Pengertian Stratifikasi Sosial, Fungsi, Contoh, Dan Proses Terjadinya
Pengertian Stratifikasi Sosial, Fungsi, Contoh, dan Proses Terjadinya Menurut Para Ahli - Stratifikasi atau stratification berasal dari kata stratum (Jamaknya : Strata yang berarti lapisan). Oleh lantaran itu, stratifikasi social berarti lapisan-lapisan masyarakat. Menurut Pitirin A. Sorokin, social stratification yakni perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya yakni kelas-kelas yang tinggi dan kelas yang rendah.
Dalam pembahasan terdahulu, kita telah bekenalan dengan konsep status. Ada ascribed status (status yang diperoleh), achieved status (status yang diraih). Ada nya perbedaan status ini membuktikan adanya ketidaksamaan dalam masyarakat. Walaupun kita selalu mendapat pernyataan ihwal persamaan manusia, contohnya persamaan di mata hukum, atau ungkapan dalam budaya Minangkabau, “ Duduak samo randah, tagak samo tinggi”, namun berdasarkan sosiologi selalu saja ada ketidaksamaan dalam masyarakat. Bahkan di negara komunis sekalipun menyerupai Uni Soviet yang mengedepankan ungkapan sama rata, sama rasa ternyata tetap saja disana adanya perbedaan kelas dalam masyarakat.
Ketidaksamaan dalam masyarakat bisa dilihat pada ketidaksamaan dalam bidang kekuasaan. Selalu saja ada kelompok yang mengusai dan kelompok yang dikuasai. Perbedaan dalam masyarakat juga terlihat dalam bidang lain menyerupai dalam kekayaan dan penghasilan atau perbedaan prestise. Perbedaan inilah yang disebut sebagai stratifikasi social.
Bentuk-bentuk Stratifikasi sosial
Dalam uraiannya, Ralph Linton menjelaskan kekerabatan kehidupan insan dengan statusnya. Dalam hal status yang diperoleh (ascribed status,) anggota masyarakat di beda-bedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, kekerabatan kekerabatan, dan keanggotaan dalam kelompok tertentu menyerupai kasta dan kelas.
1. Stratifikasi berdasarkan usia (age stratification).
3. Stratifikasi berdasarkan kekerabatan kekerabatan
4. Stratifikasi berdasarkan keanggotaan dalam kelompok.
Selain stratifikasi social berdasarkan status yang diperoleh (ascribed status), terdapat pula stratifikasi berdasarkan achieved status. Yaitu;
Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi, terdapat istilah Mobilitas social berarti perpindahan status dalam stratifikasi social. Mobilitas ada yang berbentuk vertical dan lateral. Mobilitas vertical mengacu pada mobilitas keatas atau ke bawah. Dan mobilitas lateral (lateral mobility) mengacu pada perpindahan geografis antara lingkungan setempat, kota dan wilayah.
Menurut Ransford, mobilitas social sanggup mengacu pada individu maupun kelompok. Secara individu, mobilitas mobilitas social contohnya sanggup dilihat dari seorang tukang becak menjadi seorang dokter. Mobilitas social suatu kelompok terjadi manakala suatu minoritas etnik mengalami mobilitas contohnya mengalami peningkatan penghasilan rata-rata kalau dibandingankan dengan etnik mayoritas.
Pembahasan sosiologi ihwal mobilitas social yang banyak di teliti yakni persoalan mobilitas intragenerasi dan antar generasi. Mobilitas intragenerasi yakni mobilitas social yang dialami oleh seseorang dalam masa hidupnya. Misalnya perubahan hidup seseorang yang terus bergerak dari tangan kanan dosen, dosen dan guru besar. Contoh lain yakni karir seorang lurah yang hingga jadi menteri, atau perkembangan karir militer dari perwira pertama ke perwira tinggi.
Sedangkan mobilitas antargenerasi yakni perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang tuanya. Misalnya anak seorang tukang sepatu yang berhasil menjadi insinyur, atau bisa juga anak menteri yang menjadi pedagang kali lima. Ada studi yang pernah dilakukan di lima akademi tinggi pulau Jawa terhadap kehidupan orang renta para dosen. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa orang renta dosen yang diteliti cenderung berpendidikan menengah. Hal ini menawarkan petunjuk bahwa dikalangan para dosen tersebut terjadi mobilitas vertical antargenerasi lantaran dosen tersebut telah merentang karir mulai dari sarjana hingga doctor bahkan guru besar.
Jumlah lapisan sosial
Banyak perspektif hebat sosiologi dalam menetapkan jumlah lapisan. dalam system stratifikasi social. Ada yang memandang hanya dua lapisan social menyerupai Marx yang puas menjelaskan kelas borjuis dengan kelas proletar. Begitu pula dengan Mosca yang puas menjelaskan kelas penguasa dan yang dikuasai. Ada pula yang menjelaskan kaumelit dan massa dan orang kaya dan orang miskin.
Tetapi ada ilmuan lain yang membagi masyarakat dalam tiga kelas yaitu kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Ada juga yang lebih merinci lagi contohnya Warner. Warner merinci tiga kelas masyarakat tersebut menjadi enam kelas yaitu : Kelas atas atas (upper-upper), Kelas atas bawah (lower upper), Kelas menengah atas (upper middle), Kelas menengah bawah (lower middle), Kelas bawah atas (upper lower) dan Kelas bawah bawah(lower-lower).
Ada beberapa penellitian di Indonesia yang membagi jumlah lapisan social. Misalnya penelitian William Liddle yang meneliti daerah Simalungun Sumatera Utara, dimana ia membagi elit dalam beberapa tingkat yaitu elit pada tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi.
Ilmuan Indonesia Sajogyo, membagi petani miskin di Jawa dalam tiga lapisan :
Selain ihwal jumlah, ada beberapa konsep yang diperkenalkan oleh Bernard Barber ihwal stratifikasi. :
Pendekatan dalam mempelajari Stratifikasi sosial
Untuk mempelajari ihwal stratifikasi social, Zanden menjelaskan tiga pendekatan berlainan, yaitu:
Dampak Stratifikasi
Para hebat sosiologi meneliti imbas stratifikasi social tercermin pada symbol status. Menurut Berger, setiap orang menunjukkan apa yang diraihnya dengan banyak sekali symbol. Simbol berfungsi untuk member tahu status yang diduduki seseorang. Kita sanggup melihat beberapa hal :
Sebab timbulnya Stratifikasi Sosial
Para sosiolog berusaha mencari sebab-musabab munculnya stratifikasi social. Ada du pandangan yang populer dalam hal ini, yaitu:
Sekian artikel tentang Pengertian Stratifikasi Sosial, Fungsi, Contoh, dan Proses Terjadinya Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka
Sumber http://blogpsikologi.blogspot.com/
Dalam pembahasan terdahulu, kita telah bekenalan dengan konsep status. Ada ascribed status (status yang diperoleh), achieved status (status yang diraih). Ada nya perbedaan status ini membuktikan adanya ketidaksamaan dalam masyarakat. Walaupun kita selalu mendapat pernyataan ihwal persamaan manusia, contohnya persamaan di mata hukum, atau ungkapan dalam budaya Minangkabau, “ Duduak samo randah, tagak samo tinggi”, namun berdasarkan sosiologi selalu saja ada ketidaksamaan dalam masyarakat. Bahkan di negara komunis sekalipun menyerupai Uni Soviet yang mengedepankan ungkapan sama rata, sama rasa ternyata tetap saja disana adanya perbedaan kelas dalam masyarakat.
Ketidaksamaan dalam masyarakat bisa dilihat pada ketidaksamaan dalam bidang kekuasaan. Selalu saja ada kelompok yang mengusai dan kelompok yang dikuasai. Perbedaan dalam masyarakat juga terlihat dalam bidang lain menyerupai dalam kekayaan dan penghasilan atau perbedaan prestise. Perbedaan inilah yang disebut sebagai stratifikasi social.
Bentuk-bentuk Stratifikasi sosial
Dalam uraiannya, Ralph Linton menjelaskan kekerabatan kehidupan insan dengan statusnya. Dalam hal status yang diperoleh (ascribed status,) anggota masyarakat di beda-bedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, kekerabatan kekerabatan, dan keanggotaan dalam kelompok tertentu menyerupai kasta dan kelas.
1. Stratifikasi berdasarkan usia (age stratification).
Berdasarkan sistem ini, anggota masyarakat dibedakan berdasarkan usia, dimana anggota yang lebih renta berbeda hak dan kewajibannya dengan anggota yang lebih muda. Menurut moral masyarakat tertentu contohnya anak sulung menjadi prioritas dalam perwarisan harta. Hal ini juga dijumpai dalam tradisi raja-raja, termasuk raja Inggris, kaisar Jepang, Ratu Belanda dan lain-lain.Stratifikasi berdasarkan usia ini juga dijumpai dalam kekerabatan pekerjaan dimana asas senioritas menjadi perhatian utama. Kita banyak menjumpai kekerabatan erat antara usia karyawan dengan jabatannya. Dalam system ini kenaikan jabatan dan pangkat beriringan dengan pertambahan usia dan usang bekerja.
2. Stratifikasi social berdasarkan kelamin (sex stratification).
2. Stratifikasi social berdasarkan kelamin (sex stratification).
Semenjak lahir kita sudah ada perbedaan antara pria dengan perempuan, Dalam banyak masyarakat Status pria banyak dijumpai lebih tinggi dari status perempuan. Laki-laki sering memperoleh pendidikan formal lebih tinggi daripada perempuan, partisipasi wanita lebih rendah dari pria pada dunia kerja dan lain-lain.
3. Stratifikasi berdasarkan kekerabatan kekerabatan
Perbedaan hak dan kewajiban antara anak, ayah, ibu, kakek, paman dan lain-lain selalu juga di jumpai dalam masyarakat, Kalau dicermati hubungannya cenderung bersifat hirarkis.
4. Stratifikasi berdasarkan keanggotaan dalam kelompok.
Perbedaan berdasarkan keanggotaan kelompok sanggup tampak pada perbedaan agama (religious stratification), berdasarkan etnik (ethnic stratification), dan berdasarkan ras (racial stratification). Contohnya yakni di Israel, hak dan kewajiban orang Palestina dan Arab tidak sama dengan orang Yahudi, di Afrika saat masih terjadi system apartheid, terjadi perbedaan hak dan kewajiban antara orang kulit gelap dan kulit putih. dll.
Selain stratifikasi social berdasarkan status yang diperoleh (ascribed status), terdapat pula stratifikasi berdasarkan achieved status. Yaitu;
- Stratifikasi berdasarkan pendidikan (educational stratification). Hak dan kewajiban warga Negara sering dibedakan berdasarkan pendidikan formal yang berhasil mereka raih.
- Stratifikasi berdasarkan pekerjaan (occupational stratification). Dalam pekerjaan modern kita mengenal banyak sekali kualifikasi yang mencerminkan stratifikasi, contohnya perbedaan antara manager, tenaga administrator dan tenaga administrasi. Antara tamtama, bintara dan perwira, antara dosen, lector dan guru besar dll.
- Stratifikasi ekonomi (economic stratification). Yaitu perbedaan masyarakat berdasarkan perbedaan penguasaan dan pemilikan materi. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal masyarakat kelas atas, menengah dan dan kelas bawah ekonomi. Kita menjumpai orang yang sangat kaya dan ada juga orang yang sangat miskin.
image source: |
baca juga: Pengertian Institusi Sosial dan Tipe Institusi Sosial Menurut Para Ahli
Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi, terdapat istilah Mobilitas social berarti perpindahan status dalam stratifikasi social. Mobilitas ada yang berbentuk vertical dan lateral. Mobilitas vertical mengacu pada mobilitas keatas atau ke bawah. Dan mobilitas lateral (lateral mobility) mengacu pada perpindahan geografis antara lingkungan setempat, kota dan wilayah.
Menurut Ransford, mobilitas social sanggup mengacu pada individu maupun kelompok. Secara individu, mobilitas mobilitas social contohnya sanggup dilihat dari seorang tukang becak menjadi seorang dokter. Mobilitas social suatu kelompok terjadi manakala suatu minoritas etnik mengalami mobilitas contohnya mengalami peningkatan penghasilan rata-rata kalau dibandingankan dengan etnik mayoritas.
Pembahasan sosiologi ihwal mobilitas social yang banyak di teliti yakni persoalan mobilitas intragenerasi dan antar generasi. Mobilitas intragenerasi yakni mobilitas social yang dialami oleh seseorang dalam masa hidupnya. Misalnya perubahan hidup seseorang yang terus bergerak dari tangan kanan dosen, dosen dan guru besar. Contoh lain yakni karir seorang lurah yang hingga jadi menteri, atau perkembangan karir militer dari perwira pertama ke perwira tinggi.
Sedangkan mobilitas antargenerasi yakni perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang tuanya. Misalnya anak seorang tukang sepatu yang berhasil menjadi insinyur, atau bisa juga anak menteri yang menjadi pedagang kali lima. Ada studi yang pernah dilakukan di lima akademi tinggi pulau Jawa terhadap kehidupan orang renta para dosen. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa orang renta dosen yang diteliti cenderung berpendidikan menengah. Hal ini menawarkan petunjuk bahwa dikalangan para dosen tersebut terjadi mobilitas vertical antargenerasi lantaran dosen tersebut telah merentang karir mulai dari sarjana hingga doctor bahkan guru besar.
Jumlah lapisan sosial
Banyak perspektif hebat sosiologi dalam menetapkan jumlah lapisan. dalam system stratifikasi social. Ada yang memandang hanya dua lapisan social menyerupai Marx yang puas menjelaskan kelas borjuis dengan kelas proletar. Begitu pula dengan Mosca yang puas menjelaskan kelas penguasa dan yang dikuasai. Ada pula yang menjelaskan kaumelit dan massa dan orang kaya dan orang miskin.
Tetapi ada ilmuan lain yang membagi masyarakat dalam tiga kelas yaitu kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Ada juga yang lebih merinci lagi contohnya Warner. Warner merinci tiga kelas masyarakat tersebut menjadi enam kelas yaitu : Kelas atas atas (upper-upper), Kelas atas bawah (lower upper), Kelas menengah atas (upper middle), Kelas menengah bawah (lower middle), Kelas bawah atas (upper lower) dan Kelas bawah bawah(lower-lower).
Ada beberapa penellitian di Indonesia yang membagi jumlah lapisan social. Misalnya penelitian William Liddle yang meneliti daerah Simalungun Sumatera Utara, dimana ia membagi elit dalam beberapa tingkat yaitu elit pada tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi.
Ilmuan Indonesia Sajogyo, membagi petani miskin di Jawa dalam tiga lapisan :
- Petani lapisan III (cukup), yaitu petani yang luas tanahnya diatas 0,5 ha.
- Petani lapisan II (miskin), yaitu petani yang luas tanahnya 0,25 ha hingga 0,5 ha.
- Petani lapisan I (miskin sekali), yaitu petani yang luas tanahnya dibawah 0,25 ha atau buruh tani yang tidak mempunyai tanah.
Selain ihwal jumlah, ada beberapa konsep yang diperkenalkan oleh Bernard Barber ihwal stratifikasi. :
- Konsep rentang (span), terkait dengan perbedaan antara kelas teratas dan terbawah. Misalnya kita menjumpai rentang yang sangat lebar dalam hal penghasilan. Di belahan terbawah kita menjumpai orang yang berpenghasilan dibawah 500 ribu perbulan. Tahun 2000an kita jumpai orang yang berpenghasilan dibawah 100 ribu perbulan. Di Jakarta tahu 1990 an, ada PNS gajinya dibawah 50 ribu perbulan, buruh pabrik gajinya 16,000 per minggu, pabrik menawarkan upah minimum 45 ribu perbulan dan pembantu rumah tangga 35 ribu perbulan. Sementara di tempat lain ada orang yang penghasilannya 1 milyar pertahun (dalam Warta Ekonomi tanun 23, 1990). Di kalangan pegawai negeri terdapat 16 jenjang kepangkatan, mulai 1A hingga IVD. Dalam hal kekayaan, ada orang yang kekayaannya triliunan, dan ada yang cuma ratusan ribu saja. Konsep ihwal rentang ini menjelaskan kepada kita ihwal besarnya kesenjangan dan ketidaksamaan dalam masyarakat.
- Konsep bentuk (Shape), terkait dengan proporsi orang yang terletak di kelas social yang berlainan. Suatu stratifikasi bisa berbentuk segi tiga atau piramida. Misalnya kita jumpai dalam jabatan pimpinan di pemerintahan daerah. Jumlah lurah lebih banyak dari camat, jumlah camat lebih banyak dari walikota dan jumlah walikota lebih banyak dari gubernur. Bentuk stratifikasi tidak selalu menyerupai piramida, tetapi juga bisa piramida terbalik, dimana sekain keatas semakin besar dan semakin ke bawah semakin kecil. bahkan ada juga yang berbentuk intan, yaitu atas dan bawah kecil, tetapi di tengah besar. Contohnya data sensus angkatan kerja di Jepang tahun 1975an. Pemilik modal, manajer swasta serta pejabat tinggi pemerintah 5,9 %, sector jasa 29,94%, tenaga manajemen 21% dan buruh 39,7%. Pada kelas buruh terlihat membesar.
Pendekatan dalam mempelajari Stratifikasi sosial
Untuk mempelajari ihwal stratifikasi social, Zanden menjelaskan tiga pendekatan berlainan, yaitu:
- Pendekatan objektif. Dinamakan objektif, lantaran memakai ukuran objektif berupa variable yang gampang diukur. Kelas social dijelaskan dengan kategori statistic. Misalnya membagi masyarakat dengan lapisan dasar, menengah dan tinggi. Atau pengasilan dibawah 500 ribu perbulan, 500 ribu dan di atas 500 ribu.
- Pendekatan subjektif, melihat stratifikasi social sebagai suatu kategori social. Stratifikasi berdasarkan pendekatan subyektif disusun dengan meminta kepada responden survey untuk menilai status sendiri pada suatu skala kelas. Data yang dikumpulkan menawarkan citra subyektif mengenai stratifikasi.
- Pendekatan reputasional, para subyek peneliti diminta menilai status orang lain dengan cara menempatkan orang lain itu pada skala tertentu.
Dampak Stratifikasi
Para hebat sosiologi meneliti imbas stratifikasi social tercermin pada symbol status. Menurut Berger, setiap orang menunjukkan apa yang diraihnya dengan banyak sekali symbol. Simbol berfungsi untuk member tahu status yang diduduki seseorang. Kita sanggup melihat beberapa hal :
- Gaya hidup. Setiap kelas social mempunyai gaya dan selera masing-masing dalam hal pakaian, perlengkapan rumah tangga, hiburan, makanan, minuman, bacaan, seni rupa, rekaman music, permainan dan kegiatan. Contohnya; Perilaku kelas dalam berpakaian, baik pria maupun wanita dari kelas yang berbeda mempunyai kerangka pola yang berbeda juga. Kaum wanita kalangan atas yang berbusana barat contohnya cenderung berbusana dengan mengacu pada perancang busana populer dari Paris, new York, London, Tokyo atau Roma. Bagi kelas menengah bawah cenderung akan berbusana hasil perancang populer dalam negeri. Sedangkan pilihan busana bagi mereka kelas bawah akan cenderung desain yang ditentukan oleh grosir menyerupai Pasar Tanah Abang dan Cipulir.
- Gaya berbicara dan menyapa. Dimasa kemudian zaman Belanda, kaum elit kita yang pernah mengikuti pendidikan Belanda dalam bercakap-cakap sering memakai bahasa Belanda, Sekarang dari bahasa Belanda bergeser ke bahasa Inggris. Kalau kelas menengah bawah cenderung berbahasa Indonesia. Dan kelas bawah cenderung memakai bahasa daerah. Dalam budaya Jawa dikenal juga bahasa untuk status berbeda. Orang yang lebih tinggi menyerupai ayah, nenek, paman, darah biru atau atasan dipakai bahasa ‘ngoko’ dalam percakapan dengan orang yang lebih rendah. Sedang orang yang statusnya lebih rendah terhadap yang lebih tinggi dipakai bahasa ‘krama’, “krama inggil” (kromo inggil) dalam percakapan.
- Dalam hal tempat tinggal juga tercermin status seseorang. Setiap kota selalu mempunyai daerah elit, dan kelas atas cenderung di daerah tersebut. menyerupai di Jakarta daerah Menteng, Pondok Indah dll. Sedangkan kelas bawah tinggal di daerah padat dan kumuh.
- Dalam acara rekreasi juga terdapat perbedaan, Kalangan atas berekreasi ke luar negeri, menengah keluar kota dan bawah dalam kota menyerupai kebun hewan dan taman hiburan rakyat.
Sebab timbulnya Stratifikasi Sosial
Para sosiolog berusaha mencari sebab-musabab munculnya stratifikasi social. Ada du pandangan yang populer dalam hal ini, yaitu:
- Pandangan Fungsional yang menekankan pada fungsi status dalam masyarakat yang dinilai menunjang kesinambungan masyarakat. Tokohnya yang populer yakni Kingsley Davis dan Wilbert Moore. Menurut mereka, dalam masyarakat terdapat status yang harus diitempati biar masyarakat sanggup berlangsung. Anggota masyarakat perlu diberi rangsangan biar mau menempati status, sehabis mendapat status menjalankan tugas sesuai dengan impian masyarakat (role expectation). Semakin penting suatu status semakin sedikit orang yang menempatinya, maka semakin besar imbalan yang akan diperoleh. Status sebagai buruh garang tidak memerlukan banyak keahlian dan keterampilan, sehingga imbalannya kecil. Tetapi untuk kelas manager dan eksekutif, diharapkan pendidikan, latihan dan kemampuan tinggi sehingga beliau mendapat imbalan yang tinggi.
- Ada pula yang melihat timbulnya stratifikasi social lantaran dalam masyarakat berkembang pembagian kerja yang memungkinkan perbedaan kekayaan, kekuasaan dan prestise. Kekayaan,kekuasaan dan prestise itu jumlah terbatas, maka tidak semua masyarakat mendapatkannya. Disinilah kemudian terjadi konflik untuk memilikinya. Anggota masyarakat yang tidak mempunyai kekayaan, kekuasaan dan prestise berusaha untuk mendapatkannya, sedangkan anggota masyarakat yang mempunyai kekayaan, kekuasaan dan prestise akan berusaha mempertahankannya bahkan akan berusaha untuk memperluasnya. Inilah perspektif konflik Marx dan Weber.
Sekian artikel tentang Pengertian Stratifikasi Sosial, Fungsi, Contoh, dan Proses Terjadinya Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka
- Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajawali Pers
- Sunarto, Kamanto, 2000, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
0 Response to "Pengertian Stratifikasi Sosial, Fungsi, Contoh, Dan Proses Terjadinya"
Posting Komentar