Desain Motif Kain Sasirangan Khas Banjarmasin (Gambar Dan Maknanya) Beserta Model Baju Sasirangan Terbaru 2017
Motif Sasirangan – Sasirangan merupakan kain khas budpekerti suku Banjar yang mayoritas menetap di Kalimantan Selatan. Kain yang dibentuk melalui proses pewarnaan rintang ini menggunakan materi menyerupai tali, benang, ataupun sejenisnya dengan corak-corak tertentu.
Silakan tonton video singkat tentang kain Sasirangan khas suku Banjar, Kalimantan Selatan berikut ini.
Daftar Isi
- Sejarah Kain Sasirangan
- Mau Membeli Kain Sasirangan?
- Arti Warna Kain Sasirangan
- Mau Membeli Kain Sasirangan?
- Motif Sasirangan Beserta Gambarnya
- 1. Bayam Raja dan Kambang Kacang
- 2. Daun Jaruju dan Tampuk Manggis
- 3. Kangkung dan Kambang Kacang
- 4. Sunbulat Maurai dan Naga Balimbur
- 5. Ramak Sahang, Gelombang, dan Daun Katu
- 6. Bintang Sudut Ampat, Lima, Tujuh, Gugusan Bintang, dan Bintang Bahambur
- 7. Hiris Gagatas dan Kambang Sakaki
- 8. Kulat Karikit, Gigi Haruan, Hiris Pudak, dan Ular Lidi
- 9. Kangkung Kaumbakan dan Ombak Sinampur Karang
- Mau Membeli Kain Sasirangan Dengan Motif Sesuai Keinginan Kamu?
- Motif Sasirangan dan Maknanya
- 1. Bayam Raja
- 2. Kambang Kacang
- 3. Daun Jaruju
- 4. Tampuk Manggis
- 5. Sunbulat Maurai
- 6. Naga Balimbur
- 7. Ramak Sahang
- 8. Daun Katu
- 9. Bintang Sudut Ampat, Lima, Tujuh/Gugusan Bintang/Bintang Bahambur
- 10. Hiris Gagatas
- 11. Kambang Sakaki
- 12. Kulat Karikit
- 13. Gigi Haruan
- 14. Hiris Pudak
- 15. Ular Lidi
- 16. Kangkung Kaumbakan
- 17. Ombak Sinampur Karang
- 18. Dara Manginang
- Mau Membeli Kain Sasirangan yang Melambangkan Dirimu?
- Model Baju Sasirangan
- Model Baju Sasirangan Modern
- Model Baju Sasirangan Kombinasi
- Model Baju Sasirangan Untuk Kerja
- Model Baju Sasirangan Untuk Pesta
- Rancang Model Kain Sasiranganmu Sendiri Di Sini!
Sejarah Kain Sasirangan
Sasirangan merupakan kain budpekerti yang biasanya digunakan untuk program budpekerti khas suku Banjar. Kata sasirangan sendiri berasal dari kata “manyirang” yang mempunyai arti menjelujur.
Mengapa diberi nama manyirang atau menjelujur? Karena proses pengerjaan kain ini dilakukan dengan cara menjelujur yang kemudian diikat dengan tali kemudian dicelup ke dalam pewarna. Hingga sekarang, kain sasirangan masih dikerjakan secara manual dan tradisional.
Tercatat dalam sejarah, kain sasirangan merupakan kain sakral yang diwariskan semenjak kurun ke-12 ketika Raja Lambung Mangkurat menjadi patih Negara Dipa.
Pada mulanya, sasirangan masih masih dikenal untuk kain “batatamba” atau proses penyembuhan orang yang mengidap suatu penyakit sehingga ketika itu kain sasirangan masih harus dipesan terlebih dahulu (pamintaan) sesuai dengan kehendak pemesannya.
Oleh alasannya itulah, orang-orang suku Banjar sering menyebut kain sasirangan sebagai kain pamintaan atau permintaan. Selain untuk penyembuhan orang sakit, kain sasirangan juga merupakan kain yang dianggap sakral dan biasa digunakan dalam upacara budpekerti Banjar.
Arti Warna Kain Sasirangan
Dahulu kala, pewarnaan kain sasirangan sesuai dengan maksud atau tujuan pembuatannya. Salah satunya yaitu sebagai perhiasan terapi penyembuhan penyakit tertentu yang diderita seseorang. Berikut yaitu arti dari warna sasirangan:
1. Kain sasirangan warna kuning merupakan tanda yang menyimbolkan bahwa penggunannya sedang dalam proses penyembuhan untuk mengobati penyakit kuning (dalam bahasa Banjar: kana wisa)
2. Kain sasirangan warna hijau menyimbolkan bahwa penggunanya sedang dalam proses penyembuhan penyakit lumpuh/stroke
3. Kain sasirangan warna ungu ialah simbol bahwa penggunanya sedang menjalani proses penyembuhan penyakit sakit perut (disentri, kolera, atau diare)
4. Kain sasirangan warna merah merupakan simbol yang menunjukan bahwa pemakainya sedang menjalani proses penyembuhan penyakit sakit kepala dan insomnia/sulit tidur
5. Kain sasirangan warna hitam merupakan simbol bahwa penggunanya dalam proses mengobati penyakit kulit gatal-gatal dan demam.
6. Kain sasirangan warna coklat merupakan simbol yang menunjukan pemakainya sedang menjalani proses pengobatan penyakit tekanan jiwa atau stres.
Pewarnaan kain sasirangan pada zaman dahulu dilakukan dengan memperlihatkan zat pewarna yang terbuat dari bahan-bahan dari alami menyerupai dari daun, buah, biji, umbi tumbuhan atau kulit. Bahan-bahan tersebut ada yang tumbuh liar di dalam hutan atau ada juga yang sengaja ditanam di sekitar pekarangan rumah para pembuat kain khas Banjar itu sendiri.
Warna utama pada sasirangan tersebut di atas dibentuk dari zat pewarna alami, yaitu:
1. Kuning: dari temulawak atau kunyit
2. Hijau: dari jahe atau daun pudak
3. Ungu: dari biji buah ramania (gandaria)
4. Merah: dari buah mengkudu, lombok merah, gambir, atau kesumba (sonokeling).
5. Hitam: dari uar atau kabuau
6. Coklat: dari kulit buah rambutan atau uar.
Setelah dilakukan pewarnaan, supaya warna kain sasirangan tampak lebih renta atau lebih muda serta tahan usang (tak gampang pudar) maka biasanya materi tersebut di atas dicampur dengan rempah-rempah seperti: lada, jintan, garam, jeruk nipis, cengkeh, cuka, tawas, kapur atau terusi.
Corak khas pada kain sasirangan diperoleh dari teknik-teknik khusus yang dipengaruhi oleh beberapa hal yakni, teknik jahitan serta ikatan, komposisi warna, dan jenis materi pengikat/jenis benang. Dari hal-hal tersebutlah corak serta motif khas sasirangan terbentuk. Berikut yaitu beberapa motif sasirangan yang umum digunakan oleh masyarakat Banjar.
Motif Sasirangan Beserta Gambarnya
Motif pada kain sasirangan pada umumnya sanggup digolongkan menjadi 3 kelompok yakni:
- Motif lajur, yakni bentuk motif yang dirangkai secara memanjang. Contoh: hiris pudak, kulat karikit, gigi haruan, kangkung kaumbakan.
- Motif ceplok, yaitu bentuk motif yang tampil secara sendiri tanpa ada motif lain yang mendampingi. Contoh: tampuk manggis, hiris gagatas, atau tampuk manggis.
- Motif variasi, yaitu motif penghias sebagai tambahan dalam motif dalam lain yang sudah ada. Contoh: motif hiris gagatas yang diberi pinggiran semoga terlihat lebih menarik.
1. Bayam Raja dan Kambang Kacang
2. Daun Jaruju dan Tampuk Manggis
3. Kangkung dan Kambang Kacang
4. Sunbulat Maurai dan Naga Balimbur
5. Ramak Sahang, Gelombang, dan Daun Katu
6. Bintang Sudut Ampat, Lima, Tujuh, Gugusan Bintang, dan Bintang Bahambur
7. Hiris Gagatas dan Kambang Sakaki
8. Kulat Karikit, Gigi Haruan, Hiris Pudak, dan Ular Lidi
9. Kangkung Kaumbakan dan Ombak Sinampur Karang
Motif Sasirangan dan Maknanya
Motif-motif yang ada pada kain sasirangan tentu mempunyai makna dan filosofinya tersendiri. Masing-masing dari motif tersebut diambil dari sebuah tradisi yang sudah mengakar di masyarakat Banjar, dari binatang serta flora atau bahkan objek di alam semesta. Berikut yaitu klarifikasi mengenai motif sasiragan beserta maknanya.
1. Bayam Raja
Motif sasirangan Bayam Raja merupakan atribut untuk seseorang yang bermartabat dan dihormati di masyarakat. Bentuknya yakni berupa garis-garis yang melengkung patah-patah. Motif ini biasanya tersusun secara vertikal sebagai garis pembatas antara motif satu dan motif lainnya sehingga menjadikannya sebagai motif yang banyak digunakan dalam kain sasirangan.
2. Kambang Kacang
Motif sasirangan Kambang Kacang merupakan simbol sebuah keakraban. Hal tersebut dikarenakan kambang kacang merupakan sejenis tumbuhan yang buahnya selalu jadi kegemaran oleh hampir semua orang Banjar. Buah tersebut sering dicampur dalam pembuatan sayur menyerupai kacang hijau atau labu dalam kuliner khas masyarakat Banjar.
3. Daun Jaruju
Motif sasirangan Daun Jaruju mengandung makna sebagai penolak bala. Tanaman daun jaruju ini termasuk tumbuhan yang berduri yang sering dimanfaatkan sebagai pengusir tikus. Dahulu, daun jaruju ini diletakkan di sudut-sudut rumah semoga tikus tidak bisa menerobos masuk ke rumah.
4. Tampuk Manggis
Motif sasirangan Tampuk Manggis diambil dari filosofi buang manggis yang mempunyai makna kejujuran, dimana jumlah tampuk manggis niscaya selalu sama dengan jumlah isi buah manggis tersebut. Jadi, kalau tampuk yang terletak di luar buah manggis berjumlah lima maka jumlah isi buang manggis pun niscaya berjumlah lima. Motif ini menyiratkan makna bahwa apa yang sudah kita ucapkan haruslah sama dengan apa yang terlintas di dalam hati.
5. Sunbulat Maurai
Mayang Maurai berarti mayang yang terurai. Sunbulat itu sendiri dijadikan sebagai alat untuk program bamandi-mandi (mandi-mandi) dalam tradisi budpekerti Banjar yang biasanya dilakukan satu hari sebelum kedua pengantin bersanding. Selain itu, mayang juga digunakan dalam program mandi seorang perempuan yang hamil 7 bulan.
6. Naga Balimbur
Kalau motif Naga Balimbur diambil dari dongeng orang Banjar yang sanggup digolongkan ke dalam folklore/cerita rakyat, yakni perihal seekor naga yang sedang mandi di tengah sungai di pagi hari. Naga tersebut dengan riangnya berjemur di bawah terik sinar matahari yang hangat. Keadaan tersebut menggambarkan suasana yang bangga dan menyenangkan.
7. Ramak Sahang
Motif sasirangan Ramak Sahang terdiri dari kata “ramak” yang berarti hancur dan “sahang” yang berarti merica, sehingga ramak sahang berarti merica hancur. Bentuk motif ini hampir menyerupai dengan motif hiris bahu ganda akan tetapi gambarnya tidak senyawa alias terputus-putus.
8. Daun Katu
Motif sasirangan Daun Katu diambil dari sejenis tumbuhan yang sering dijadikan sebagai sayur, yakni daun katu. Orang banjar sering menanam tumbuhan daun katu di pekarangan rumahnya lantaran sangat bermanfaat untuk ibu-ibu yang sedang menyusui. Daun katu dipercaya dan memang sudah terbukti secara ilmiah bisa melancarkan air susu ibu (ASI).
9. Bintang Sudut Ampat, Lima, Tujuh/Gugusan Bintang/Bintang Bahambur
Motif sasirangan berbentuk bintang atau Bintang Bahambur yang berarti bintang yang berantakan (di langit) menyatakan bahwa bintang merupakan ciptaan-Nya dan sebagai tanda kebesaran Yang Maha Kuasa. Makna dari bahambur (berserakan) ialah kita sebagai insan yang kecil ini tidak akan bisa menghitung jumlah bintang bahwasanya di seluruh alam semesta ini.
10. Hiris Gagatas
Motif sasirangan Hiris Gagatas disebut juga rincung gagatas yang berarti bungas (cantik) serta tak akan pernah bosan apabila terus dipandang. Umumnya, kue-kue tradisional khas Banjar dipotong menjadi beberapa bab dengan bentuk gagatas ini.
11. Kambang Sakaki
Motif sasirangan Kambang Sakaki melambangkan keindahan yang disimbolkan dengan sekuntum bunga. Motif ini sering digunakan pada ornamen khas Banjar menyerupai pada gesekan arsitektur rumah budpekerti Banjar.
12. Kulat Karikit
Motif sasirangan Kulat Karikit diambil dari flora sejenis cendawan atau jamur yang hidup melekat pada sebuah batang atau dahan pohon yang disebut kulat. Walaupun hidupnya dengan menumpang di flora lain, akan tetapi kulat ini tidak sedikit pun merugikan flora yang ditumpanginya layaknya parasit menyerupai benalu.
Kulat karikit hidup secara berdikari dengan mencari makan sendiri. Maka diambil sebuah makna filosofi dari cara hidup kulat tersebut bahwa hidup haruslah mandiri, tahan menderita, dan jangan pernah merugikan orang lain walau sedikit pun.
13. Gigi Haruan
Motif sasirangan Gigi Haruan diambil dari ikan yang merupakan kuliner kegemaran orang Banjar yaitu Haruan atau Gabus. Ikan haruan berwarna hitam dengan gigi-gigi runcing dan tajam. Dari gigi haruan tersebutlah diambil filosofi kehidupan yang bermakna ketajaman berpikir.
14. Hiris Pudak
Motif sasirangan Hiris Pudak merupakan sebutan orang Banjar untuk tumbuhan pandan yang sering ditanam di pekarang rumah layaknya tumbuhan daun katu. Pandan sering digunakan sebagai pengharum ketika memasak nasi.
Selain itu, orang Banjar sering juga menggunakan air pandan sebagai pewarna kuliner ringan manis tradisional. Pandan juga digunakan sebagai adonan bunga rampai (bunga khas Banjar) yang bersahabat digunakan dalam program perkawinan budpekerti Banjar.
15. Ular Lidi
Motif sasirangan Ular Lidi diambil dari dongeng orang Banjar dan dianggap sebagai simbol kecerdikan. Hal ini dikarenakan lantaran ular lidi yang kecil dan gagah tersebut arif tapi juga berbisa. Bentuk motif ini menyerupai hiris pudak, berganda dan tidak patah-patah, akan tetapi melengkung vertikal serta bervariasi.
16. Kangkung Kaumbakan
Motif sasirangan Kangkung Kaumbakan berarti kangkung yang terkena ombak. Motif ini mempunyai filosofi bahwa kangkung yang merupakan salah satu tumbuhan air yang menjalar apabila ia terkena gelombang ombak air, batangnya tidak akan putus. Makna filosofinya yakni tahan terhadap cobaan serta ujian dalam kehidupan.
17. Ombak Sinampur Karang
Motif sasirangan Ombak Sinampur Karang berarti ombak yang menerjang karang. Ombak disini dikiaskan sebagai gelombang usaha hidup manusia.
18. Dara Manginang
Motif sasirangan atau dalam istilah orang Banjar disebut juga Galuh Manginang yang berarti seorang gadis Banjar dahulu yang gres manginang, yaitu memakan sirih sehingga air liurnya memerah lantaran gambir sampai menetes dari bibir.
Namun, tradisi ini sudah jarang ditemui di masyarakat Banjar ketika ini. Karena alasannya itulah kemudian tradisi tersebut diabadikan menjadi salah satu motif sasirangan, sehingga sanggup dijadikan pengingat bahwa orang-orang Banjar dahulu mempunyai tradisi menginang. Biasanya motif ini lebih banyak didominasi berwarna merah menyala.
Model Baju Sasirangan
Jenis kain khas dari salah satu tempat di Indonesia ini memang sedang naik daun. Tak hanya di kalangan para desainer tapi juga di kalangan para pecintanya.
Model baju sasirangan mempunyai motif yang sangat khas. Corak atau motif sasirangan itulah yang menjadi salah satu daya tarik kain ini dibandingkan jenis kain khas yang lain.
Kain sasirangan yang dikombinasikan dengan kain yang lain bisa menghasilkan baju yang terkesan modern baik untuk keperluan kerja ataupun pesta. Selain itu, baju yang dipadupadankan tersebut juga bisa digunakan ketika santai.
Model Baju Sasirangan Modern
Ada banyak orang yang menjual kain sasirangan, namun hanya sebagian dari mereka yang menjual baju sasirangan dengan motif terbaru. Berikut beberapa referensi gambar model baju sasirangan dengan corak modern.
Model Baju Sasirangan Kombinasi
Kain sasirangan yang dikombinasikan dengan kain lain bisa menjadikanmu terlihat lebih elegant. Model baju sasirangan di bawah ini merupakan perpaduan antara kain sasirangan dan kain polos yang dijahit sedemikian rupa sehingga terlihat sangat keren.
Model Baju Sasirangan Untuk Kerja
Bosan menggunakan baju yang itu-itu saja ketika kerja? Cobalah untuk menggunakan baju sasirangan ketika bekerja. Tentu akan menjadikanmu lebih menarik.
Model Baju Sasirangan Untuk Pesta
Tak hanya untuk kerja, kain sasirangan juga sangat cocok untuk dijadikan kostum pesta. Motif yang unik pada kain sasirangan tentu sangat menarik perhatian.
Demikian pemaparan perihal motif sasirangan yang merupakan kain khas dari tempat Kalimantan Selatan. Kita sebagai warga negara Indonesia pada umumnya dan sebagai anak banua semestinya perlu mengetahui perihal kebudayaan masing-masing daerah. Karena kalau bukan kita selaku pemuda, siapa lagi yang akan meneruskan pelestarian budaya tempat di Indonesia.
Yuk, bagikan artikel ini ke bawah umur banua yang lain. Terima kasih.
Sumber https://tekooneko.com/
0 Response to "Desain Motif Kain Sasirangan Khas Banjarmasin (Gambar Dan Maknanya) Beserta Model Baju Sasirangan Terbaru 2017"
Posting Komentar