iklan

Makalah Pai Ihwal Problem Alam Semesta Berdasarkan Pandangan Islam.

Makalah Adalah suatu karya tulis ilmiah mahasiswa mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan. Makalah ini umumnya merupakan salah satu syarat untuk menuntaskan suatu perkuliahan, baik berupa kajian pustaka maupun hasil acara perkuliahan lapangan.

Seperti yang kita semua ketahui makalah merupakan salah satu penggalan penting dalam proses pembelajaran dimana biasanya guru menyuruh siswanya untuk membuat sebuah makalah sesuai dengan topik dan mata pelajran dari setiap guru dari mata pelajaran masing.

Dimana pada prosesnya makalah ini dibuat baik itu secara individu maupun kelompok dan nantinya akan dipresentasikan sebagai bentuk pertangggungjawaban dari makalah yang telah dibuat tersebut baik itu dalam bentuk diskusi maupun presentasi perorangan sebagai bentuk dari hasil yang ingin dicapai dalam sebuah proses belajrar mengajar.
Berdasarkan hal tersebut kali ini saya akan memberikan pola makalah yang pernah saya buat ketika masih sekolah, adapun  makalah yang akan saya bahas kali ini, mengenai Makalah PAI perihal problem Alam Semesta  Menurut Pandangan Islam. untuk lebih memahaminya silahkan kalian simak pola makalah berikut ini.

Makalah PAI perihal problem Alam Semesta  Menurut Pandangan Islam. 


Sesuai dengan judul artikel yang saya ambil yaitu Makalah PAI perihal problem Alam Semesta Menurut Pandangan Islam denga demikian Makalah ini berisi perihal uraian-uraian mengenai problem Alam Semesta  Menurut Pandangan Islam. 

Adapun dalam pola makalh kali ini terdiri dari pada beberapa penggalan yaitu L
1. Kata Pengantar
2. Daftar ISI
3. Bagian Isi
   a. BAB I
   b. BAB II
   c. BAB III
4. Daftar Makalah

Berikut makalah yang mengenai masalah Alam Semesta  Menurut Pandangan Islam. 


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga penyusun sanggup menuntaskan makalah “ALAM SEMESTA MENURUT PANDANGAN ISLAM”.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini sanggup terselesaikan kerena adanya pemberian beberapa pihak. Oleh lantaran itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis memberikan ucapan terima kasih kepada :
1. Drs. Asep Wahyudin, selaku dosen penganpu mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Rekan-rekan penyusun yang telah memberikan bantuan, baik berupa ide, waktu maupun tenaga demi terselesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari tepat dan masih banyak kekurangan. Oleh lantaran itu penyusun mengharapkan kritik dan saran pada semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini sanggup mempunyai kegunaan bagi penyusun khususnya dan bagi rekan-rekan mahasiswa yang bermunat pada umumnya.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................1  
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................3
A. Latar Belakang ...............................................................................................................4
B. Tujuan ......................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................6
ALAM SEMESTA MENURUT PANDANGAN ISLAM ..............................................................7
A. Konsep Alam Semesta .......................................................................................................8
B. Proses Kejadian Alam Semesta ..............................................................................................9
C. Hubungan Manusia dengan Alam Semesta .....................................................................10
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................11
A. Kesimpulan ......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................13



BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 
Alam semesta yaitu fana. Pengertian dari alam semesta yaitu ruang dimana di dalamnya terdapat kehidupan biotik maupun abiotik serta segala macam insiden alam yang sanggup diungkapkan maupun yang belum sanggup diungkapkan oleh manusia.

Ada penciptaan, proses dari ketia-daan menjadi ada, dan jadinya hancur. Di antaranya ada pen-ciptaan insan dan makhluk hidup lainnya. Di sana berlang-sung pula ribuan, bahkan jutaan proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tak diketahui. Sebenarnya seluruh insiden di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di dalam Al Qur’an. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan mengekor pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia. 

B. Tujuan
1. Memenuhi kiprah mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Mengetahui konsep alam semesta
3. Mengetahui proses insiden alam semesta
4. Mengetahui kekerabatan insan dengan alam




BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsepsi dan persepsi perihal Alam Semesta
Konsepsi perihal alam  mengandung arti kosmogoni (asal-usul alam semesta) dan ada kaitannya dengan problem identifikasi. Tidak ibarat konsepsi indera, yang lazim dimilikimanusia dan makhluk hidup lainnya identifikasi ini hanya di miliki oleh manusia. Karena itu ,konsepsi perihal alam semesta juga hanya di miliki oleh manusia. Konsepsi ini bergantung pada pemikiran dan pemahamannya. Dari  persepsi indera perihal alam semesta banyak bintang ang lebih maju ketimbang manusia, lantaran bintang mempunyai indera tertentu yang tidak di miliki oleh manusia.
Beragam konsepsi perihal alam semesta.

Pada umumnya ada tiga macam konsepsi perihal alam semesta atau identifikasi perihal alam semesta atau dengan kata lain interpretasi insan perihal alam semesta. Sumber interpretasi ini ada tiga hal: 
Ilmu pengetahuan, filsafat, agama. Maka sanggup dikatakan bahwa ada tiga macam konsepsi perihal alam semesta: konsepsi ilmiah, konsepsi filosofis dan konsepsi religious. 

Konsepsi ilmiah perihal alam semesta
Ilmu pengetahuan sanggup member insan perihal sesuatu. Juga sanggup memberikan pengetahuan perihal selembar daun. Kemudian lantaran memperkenalkan insan dengan aturan tertentu yang mengatur sesuatu, maka ilmu pengetahuan bisa membuat insan sanggup mengendalikan dan memanfaatkan sesuatu dan dengan demikian ilmu pengetahuan memajukan industry dan teknologi. Dari pembahasan terdahulu jelaslah bahwa ideologi membutuhkan perihal alam yang 
  1. Dapat menjawab pertanyaan penting mengenai alam semesta sebagai keseluruhan, bukan hanya penggalan dari alam semesta.
  2. Dapat menjadi konsepsi awet dan andal bukan konsepsi yang sifatnya untuk semestara waktu.
  3. Dapat mempunyai nilai teorotis dan nilai realistis juga bukan semata-mata nilai mudah dan nilai teknis saja. Makara jiga terang bahwa konsepsi ilmu pengetahhuan perihal alam, sekalipun mempunyai hal-hal lain yang sanggup dipercaya, tidak mempunyai ketiga syarat ini. 

Konsepsi alam semesta berdasarkan agama islam yaitu islam membawakan tauhid dalam bnetuknya yang paling murni. Dari sudut pandang islam,tidak ada yang ibarat alloh swt dan tidak ada yang menyamainya.

Tidak ada yang serupa dengan-Nya. (QS asy-syura : 11)
Independensi allah mutlak sifatnya. Segala sesuatu bergantung pada-nya,namun Dia tidak bergantung pada apa dan siapa. 

Allah melihat dan mengetahui segala sesuatu.dia melaksanakan bisa melaksanakan apapun yangdikehendakinya
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu ( Qs. Asyura: 12)
Dia bisa melaksanakan segala sesuatu ( Qs. Al Hajj; 26)
Allah SWT ada dimana-,mana setiap tempat, entah diatas langit atau dikedalaman bumi, mempunyai kekerabatan yang sama denganNya. Kearah manapun kita menghadap, kita menghadap Allah SWT:
Kemanapun kau berpaling disitulah wajah Allah SWT (QS, Al baqoroh: 115)

Dari sudut pandang tauhid dan konsepsi islam perihal alam semesta, alam semesta merupakan ciptaan dan diurus oleh kehendak dan perhatian Allah SWT. Jika Allah sekejap saja tidak member perhatian maka seluruh alam semesta akan binasa seketika itu juga. Segala yang diciptakan Allah tidaklah sia-sia. Sistem yang ada pada alam semesta yaitu system yang paling sempurna. Sistem ini memanifestasikan keadilan dan kebenaran dan didasarkan pada serangkaian lantaran akibat. 

Takdir Allah berlaku untuk alam semesta. Manusia ditakdirkan oleh takdir Allah untuk merdeka dan bertanggung jawab. Manusia yaitu yang kuasa bagi nasibnya sendiri dan insan mempunyai harkat dan martabat khususnya. Manusi daerah untuk menjadi khalifah di alam semesta yang telah diciptakan Allah SWT.

Pandangan  filosofis mengenai alam semesta 
Meskipun konsepsi filosofis megenai alam semesta tidak secama dan spesifik konsepsi ilmu pengetahuan, namun konsepsi filosofis didasarkan pada sejumlah prinsip yang terang dan tidak disaangka lagi oleh akal. Prinsip ini mempengaruhi reaksi insan terhadap pengalamannya bekerjasama dengan alam. Prinsip ini menentukan sikapnya dan memberinya pandangan tertentu mengenai alam semesta. Prinsip ini menberinya pandangan tertentu mengenai alam semesta. Prinsip ini meberikan makna kepada kehidupannya atau menariknya kearah hal-hal yang sepele dan tak masuk akal. Itulah sebabnya kami katakana bahwa ilmu pengetahuan tak sanggup memberikan konsepsi perihal alam yang sanggup menjadi dasar bagi ideology, sementara filsafat dapat.

Konsepsi religious mengenai alam semesta
Dalam agama-agama tertentu ibarat islam konsep religious perihal alam semesta mengambil warna filosofis atau argumentative dan merupakan penggalan integral dari agam itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang diangkat oleh agama didasarkan pada pemikiran dan bujah. Dengan demikian konsepsi islam mengenai alam semesta bersifat rasional dan filosofis. Selain nilai konsepsi filosofis yaitu awet dan komprehensif, konsepsi religious perihal alam semesta tak ibarat konsepsi ilmiah dan filosofis murni, mempunyai satu lagi nilai yaitu menyucikan prinsip-prinsip konsepsi alam semsta.

Konsepsi tauhid perihal alam semesta
KOnsepsi tauhid mengenai alam semsta memberikan arti, semangat dan tujuan kepada kehidupan. Konsepsi ini menempatkan insan di jalan menuju kesempurnaan yang selalu ditujunya tanpa pernah berhenti pada tahap apapun. Konsepsi tauhid ini mempunyai daya tarik khusus. Konsepsi ini memberikan vitalitas dan kekuatan kepada manusia, memperlihatkan tujuan yang suci lagi tinggi, dan melahirkan orang-orang yang perduli. Konsepsi ini merupakan satu-satunya konsepsi perihal alam semsta yang membuat tanggung jawab insan terhadap sesamanya menjadi mempunyai makna.  Juga merupakan satu-satunya konsepsi yang menyelamatkan insan dari terjungkal ke jurang kebodohan. 

1). PROSES KEJADIAN ALAM SEMESTA
Allah swt  telah mengatur semua proses penciptaan bumi. Dan Allah telah memberitahukan kepada umatnya mengenai penciptaan bumi dan alam semesta melalui Al-quran. Kitab suci umat islam inilah sumber dari segala macam ilmu pengetahuan.

Di dalamnya semua ilmu pengetahuan tertulis untuk membantu kita mencari pengetahuan dan terus mengimani isi-isinya. Dalam hal ini saya berupaya untuk sedikit menkaji mengenai ayat dalam al-quran yang membahas megenai penciptaan bumi. 

Dalam surat An Naaziat (79) ayat 27 – 33 menandakan proses penciptaan bumi dan alam semesta. Dalam ayat tersebut tertulis bumi dan alam semesta tercipta dalam enam masa. Masih dalam perdebatan mengenai enam masa yang dimaksud. Entah itu enam tahun, enam hari, enam periode, ataupun enam tahapan. Dalam hal ini kami mencoba mengkaji enam masa yang dimaksud. Tulisan ini kami ambil dari aneka macam sumber. 

Annaziat ayat 27 :
”Apakah kau lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,(27)”
  Dalam ayat tersebut dimulailah mengenai masa I penciptaan bumi. Pasa masa I ini dijelaskan mengenai penciptaaan langit. Dalam ilmu tata surya dikenal dengan istilah ”Teori Big Bang”. Teori Big Bang yaitu salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu. alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan bubuk (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut, terdiri dari hidrogen. Hidrogen yaitu unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Bisa diaktakan awan dan langit yang kita lihat selama ini yaitu bentuk pertama dari penciptaan bumi dan alam semesta.

Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan bubuk yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi penggalan dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal kini bagaikan kapas, terdapat penggalan yang kosong dan penggalan yang terisi.

Annaziat ayat 28 :
”Dia meninggikan bangunannya kemudian menyempurnakannya,(28)”
Ayat ini menandakan masa II dari penciptaan bumi. Dua kata kunci dalam ayat ini yaitu “meninggikan dan menyempurnakan”. Mengembang yang dimaksud yaitu proses berkembangnya seluruh galaksi yang saling menjauh antar satu sama lain. Dan langit-langit menjadi semakin meninggi. Mengembangnya alam semesta bergotong-royong yaitu kelanjutan big bang.

Sedangkan kata ”menyempurnakan”, memperlihatkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan janjkematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini sanggup terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.

Annaziat ayat 29 :
”Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang (29)”
Memasuki masa III, di sini yang sanggup kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT telah membuat siang-malam secara bergantian. Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan menjadikan siang yang terang benderang. Dapat diartikan dalam ayat ini Matahari sebagai sumber cahaya dan bumi berputar mengelilinya. Karena perputaran bumi tersebut terjadilah siang dan malam.

Annaziat ayat 30 :
”Dan bumi sehabis itu dihamparkan-Nya (30)” Di masa IV inilah mulai bumi terbentuk. dimulai dengan pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.

Annaziat ayat 31 :
“Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya(31)”
Pada ayat ini, dijelaskan mengenai masa V penciptaan bumi yaitu evolusi air. Ketika bumi terbentuk air belum ada. Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.

Annaziat ayat 32 :
  “Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (32)”
Memasuki masa VI, atau masa terakhir, bumi mulai diisi dengan gunung-gunung yang terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.
  Setelah terbentuk gunung, maka diciptakanlah hewan-hewan, dan insan hingga kini ini. 
Dijelaskan dalam Annaziat ayat 33 :
”(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”.
  Begitulah kira-kira proses penciptaan bumi. Banyak dari ayat-ayat dan surat lain yang menjelaskan mengenai penciptaan bumi. Namun saya hanya memfokuskan kepada surat Annaziat, ayat27-33. untuk lebih jelasnya bisa kaji gotong royong kedepannya nanti.
Hikmah apa yang bisa petik?

1. Dalam surat Al baqarah ayat 2 dijelaskan:
”Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
Sangat terang di dalam al quran tidak keraguan seluruh isi di dalamnya. Semuanya isinya telah terbukti berdasarkan alam yang telah ada, dan juga melalui ilmu pengetahuan. jikalau kita terus berpegang teguh pada Al Alquran insya Allah kita termasuk orang yang bertaqwa.

2. Al quran tidak hanya untuk sekadar di baca, namun diharapkan pengkajian lebih dalam mengenai segala macam isi-isinya. Di dalamnya terdapat segala macam ilmu pengetahuan yang bisa terus kita gali.

3. Segala sesuatu mengenai kehidupan di bumi ini, telah diatur oleh Allah SWT. Kita tinggal bertaqwa kepada Allah SWT supaya diberikan petunjuk kebenaran dalam hidup ini.

Penemuan di bidang astronomi menimbulkan kosmologi terbagi dalam dua kelompok.:
1. Kelompok pertama beranggapan bahwa alam semesta ini statis, dari permulaan diciptakannya hingga kini ini tak berubah. 
2. Kelompok kedua dan yang paling diakui ketika ini beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis, bergerak atau beruba dan hingga ketika ini masih terus mengembang/membesar.

Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis ditunjang oleh ilmu pengetahuan modern. Menurut teori evolusi, pengembangan ibarat dibuktikan oleh adanya big bang, ditafsirkan bahwa alam semesta ini dimulai dengan satu ledakan dahsyat. Materi yang terdapat dalam alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton, neutron, dan elektron, tidak bisa membentuk susunan yang lebih berat. Karena mengembang, maka suhu menurun sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk inti atom. Kecepatan mengembang ini menentukan macam atom yang terbentuk.

Para jago ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit. Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominir oleh unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat akan dominan.

Selama 250 juta tahun sehabis ledakan dahsyat, energi sinar mayoritas terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan materi semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari materi dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa materi larut dalam panas radiasi, ibarat garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, materi dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik hingga 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang  itupun mulai bercahaya.

Karena sebagian dari materi terhisap ke sentra bintang, maka planet dibuat dari sisa-sisanya. Yaitu butir-butir bubuk berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin usang makin besar sehingga terbentuk planet-planet ataupun benda angkasa lainnya selain bintang.

Diperkirakan proses pengembangan alam semesta tersebut  masih berlangsung hingga ketika ini. Dimana setiap galaksi satu dan galaksi lainnya saling berjauhan satu sama lain setiap waktunya. Proses ini akan terus berlangsung hingga final jaman, dimana alam semesta sudah tidak mempunyai energi yang menopangnya lagi dan alam ini sudah mencapai batas final dari proses pengembangannya. Hingga jadinya alam semesta ini runtuh. Tak bisa kita bayangkan kerusakan apa yang akan terjadi ketika bumi, planet yang menjadi rumah bagi manusia, tertimpa reruntuhan alam semesta yang tak terhingga besarnya.

2). HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM
Manusia dan alam mempunyai keterikatan yang berpengaruh dimana keduanya mempunyai hak dan kewajiban antara satu dengan yang lain untuk menjaga keseimbangan alam. Hubungan antara insan dengan alam atau kekerabatan insan dengan sesamanya, bukan merupakan kekerabatan antara penakluk dan yang ditaklukkan, atau antara yang kuasa dengan hamba, tetapi kekerabatan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Manusia diperintahkan untuk memerankan fungsi kekhalifahannya yaitu kepedulian, pelestarian dan pemeliharaan. Berbuat adil dan tidak bertindak sewenang -wenang kepada semua makhluk sehingga kekerabatan yang selaras antara insan dan alam bisa memberikan dampak positif bagi keduanya. Oleh lantaran itu insan diperintahkan untuk mempelajari dan menyebarkan pengetahuan alam guna menjaga keseimbangan alam dan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Itu merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. 

Dalam pelajaran ekologi manusia, kita akan dikenalkan pada teori perihal kekerabatan insan dengan alam. Salah satunya yaitu anthrophosentis. Di sana dijelaskan mengenai kekerabatan insan dan alam. salah satu bentuknya yaitu anthoposentris. dimana insan menjadi sentra dari alam. maksudnya semua yang ada dialam ini yaitu untuk manusia. Kalau dipikir-pikir emang benar sih. buat apa coba, ada sapi, ikan, padi, kalau bukan untuk masakan kita. buat apa ada kayu, batu, pasir, kalau bukan buat bangunan untuk manusia. buat apa ada emas, berlian kalau gak digunakan oleh insan sebagai perhiasan.

Allah SWT. juga menjelaskannya dalam Al Qur’an, bahwa semua yang ada dialam ini memang sudah diciptakan untuk kepentingan manusia.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (al baqarah: 29)
Tapi berbeda dengan anthoroposentris yang menempatkan insan sebagai penguasa yang mempunyai hak tidak terbatas terhadap alam, maka islam menempatkan insan sebagai rahmat bagi alam.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(al anbiyaa’:107)

walaupun kita diberi kelebihan oleh Allah atas segala sesuatu di alam ini, tapi kelebihan itu tidak menjadikan kita sebagai penguasa atas alam dan isinya. Karena alam dan isinya tetaplah milik Allah. Kita hanya diberikan kekuasaan atas alam tersebut sebagai pengelola dan pemelihara, dan pemakmur.
Kemudia ketika kita berinteraksi dengan alam, tidak ibarat paham antroposentris yang menghalalkan sebgala cara asal kebutuhan insan terpenuhi, islam mengajarkan bahwa hak kita dalam memanfaatkan alam juga dibatasi oleh hak alam dan isinya itu sendiri.

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang majemuk buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang majemuk itu) bila beliau berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kau berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al an’am:141)” kita tidak boleh berlegih-lebihan dalam memanfaatkannya, sehingga menimbulkan kerusakan. seharusnya semua yang ada dialam ini kita jadikan sebagai sarana untuk berpikir akan kebesaran Allah SWT.

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain perihal rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat gejala (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.(ar ra’du: 4)”

Ada fungsi utama insan di dunia, yaitu 'abdun' dan khalifah Allah dibumi.Esensi dari 'abdun' yaitu ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.

Dalam kontek 'abdun', insan menempati posisi sebagai ciptaan Allah.Posisi ini mempunyai konsekuensi adanya keharusan insan untuk taat dan patuh terhadap penciptanya.Keengganan insan menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang Pencipta berupa potensi yang tepat yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal.Dengan hilangnya rasa syukur menimbulkan ia menghambakan diri kepada selain Allah termasuk menghambakan diri kepada selain Allah termasuk menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan insan menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan insan kepada sesama insan termasuk pada dirinya.

Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan dan kecenderungan kepada dan kecenderungan kepada perbuatan fasik.Sebagaimana firman Allah, faalhamaha fujuroha watakwaha.Artinya "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa insan kefasikan dan ketakwaan".Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah berikan petunjuk berupa agama sebagai alat insan untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Untuk itu Allah berfirman "wahadainahu najdaini"."Aku tunjukan kau dua jalan".Akal mempunyai kemampuan untuk menentukan salah satu yang terbaik bagi dirinya.

Fungsi yang kedua sebagai Khalifah Allah di bumi, ia punya tanggung jawab untuk menjaga alam.Manusia diberikan kebebasan untuk memanfaatkan sumberdaya.Oleh lantaran itu perlu adanya ilmu dalam memanfaatkan sumberdaya supaya tetap terdapat keseimbangan dalam alam.
Kerusakan alam lebih banyak disebabkan lantaran ulah insan sendiri.Sebagaimana firman Allah dalam Qs.Arrum 41.

Artinya: “41. Telah nampak kerusakan di darat dan di bahari disebabkan lantaran perbuatan tangan manusi, supay Allah mencicipi kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Untuk melaksanakan tanggung jawabnya, insan diberikan keistimewaan berupa kebebasan untuk berkreasi sekaligus menghadapkan dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psikofisik.Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menuntut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah, baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah secara pribadi (fungsi sebagai abdun) maupun konteks ketaatan terhadap sunatullah (fungsi sebagai khalifah).Perpaduan antara kiprah ibadah dan khalifah inilah yang akan mewujudkan insan yang ideal yakni insan yang selamat dunia akherat

Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk berguru dan terus belajar, maka Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya supaya mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan supaya mereka tidak salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut : Al-Qur’an dan as-Sunnah : Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya yaitu pribadi dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun, lantaran ia diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga perihal kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan Allah SWT melalui aneka macam perintah untuk memikirkan ayat-ayat NYA dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala hal.

Manusia merupakan penggalan tak terpisahkan dari alam. Sebagai penggalan dari alam, keberadaan insan di alam yaitu saling mengisi dan melengkapi satu dengan lainnya dengan kiprah yang berbeda-beda. Manusia mempunyai kiprah dan posisi khusus diantara komponen alam dan makhluq ciptaan Tuhan yang lain yakni sebagai khalifah, wakil Tuhan dan pemimpin di bumi ( QS: Al An’am:165). Hubungan antara insan dengan alam lingkungan hidupnya ini ditegaskan dalam beberapa ayat al Qur’an dan Hadist Nabi yang pada dasarnya yaitu :

1) Hubungan keimanan dan peribadatan. Alam semesta berfungsi sebagai sarana bagi insan untuk mengenal kebesaran dan kekuasaan Tuhan (beriman kepada Tuhan) melalui alam semesta, lantaran alam semesta yaitu tanda atau ayat-ayat Allah. Manusia dihentikan memperhamba alam dan dihentikan menyembah kecuali kepada Allah yang Menciptakan alam.

2) Hubungan pemanfaatan yang berkelanjutan. Alam dengan segala sumberdayanya diciptakan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam memanfaatkan sumberdaya alam guna menunjang kehidupannya ini harus dilakukan secara masuk akal (tidak boleh berlebihan). Demikian pula tidak diperkenankan pemanfaatan sumberdaya alam hanya untuk memenuhi kebutuhan bagi generasi ketika ini sementara hak-hak pemanfaatan bagi generasi mendatang terabaikan. Manusia dihentikan pula melaksanakan penyalahgunaan pemanfaatan dan atau perubahan alam dan sumberdaya alam untuk kepentingan tertentu sehingga hak pemanfatatannya bagi semua kehidupan menjadi berkurang atau hilang.

3) Hubungan pemeliharaan. Manusia mempunyai kewajiban untuk memelihara alam untuk keberlanjutan kehidupan, tidak hanya bagi insan akan tetapi bagi semua makhluk hidup yang lainnya. Tindakan insan dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan dan mengabaikan asas konservasi sehingga menimbulkan terjadinya degradasi dan kerusakan lingkungan, merupakan perbuatan yang dihentikan (haram) dan akan mendapat hukuman. Sebaliknya insan yang bisa menjalankan kiprah pemeliharaan alam ini dengan baik, maka baginya tersedia ganjaran dari Allh swt.

Manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, bekerjasama pula dengan alam sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dalam bekerjasama dengan Tuhan ini insan memerlukan alam sebagai sarana untuk mengenal dan memahami Tuhan (yakni: alam yaitu ayat-ayat kauniah Tuhan). Manusia juga memerlukan alam (misalnya: papan, pangan, sandang, alat transportasi dan sebagainya) sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah swt. Hubungan manusia–alam ini yaitu bentuk kekerabatan kiprah dan fungsi, bukan kekerabatan sub-ordinat (yakni: insan yaitu penguasa alam) sebagaimana pahamnya penganut antroposentrisme dan kaum materialis. Sementara itu alam bekerjasama pula dengan Tuhan yang menciptakannya dan mengaturnya. Makara alampun tunduk terhadap ketentuan atau hukum-hukum atau qadar yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Memelihara alam. Agar insan bisa memahami alam dengan segala hukum-hukumnya, insan harus mempunyai pengetahuan dan ilmu perihal alam. Dengan demikian, upaya insan untuk bisa memahami alam dengan pengetahuan dan ilmu ini pada hakekatnya merupakan upaya insan untuk mengenal dan mamahami yang Menciptakan dan Memelihara alam, supaya bisa bekerjasama denganNya.

Dalam pandangan Islam, insan disamping sebagai salah satu makhluk Tuhan, ia sekaligus sebagai wakil (khalifah) Tuhan dimuka bumi (Al An’am: 165). Sebagai mahkluk Tuhan, insan mempunyai kiprah untuk mengabdi, menghamba (beribadah) kepada Penciptanya (al-Chaliq). Dalam penghambaan ini insan tidak diperkenankan (haram) untuk mengabdi kepada selain Allah. Pengabdian atau penghambaan kepada selain Allah merupakan perbuatan syirk dan merupakan dosa besar. Dalam dedikasi ini terkandung konsep tauhid (peng Esaan) terhadap Tuhan. Dengan demikian, tauhid merupakan sumber nilai sekaligus budbahasa yang pertama dan utama dalam kekerabatan antara manusia, alam dan Tuhan.

Sebagai wakil Allah, maka insan harus bisa merepresentasikan kiprah Allah terhadap alam semesta termasuk bumi seisinya antara lain memelihara (al rab) dan menebarkan rakhmat (rakhmatan) di alam semesta. Oleh lantaran itu kewajiban insan terhadap alam dalam rangka pengabdiannya kepada Allah swt yaitu melaksanakan pemeliharaan terhadap alam (termasuk pemeliharaan kehidupan diri = hifdzun nafs) untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di alam. Untuk mempertahankan dan memenuhi hajat hidupnya, insan diperkenankan oleh Tuhan untuk memanfaatkan segala sumberdaya alam secara masuk akal (sesuai dengan kebutuhan) dan bertanggungjawab. Segala sikap, sikap atau perbuatan insan (lahir dan batin) yang berkaitan dengan pemeliharaan alam harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan setelah kehidupan dunia ini berakhir. Islam melarang pemanfaatan alam (sumberdaya alam) yang melampaui batas atau berlebihan atau isyraf (Al An’am: 141-142).

Pemanfaatan (eksploitasi) sumberdaya alam yang berlebihan akan menguras sumberdaya alam yang bersangkutan hingga habis tak tersisa, sehingga hak-hak untuk memanfaatkan sumberdaya alam bagi generasi yang akan tiba terabaikan. Hal ini merupakan perbuatan pelanggaran terhadap aturan atau ketetapan Tuhan sekaligus pelanggaran amanah, sehingga merupakan perbuatan dosa besar pula. Dalam aras mudah untuk menjaga kemanfaatan dan kelestarian alam (fungsi manfaat dan reproduksi), contohnya Rasulullah Muhammad SAW melarang memetik buah sebelum matang (ripe) dan siap dikonsumsi, melarang memetik bunga sebelum mekar dan menyembelih binatang ternak yang masih kecil dan belum berumur. Nabi juga mengajarkan supaya insan selalu dekat sekalipun terhadap makhluk yang tak beryawa. Istilah “penaklukan” atau “penguasaan” alam ibarat yang dipelopori oleh pandangan Barat yang sekuler dan materialistik tidak dikenal dalam Islam. Islam menegaskan bahwa yang berhak untuk menguasai dan mengatur alam yaitu Yang Maha membuat dan Maha Mengatur yakni Rab al alamiin.


BAB III
KESIMPULAN

Allah membuat alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan adikara untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi amanat itu, yaitu MANUSIA. Dan oleh karenanya insan yaitu makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini yaitu amanat Allah yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh insan yang selama hidupnya di dunia ini niscaya terlibat dalam amanat itu.

Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui proses panjang yang melibatkan aneka macam faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah tidak bisa atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan tetapi justru lantaran ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi insan itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah, yakni tumbuhan dan fauna.

Kehidupan yang demikian yaitu proses kekerabatan interaktif secara serasi dan seimbang yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya tumbuhan dan fauna, dalam suatu “tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem. Tata nilai dan tatanan itulah yang disebut pula “moral dan budbahasa kehidupan alam” yang sering dipengaruhi oleh paradigma dinamis yang berkembang dalam komunitas masyarakat disamping efek aliran agama yang menjadi sumber inspirasi moral dan budbahasa itu.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim
Mansoer, Hamdan. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : DIKTI.
Anonim,  2008. Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Islam, blogspot : Al-Ikhwan.net.
Zuhairini, dkk, 1991. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,.
http: ferdahartanti.blogspot.com
www. untukku.com
http: koesandi. Wordpress.com
http: /atd. eprints. ums.ac.id
http: dkmfahutan. Wordpress.com


Demikianlah artikel saya kali ini, mengenai Makalah PAI perihal problem Alam Semesta  Menurut Pandangan Islam. semoga bermanfaat. Terima Kasih.

Sumber http://prakatakita.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Makalah Pai Ihwal Problem Alam Semesta Berdasarkan Pandangan Islam."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel