iklan

4 Cara Menghadapi Turunnya Harga Investasi Reksadana

Kinerja harga investasi Reksadana sedang tidak sedap. Keuntungan merosot cukup dalam. Sejak Januari 2015, return Reksadana Saham sudah turun drastis. Apa taktik melawan investasi reksadana yang harganya sedang turun?

Tulisan ini bab dari Panduan Investasi Reksadana.

Kondisi yang menciptakan banyak orang ketar-ketir. Banyak yang tidurnya tidak nyenyak. Apalagi yang mengandalkan Reksadana untuk membiayai hal penting, menyerupai uang muka anak sekolah, uang muka rumah atau dana pensiun.

Apa yang perlu dilakukan menghadapi situasi ini ? Menjual, mendiamkan saja atau malah menambah investasi.

Saya ingin membuatkan apa yang saya lakukan ketika menghadapi pasar yang sedang bergejolak.

Kondisi menyerupai ini bukan pertama kali saya alami. Sudah beberapa kali gejolak ekonomi dalam 20 tahun terakhir.

Kondisi pasar keuangan yang bergejolak niscaya akan terus terjadi selama kita berinvestasi. Karena itu yaitu bab dari nature siklus ekonomi.

Yang paling penting yaitu bagaimana menyiapkan langkah antisipasi menghadapinya. Apa pelajaran yang dapat dipetik dari krisis sebelumnya, what’s working and what’s not working.

Kinerja Reksadana

Bagaimana citra kinerja Reksadana saham dalam 1 tahun terakhir?

Grafik berikut menunjukkan perkembangan harga indeks Reksadana Saham.  Indeks ini menghitung harga – harga rata semua Reksadana saham dari waktu ke waktu.

 Apa taktik melawan investasi reksadana yang harganya sedang turun 4 Cara Menghadapi Turunnya Harga Investasi Reksadana

Mulai awal tahun 2015 hingga sekarang, harga Reksadana saham sudah turun tajam.

Kondisi yang jauh berbeda dibandingkan tahun kemudian 2014, dikala Reksadana saham menanjak naik.

Pertanyaannya, apakah kondisi 2015 ini amat berbahaya? Sudah buruk banget-kah?

Sebaiknya, kita melihat ke beberapa tahun ke belakang. Karena investasi itu bersifat jangka menengah dan panjang, kalau hanya melihat periode pendek, analisanya sangat dapat tidak akurat.

Berikut ini grafik indeks harga saham selama 5 tahun ke belakang.

 Apa taktik melawan investasi reksadana yang harganya sedang turun 4 Cara Menghadapi Turunnya Harga Investasi Reksadana

Data ini menggambarkan hal yang berbeda.

Meskipun kondisi dikala ini sedang turun, tapi dalam ekspresi dominan 5 tahun, kinerja saham bahwasanya masih meningkat.

Menurut saya, dalam rentang investasi jangka panjang (>= 5 tahun), kondisi kini belum mengkhawatirkan alasannya yaitu masih lebih tinggi dari tahun – tahun sebelumnya. Keuntungannya masih lebih tinggi dibandingkan harga 5 tahun lalu.

Dari sini, Anda dapat melihat bahwa rentang atau periode waktu investasi menjadi sangat kritikal. Faktor itu yang akan menentukan bagaimana harus bersikap menghadapi anjloknya nilai Reksadana.

Strategi Harga Turun

Ada sejumlah hal yang perlu kita lakukan untuk menghadapi penurunan ini.

#1 Cek Lagi Tujuan Keuangan

Ini hal yang selalu saya ulang – ulang dalam setiap tulisan. Lihat lagi tujuan keuangan Anda.

Kenapa ?

Karena tujuan keuangan menentukan instrumen yang dipilih, Reksadana apa yang dibeli dan dijual, dan tingkat risikonya.

Tujuan keuangan tetapkan jangka waktu investasi yang akan dipilih. Mau 1 bulan, 5 tahun atau bahkan 20 tahun lamanya investasi, semua diputuskan berdasarkan tujuan keuangan.

Saya sangat suka ungkapan, pakar perencana keuangan, Ligwina Hananto, “Tujuan Lo Apa”.

Jika tujuan keuangan yaitu dana pendidikan anak kuliah, yang diharapkan 10 tahun lagi, gejolak turunnya nilai Reksadana bukan sesuatu yang perlu dicemaskan. Cuekin aja gejolak ini.

Dalam waktu 1 atau 2 tahun, gejolak biasanya sudah pulih kembali. Bahkan berdasarkan pengalaman harga sehabis gejolak dapat lebih tinggi dari harga sebelumnya.

Tapi, kalau tujuan keuangan yaitu untuk DP rumah KPR yang perlu dibayar 1 bulan lagi, Anda perlu mempertimbangkan untuk melaksanakan langkah antisipasi.

Apa saja langkah tersebut ?

#2 Merubah Komposisi Investasi

Jika dana yang kini ditempatkan di Reksadana saham yaitu dana yang dibutuhkan dalam waktu dekat, Anda harus segera mereposisi posisi investasi.

Menjual dan menggantinya ke instrumen yang jaug lebih aman, menyerupai Reksadana Pasar Uang atau deposito.

Sebenarnya kalau pemilihan instrumen dilakukan dengan cermat semenjak awal, insiden ini seharusnya tidak perlu terjadi.

Tapi, kenyataannya banyak orang yang kepincut return tinggi, kemudian menentukan intrumen yang bahwasanya tidak cocok dengan profil tujuan investasinya.

Tahun lalu, alasannya yaitu return Reksadana Saham sedang moncer-moncernya, banyak orang berbondong-bondong memindahkan dana pendidikan ke instrumen ini, tanpa berpikir akan hasilnya dan apakah cocok dengan tujuan keuangan mereka. Dianggap return tinggi tersebut akan terjadi selamanya.

Tapi, ya sudahlah, nasi sudah jadi bubur.

Bukannya returnnya kecil di Deposito atau Reksadana Pasar Uang ?” Iya betul, memang kecil. Tapi itu aman.

Keamanan yaitu prioritas Anda untuk kebutuhan jangka pendek.

Bukankah, pasar saham nanti akan naik lagi ya? Sayang, kalau ini dijual, saya akan merealisasikan berbagai kerugian.

Ini ungkapan orang yang enggan melepas investasinya meskipun sudah ‘berdarah-darah’ merugi. Masih berharap keajaiban akan datang.

Regret atau rasa bersalah yaitu salah satu penghambat utama ketika kita akan mengambil keputusan keuangan yang tepat. Ini yaitu temuan penting riset behavioural economy, yang gres – gres ini memenangkan hadiah nobel ekonomi.

Buat saya, lebih baik kita mengambil keputusan yang ‘pahit’ tapi sempurna dibandingkan berandai-andai (‘andaikan pasar saham naik lagi’) yang terang – terang tidak pasti.

#3 Tambah Investasi

Jika dalam langkah diatas, saya menganjurkan untuk segera pull-out. Disini, saya meminta untuk melaksanakan hal yang sebaliknya.

Segera tambah investasi Anda.

Tingkatkan jumlah Reksadana yang dibeli setiap bulan. Stay the course, jangan dijual.

Kok berani ?

Ini dilakukan untuk Anda yang punya tujuan investasi diatas 5 tahun. Makara khusus yang tujuan keuangan jangka panjang.

Karena dalam jangka panjang harga saham punya kecenderungan (ingat: tidak ada yang niscaya dalam investasi) meningkat.

Berdasarkan pengalaman di tahun 2008, ketika krisis lebih dahsyat melanda di bursa saham, butuh sekitar 2 tahun untuk harga saham pulih kembali. Dan yang penting, harga saham pulih ke tingkat yang lebih tinggi dari sebelum krisis.

Bayangkan kalau cepat-cepat menjual (padahal kebutuhan dana masih lama), hanya gara-gara panik, kerugian niscaya terjadi alasannya yaitu menjual di dikala harga turun (cut loss) dan kehilangan kesempatan menikmati kenaikkan harga saham.

Saya pernah melihat teman-teman di sebuah kantor, yang dikala insiden pasar saham anjlok di 2008, akhir panik menyaksikan nilai investasi turun drastis, mereka merubah instrumen dana pensiun (DPLK) dari Reksadana Saham ke Reksadana Pasar Uang.

Padahal, dana pensiun itu masih dibutuhkan mereka sekitar 10 hingga dengan 15 tahun lagi.

Akibatnya, ketika pasar saham pulih, mereka kehilangan kesempatan mendapat kenaikkan harga saham. Nilai investasi DPLK mereka dikala ini terancam tidak cukup untuk pensiun alasannya yaitu pertumbuhan return Reksadana Pasar Uang tidak berbeda dengan inflasi.

Jadi, intinya harga saham yang turun itu akan kembali naik. Hanya saja, tidak ada yang tahu pasti, kapan timing kenaikkan harga tersebut.

Makanya, daripada pusing menganalisa kapan waktu yang sempurna untuk beli, lebih baik melaksanakan investasi secara rutin.

Justru harga yang sedang murah adalah kesempatan emas untuk dapat memborong unit Reksadana dalam jumlah besar.

Kalau harga turun lagi, gimana ? ya beli lagi. Bagaimanapun juga nanti pada suatu titik harga akan rebound.

Yang penting, dana yang dipakai yaitu untuk jangka panjang sehingga tidak perlu ditarik ketika harga sedang jatuh.

#4 Mengatur Pengeluaran

Kenapa perlu kembali lagi ke pengaturan keuangan. Karena dalam kondisi penurunan ekonomi, ini langkah yang paling efektif.

Tidak jarang ada yang dananya tertanam di instrumen yang sedang turun nilainya, sehinga either uangnya sulit dicairkan (jadi tidak likuid) or nilai investasi menjadi rendah. Sementara, ada kebutuhan mendesak, misalnya, uang muka anak sekolah yang tidak dapat ditunda.

Dalam kondisi semacam ini, penghematan yaitu langkah paling cepat yang dapat dilakukan untuk menutupi kerugian investasi.

Melihat lagi apakah ada pos – pos pengeluaran yang masih dapat dihemat.

Kesimpulan

Kondisi ekonomi dan pasar saham yang sedang dihajar topan dikala ini niscaya menyebabkan rasa resah dan khawatir di kita semua, terutama yang punya uang di Reksadana dan saham.

Tapi duduk perkara anjloknya harga investasi bukan hal yang tidak dapat diatasi.

Saya mengajukan 4 cara menghadapi situasi harga investasi Reksadana yang kurang dekat ini. Yang paling penting, jangan terburu-burut menjual, apalagi menjual dengan panik. Pastikan dulu tujuan keuangan Anda.

Saya sudah pernah melihat dan menghadapi duduk perkara turunnya investasi saham dalam beberapa kesempatan sepanjang dekade lalu. Dan dapat keluar dengan selamat, asalkan mengambil langkah yang tepat.

Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Ingin tahu lebih jauh, baca juga artikel: Panduan Jual Beli Reksadana; Beli Reksadana Mulai Rp 100 ribu; Gratis E-Book Reksadana.

GRATIS Daftar 5 Reksadana Saham Terbaik


Sumber https://duwitmu.com

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "4 Cara Menghadapi Turunnya Harga Investasi Reksadana"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel