengerjakan 7 soal SBMPTN :
Peserta A Menjawab 7 soal dengan rincian soal no 1 benar (skor 4), no 2 benar (skor 4), no 3 salah (skor -1), no 4 salah (skor -1), no 5 (skor -1), no 6 (skor -1), no 7 (skor -1) jadi jumlah skor nya yaitu 3.
Peserta B hanya menjawab 1 soal yaitu soal no 1 sementara soal nomor lainya tidak di isi maka si B mendapatkan skor 4
Dari gambaran di atas bahwa kita jangan terlalu agresif menjawab tapi tidak yakin kalau tanggapan kita benar. Jangan berspekulasi, jawablah pertanyaan kalau dianggap bisa menjawab dengan benar, lebih baik lewat dulu pertanyaan sulit. Jangan terbawa ingin tau sehingga menghabiskan waktu untuk mengutak-ngatik soal dan jawaban. Kontribusi atau bobot TBSP terhadap total skore yaitu 70% (0,7), Apabila jumlah yang diujikan 7 mata pelajaran maka masing-masing mata pelajaran mempunyai bobot 70% : 7 = 10 % (0,1). Sedangkan sisanya yang 30 % untuk bobot Tes Potensi Akademik (TPA).
SBMPTN
Setelah skor didapat, maka dilakukan pembobotan hasil TBSP masing-masing matapelajaran dikali 0,1 (total 70%, lantaran ada 7 bidang studi). Inilah yang disebut sebagai nilai mentah (raw score). Dari skor ini penerima mendapatkan rangking per bidang studi di aktivitas studi yang dipilihnya.Berikut gambaran sederhana perbedaan sistem penilaian persentil dengan sistem nilai mentah :
Contoh Perhitungan dengan Sistem NILAI MENTAH:
Misal ada 3 siswa Ucok, Butet, dan Nasib dengan nilai sbb:
- Ucok mendapatkan ranking 1 di mata pelajaran A dengan nilai 100, mendapatkan ranking 3 dipelajaran B dengan nilai 10 dan mendapatkan ranking 3 dipelajaran C dengan nilai 10 maka total nilai nya yaitu 120 (maka Ucok peringkat 1 umum)
- Butet mendapatkan ranking 2 dimata pelajaran A dengan nilai 30, mendapatkan ranking 2 dipelajaran B dengan nilai 30 dan mendapatkan ranking 2 dipelajaran C dengan nilai 30 maka nilai nya yaitu 90 (maka Butet peringkat 3 umum)
- Nasib mendapatkan ranking 3 dimata pelajaran A dengan nilai 10, mendapatkan rank 1 dipelajaran B dengan nilai 50 dan mendapatkan ranking 1 dengan nilai 50 dengan nilai 50 maka nilai nya yaitu 110 (maka Nasib peringkat 2 umum)
Jika jumlah kapasitas yang sanggup diterima 2 orang, maka yang akan lulus yaitu Ucok dan Nasib.
Perhatikan! Rangking Nilai/skor setiap mata pelajaran tidak diperhitungkan, bahkan yang mempunyai 2 ranking 1 saja masih kalah dengan yang mendapatkan 1 ranking 1. Sedangkan Menurut sistem persentil, setiap pelajaran siswa akan diranking, dan diberi NILAI BOBOT dengan rumus sebagai berikut: $100 \times (1-\frac{Ranking}{Jumlah\ Peserta})$, mari kita coba ilustrasikan dengan contoh yang sama ibarat nilai mentah namun dengan perhitungan persentil :
Ucok ranking 1 dimata pelajaran A maka nilainya yaitu $100 \times (1-\frac{1}{3})=67$, ranking 3 dimata pelajaran B maka nilai nya yaitu $100 \times (1-\frac{3}{3})=0$, ranking 3 dimata pelajaran C maka nilainya yaitu $100 \times (1-\frac{3}{3})=0$, maka total nilai yaitu 67
Butet ranking 2 dimata pelajaran A maka nilainya yaitu $100 \times (1-\frac{2}{3})=33$, ranking 2 dimata pelajaran B maka nilainya yaitu $100 \times (1-\frac{2}{3})=33$, ranking 2 dimata pelajaran C maka nilainya dalah $100 \times (1-\frac{2}{3})=33$, maka total nilainya yaitu 99
Nasib ranking 3 dimata pelajaran A maka nilainya yaitu $100 \times (1-\frac{3}{3})=0$, ranking 1 dimata pelajaran B maka nilainya yaitu $100 \times (1-\frac{1}{3})=67$, ranking 1 dimata pelajaran C maka nilainya yaitu $100 \times (1-\frac{1}{3})=67$, maka total nilainya yaitu 134.
Dengan sistem persentil ternyata urutan terbaik adalah
1. Butet (134)
2. Nasib (99)
3. Ucok (67)
Jika jumlah kapasitas yang sanggup diterima 2 orang, maka yang akan lulus yaitu Butet dan Nasib. Berdasarkan penilaian secara terpisah itu, hasil tes akan diberikan rangking.
Coba perhatikan! Butet misalnya, pada SISTEM NILAI MENTAH ia memperoleh total skor yang paling rendah. Jika sistem nilai mentah Butet “TIDAK LOLOS”. Namun dengan sistem PRESENTIL justru Butet “LOLOS” Kenapa ?
Karena Butet mempunyai ranking yang relatif stabil disetiap mata pelajaran yaitu rangking 2 di semua mata pelajaran. Berbeda dengan Ucok, walaupun pada sistem nilai mentah ia LOLOS (karena mempunyai skor mentah tertinggi), Namun dengan sistem presentil Ucok malah “TIDAK LOLOS” Kenapa ? Karena Ucok hanya mengandalkan Mata pelajaran A (rangking 1) sedangkan mata pelajaran lainnya diabaikan (mempunyai rangking 3).
Artinya, penerima dengan rangking rata-ratanya tinggi di semua mata pelajaran yang diujikan akan berpeluang besar lolos SBMPTN. Jika tidak bisa tinggi semua… yaaaa paling tidak stabil di semua mata pelajaran. Ilustrasi diatas mudah-mudahan bisa menjelaskan misteri, kenapa sahabat kalian yang tidak diperhitung ketika di Sekolah Menengan Atas malah LOLOS di SBMPTN.
Informasi sistem penilaian presentil inilah yang tidak semua calon penerima mengetahuinya. Sehingga menganggap bahwa temannya yang tidak mempunyai kemampuan “mumpuni” malah lolos di SBMPTN. Saya tidak menyatakan bahwa sahabat anda yang dianggap “tidak mumpuni” itu mendadak pinter ketika ikut SBMPTN atau “main mata" dengan panitia. Tapi saya yakin ia mempunyai strategi jitu untuk bisa lolos SBMPTN lantaran sadar nggak mungkin mendadak pinter, tapi niscaya ia Cerdas !
Tentu saja tujuan Panitia memberlakukan sistem persentil itu yaitu untuk menjaring/menyaring para penerima SBMPTN yang mempunyai kemampuan lebih komprehensif. Alasannya, banyak kasus yang telah terjadi sebelumnya, di mana penerima yang lolos dan diterima di sebuah jurusan/program studi di Perguruan Tinggi Negeri ternyata tidak mempunyai kemampuan yang mahir sesuai jurusan yang dipilihnya.
Bagaimana kita memperoleh data pendaftar pada aktivitas studi yang kita pilih pada tahun ini? tentu saja tidak bisa, kita hanya bisa memperoleh jumlah pendaftar tahun sebelumnya dengan cara googling. kalau sudah diperoleh maka kita bisa memprediksi seberapa besar peluang untuk bisa lolos.
TES POTENSI AKADEMIK
Selain TBSP, SBMPTN juga menambahkan satu materi tes yaitu Test Potensi Akademik (TPA) dengan bobot penilaian 30 persen. Bentuk TPA sendiri yaitu tes kemampuan berpikir secara logis. Tes tersebut berbeda dari psikotes yang harus ditangani khusus oleh psikolog. Pada dasarnya TPA bertujuan untuk menjaring penerima SBMPTN dengan menekankan panilaian pada tiga poin, yaitu kemampuan komunikasi, analisis, dan hitungan. TPA merupakan indikator panilaian intelegensia alamiah peserta, selain untuk menjaring siswa yang betul-betul mempunyai kemampuan yang konprehensif melalui TPBSP.Tes ini juga mempunyai kegunaan sebagai indikator penilaian yang bebas dari kontaminasi bimbingan mencar ilmu lantaran kebanyakan siswa yang lulus dan bisa mengerjakan soal tes hanya lantaran hapal rumus yang didapat ketika bimbingan mencar ilmu saja bukan murrni kemampuan berpikir sendiri. Test ini juga bertujuan untuk menghindari penerima lolos tetapi tidak cocok dengan jurusan/program studi yang dipilihnya. Soal-soal TPA memang tidak secara khusus diajarkan di Sekolah. Kemampuan menjawab TPA akan sangat bergantung pada pengetahuan umum dan kebiasaan membaca diluar buku pelajaran, ibarat majalah, koran, isu TV dan lain-lain. Carilah contoh-contoh soal TPA semoga anda terbiasa menjawab secara benar dan cepat. Perlu dipahami pula bahwa SBMPTN dirancang untuk menjaring calon mahasiswa yang selain berakal tapi juga cerdas.
MATERI SOAL
Materi soal untuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dimungkinkan dibentuk berbeda dari tahun ke tahun atau hampir mirip. Materi soal yang bersifat prediktif tersebut nantinya akan menjadi pola untuk bisa mengetahui potensi calon mahasiswa sesuai aktivitas studi pilihannya.Bisa saja materi soal SBMPTN tidak mengulang materi yang sudah diujikan pada Ujian Nasional (UN) SMA/Sederajat. Soal-soal dibentuk di luar kurikulum SMA/Sederajat untuk bisa melihat kemampuan dan kelulusan siswa yang akan menimba ilmu di kursi kuliah sesuai aktivitas studi yang dipilih.
Idealnya, semua mata pelajaran TBSP dan TPA harus bagus, namun apabila dilihat dari soal-soal yang dikeluarkan, saya malah melihat tidak ada satu orang pesertapun yang akan bisa menjawab secara benar seluruh soal yang diujikan dengan waktu sangat terbatas. Tanpa bermaksud mengajak berspekulasi, bagaimanapun perlu dilakukan taktik dan taktik semoga bisa lolos dengan aneka macam keterbatasan kemampuan yang ada pada diri kita.
Dari uraian diatas beberapa catatan taktik dan taktik yang perlu dilakukan :
Pahami betul kriteria penilaian dan hukum main SBMPTN
- Pelajarilah soal-soal SBMPTN tahun-tahun sebelumnya semoga terbiasa dengan bentuk dan materi soal/pertanyaan SBMPTN. Ikutilah beberapa kali Try Out jauh sebelum SBMPTN yang diselenggarakan oleh penyelenggara Bimbingan Belajar semoga sanggup mengukur kemampuan dan meningkatkannya.
- Jawablah pertanyaan matapelajaran yang diujikan, jangan ada satu matapelajaranpun yang dikosongkan, kalau ini dilakukan maka akan masuk pada NILAI MATI, yang sanggup dipastikan tidak lolos.
- Jawablah soal yang yakin sanggup dijawab dengan benar, walaupun hanya 1 atau 2 soal sekalipun. Jangan agresif untuk menjawab seluruh pertanyaan tapi tidak yakin bisa menjawab dengan benar. Berdasarkan pengalaman penerima dari yang Lolos SBMPTN/SBMPTN tahun-tahun sebelumnya, justru di hanya menjawab 1, 2 atau 3 pertanyaan dari setiap mapel, tapi yakin benar.
- Jawablah soal yang paling gampang terlebih dahulu. Jangan habiskan waktu mengutak-ngatik soal sulit hanya lantaran penasaran. Jawablah soal ibarat anda mengisi teka teki silang. Setelah mengisi yang gampang biasanya akan muncul wangsit tanggapan soal yang sulit yang tadinya dilewat.
Pahami mata pelajaran pendukung aktivitas studi yang dipilih. Misalnya anda menentukan aktivitas studi Teknik Sipil maka matapelajaran pendukungnya yaitu matematik dan fisika. Upayakan nilai tes Matematika dan Fisika tinggi. - Carilah informasi jumlah pendaftar dan daya tampung pada aktivitas Studi yang dipilih di tahun-tahun sebelumnya sebagai citra jumlah pesaing dan memprediksi ranking. (biasanya jumlah pendaftar tahun sebelumnya nggak terlalu jauh berbeda). Walaupun tidak ada passing grade, namun perlu diperoleh informasi skore total (TBSP +TPA) yang sanggup diterima di Program Studi yang dipilih dan bandingkan dengan hasil try out kalau masih dibawah tingkatkan kemampuan samapai melebihi skore minimal Program Studi yang dipilih.
- Jika ternyata Skore beberapa Try out tidak bisa melampaui nilai minimal, sudah saatnya mempertimbangkan untuk mengalihkan pilihan aktivitas studi atau Perguruan Tinggi Negeri yang “passing grade”nya lebih rendah.
Sebagai catatan, perhitungan sistem penilaian ini disampaikan berdasarkan analisa dan pengalaman lantaran sistem panilaian SBMPTN yang resmi juga tidak pernah dikeluarkan secara resmi oleh panitia.
Artikel perihal Gagal SBMPTN, Pelajari Sistem Penilaian SBMPTN Terbaru sudah dipublikasikan sebelumnya di Fokus Belajar.
UPDATE !!!
Penilaian SBMPTN Terbaru, Mari kita Simak 👇👇👇
Perubahan Metode Penilaian SBMPTN 2018
Ikutilah SBMPTN dengan damai dan tidak menjadi beban berat, yang seperti kalau tidak lulus SBMPTN masa depan atau reputasi aAnda hancur…!
Video pilihan khusus untuk Anda 💗 Siswa kreatif ini bisa mengatakan kreativitas dan kemampuannya melalui PBB;
0 Response to "Gagal Sbmptn, Ketahui Sistem Evaluasi Sbmptn Terbaru"
Posting Komentar