Pengertian Perubahan Sosial Dan Ketidaksetaraan Sosial Dalam Masyarakat
Pengertian Perubahan Sosial dan Ketidaksetaraan Sosial dalam Masyarakat - Pada artikel ini kita mencoba menganalisa film "Alangkah Lucunya Negeri ini". Pada artikel ini anda diminta untuk menonton film Alangkah Lucunya negeri ini, Selanjutnya ada diminta untuk menganalisisnya. Film ini akan kita analisis dengan pendekatan sosiologi. Beberapa teori bisa kita gunakan untuk menganalisisnya.
Saya meminta anda untuk menganalisis dengan pendekatan tiga teori besar, yaitu struktural fungsional, Konflik dan pendekatan interaksionisme simbolik. Anda juga sanggup menganalisis dengan pendekatan budaya, kelompok sosial, staratifikasi sosial, perubahan sosial dan institusi sosial.
Pendekatan Struktural Fungsional
Teori Struktural fungsional muncul dan berkembang lantaran dipengaruhi oleh semangat renaisance. Ia di warnai oleh munculnya revolusi pengetahuan terutama filsafat positivisme yang melahirkan ilmu alam menyerupai fisika, biologi dan kimia, sehingga argumentasi teori ini relatif mengambil wangsit dari teori organis-sistemik. Pandangan ini muncul berkat pengandaian bagian-bagian badan insan dalam suatu susunan organisme.
Dalam sejarahnya, Teori struktural fungsional ini sangat kuat dalan perkembangan sosiologi terutama tahun 1960-an. Begitu berpengaruhnya, setidak-tidaknya selama dua dekade sesudah perang dunia kedua studi sosiologi sangat di dominasi oleh teori ini, sehingga perspektif ini sangat identik dengan sosiologi itu sendiri (Zainuddin Maliki, 2003). Ketika orang berbicara sosiologi, maka perkiraan orang mereka bicara ihwal teori strukural fungsional ini.
Teori Struktural fungsional mempunyai beberapa perkiraan dasar dalam melihat masyarakat. Asumsi tersebut sebagai berikut;
Pendekatan konflik
Dalam sosiologi, kita mengenal adanya teori konflik yang berupaya memahami konflik dari sudut pandang ilmu sosial. Teori konflik yaitu sebuah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses pembiasaan nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akhir adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Teori konflik lahir sebagai sebuah antitesis dari teori struktural fungsional yang memandang pentingnya keteraturan dalam masyarakat.
Perspektif konflik lahir akhir terjadi krisis sosial akhir muncul revolusi industri di Eropa Barat. Marx melihat masyarakat Eropa Barat tengah menghadap problem kesenjangan ekonomi yang sangat tinggi. Di satu pihak terjadi kemelaratan di kalangan para pekerja, sementara para penguasa ekonomi penuh dengan keserakahan. Karena itu tidak tercipta keadilan sosial. Gambaran ini berdasarkan Marx memunculkan konflik kelas pekerja dengan pemilik modal.
Teori konflik yang populer yaitu teori yang disampaikan oleh Karl Marx, bagi Marx konflik yaitu sesuatu yang perlu lantaran merupakan alasannya terciptanya perubahan. Teori konflik Mark yang populer yaitu teori konflik kelas dimana dalam masyarakat terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin (proletar). Kaum borjuis selalu mengeksploitasi kaum proleter dalam proses produksi. Eksploitasi yang dilakukan kaum borjuis terhadap kaum proletar secara terus menerus pada hasilnya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk bangun melawan sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu revolusi sosial.
Menurut Pendekatan konflik, masyarakat selalu dalam proses perubahan yang ditandai oleh kontradiksi yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Keteraturan yang terdapat dalam masyarakat hanyalah disebabkan lantaran adanya tekanan atau paksaan kekuasaan golongan berkuasa.
Asumsi Teori Konflik
Dalam melihat masyarakat, teori konflik ini mempunyai perkiraan dasar yang merupakan cara pandangnya terhadap masyarakat. Asumsi teori konflik itu adalah;
Teori konflik juga mempunyai Proposisi Strategi konflik
Interaksionisme Simbolik
Dalam perspektif ini, George Herbert Mead (1863–1931), Charles Horton Cooley (1846–1929), yang memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan kelompok. Mereka menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan memakai simbol-simbol, yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Sosiolog interaksionisme simbolik kontemporer lainnya yaitu Herbert Blumer (1962) dan Erving Goffman (1959).
Inti pandangan pendekatan ini yaitu individu. Para andal di belakang perspektif ini menyampaikan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa individu yaitu obyek yang bisa secara eksklusif ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Menurut para ahli, terdapat tiga premis utama dalam teori interaksionisme simbolik, yaitu:
Baik insan dan struktur sosial dikonseptualisasikan secara lebih kompleks, lebih tak terduga, dan aktif kalau dibandingkan dengan perspektif-perspektif sosiologis yang konvensional. Di sisi ini masyarakat tersusun dari individu-individu yang berinteraksi yang tidak hanya bereaksi, namun juga menangkap, menginterpretasi, bertindak, dan mencipta. Individu bukanlah sekelompok sifat, namun merupakan seorang pemain drama yang dinamis dan berubah, yang selalu berada dalam proses menjadi dan tak pernah selesai terbentuk sepenuhnya.
Dalam Pandangan Interaksionisme Simbolik, masyarakat bukanlah sesuatu yang statis “di luar sana” yang selalu mensugesti dan membentuk diri kita, namun pada hakekatnya merupakan sebuah proses interaksi. Individu bukan hanya mempunyai pikiran (mind), namun juga diri (self) yang bukan sebuah entitas psikologis, namun sebuah aspek dari proses sosial yang muncul dalam proses pengalaman dan acara sosial. Selain itu, keseluruhan proses interaksi tersebut bersifat simbolik, di mana makna-makna dibuat oleh logika akal insan (Soepapto 2003).
Menurut Mead masyarakat dibuat dari individu-individu yang mempunyai diri sendiri. Bahwa tindakan insan merupakan konstruksi yang dibuat oleh individu melalui dokumentasi dan interpretasi hal-hal penting di mana ia akan bertindak. Bahwa tindakan kelompok terdiri atas perpaduan dari tindakan-tindakan individu-individu.
Sinopsis Film 'Alangkah Lucunya Negeri ini'
Film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” merupakan salah satu Film Komedi Indonesia Tahun 2010 yang dirilis oleh Deddy Mizwar. Cerita dari film ini ditulis oleh Musfar Yasin, dan diperankan oleh Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Mihardja, Tio Pakusadewo, Asrul Dahlan, Ratu Tika Bravani, Rina Hasyim, Sakurta Ginting, Sonia, dan Teuku Edwin. Film ini bertemakan pendidikan, dalam alur ceritanya pemeran berniat untuk merubah belum dewasa yang berprofesi mencopet.
Dalam film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” menceritakan seorang anak muda lulusan S1 Managemen yang berjulukan Muluk sebagai seorang yang gres saja lulus kuliah, tentu saja berupaya untuk mencari kerja. Dengan berbekal ijazah yang dimiliki serta surat kabar yang memuat banyak sekali lowongan kerja, namun semua lamaran tersebut tidak membuahkan hasil.
Semangat Muluk dalam mencari kerja tidak pernah berhenti dan hasilnya melihat sekelompok anak yang melaksanakan agresi copet di sebuah pasar. Dengan geram Muluk meringkus anak tersebut dan mengancam melaporkannya kepada polisi. Beberapa waktu kemudian, di sebuah warung Muluk bertemu dengan Komet. Komet hasilnya membawa Muluk ke markasnya dan memperkenalkan dengan Jarot yang menjadi pemimpin para pencopet. Di sisi lain, ayah Muluk yang berjulukan Pak Makbul berdebat serius dengan Haji Sarbini yang merupakan calon besannya. Muluk akan dijodohkan dengan Rahma. Keduanya terus saja berdebat walaupun berusaha dilerai oleh Haji Rahmat, seorang tetua dalam bidang agama Islam di tempat tersebut.
Perkenalan Muluk dan Jarot menghasilkan komitmen bahwa Muluk akan bekerja bersama dengan para pencopet tersebut untuk mempraktekkan ilmu administrasi yang dimiliki dengan mengelola keuangan mereka. Ini ditawarkan oleh Muluk dengan imbalan 10% dari hasil copet mereka. Tujuan Muluk yaitu supaya hasil copet mereka sanggup dikelola secara profesional dan hasilnya sanggup dijadikan sebagai modal perjuangan supaya tidak perlu menjadi pencopet lagi. Secara umum, kelompok pencopet ini dibagi menjadi 3, yaitu kelompok mall yang terdiri atas pencopet yang berpakaian paling manis dan “gaul”, kelompok pasar yang berpakaian paling kumal, dan kelompok angkot yang berpakaian sekolah. Setiap kelompok mempunyai pemimpin dan metode kerja sendiri-sendiri. Muluk pun menyadari bahwa belum dewasa ini juga butuh pendidikan, dan untuk mengajar mereka, Muluk meminta dukungan Samsul, seorang Sarjana Pendidikan pengangguran yang sehari-hari hanya bermain kartu saja supaya mempraktikan apa yang telah diperoleh dari kuliahnya dulu.
Sebuah permasalahan kecil terjadi ketika ayah Muluk bertanya mengenai pekerjaannya. Dengan terpaksa Muluk menjawab bahwa pekerjaannya yaitu di penggalan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Beberapa waktu kemudian, Haji Rahmat meminta Muluk supaya sanggup mempekerjakan anaknya, Pipit, lantaran sehari-hari Pipit hanya mengurusi kuis-kuis di televisi dan mengirim undian berhadiah kemana-mana. Muluk-pun menyanggupi hal tersebut dan mengajak Pipit untuk mengajar agama bagi belum dewasa pencopet.
Rasa ingin tau pun muncul dari Pak Makbul ayah Muluk, Haji Rahmat ayah Pipit, dan Haji Sarbini calon mertua Muluk. Mereka pun bersikeras hendak melihat tempat kerja Pipit, Muluk dan Samsul. Mereka amat terkejut sewaktu mengetahui bahwa belum dewasa mereka rupanya bekerja untuk para pencopet.
Pertentangan batin yang hebat segera terjadi di hati mereka yang juga mensugesti Muluk, Pipit, dan Samsul. Mereka hasilnya berhenti mengajari belum dewasa itu. Setalah itu, Jarot memperlihatkan pengarahan kepada belum dewasa itu ihwal bagaimana mereka seharusnya mencari uang dengan uang halal. Golongan copet pasar hasilnya sadar dan mereka berubah profesi menjadi pedagang asongan, golongan mall dan angkot tetap pada profesi mereka yaitu pencopet. Namun, ketika golongan copet pasar sedang berdagang di jalan raya tiba-tiba ada satpot pp yang menertibkan jalanan tersebut. Anak-anak banyak yang tertangkap tetapi pada ketika itu. Muluk melihat kejadian itu dan mengaku kepada satpol pp bahwa ia yaitu orang yang menyuruh belum dewasa itu mengasong (bos mereka). Sehingga, Muluk pun dibawa pergi oleh satpol pp tersebut.
Contoh Analisa Sosial film ‘Alangkah Lucunya Negeri ini’
Pada film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) yang dibintangi oleh pemeran utama Reza Rahardian sebagai (Muluk) merupakan film karya anak bangsa yang menceritakan kehidupan banyak sekali lapisan masyarakat pada ketika ini. Pada film ini mengandung banyak sekali problem sosial yang ada di masyarakat umum ekonomi, sosial, politik, pendidikan. Seperti masalah-masalah yang terdapat di lingkungan tinggal kita yaitu kemiskinan, kriminalitas, pengangguran, rendahnya pendidikan, dan sebagainya. Khusus pada masyarakat golongan menengah kebawah yang mencicipi permasalahan sosial tersebut.
Berbagai problem sosial ini bisa dilihat dalam film tersebut. Mulai dari problem pendidikan yang diperlukan menjadi salah satu jembatan atau alat untuk insan dalam melaksanakan mobilitas sosial, yaitu mobilitas sosial vertikal naik. Diharapkan dengan media mobilitas sosial (proses pendidikan) diperlukan seseorang sanggup memperoleh pekerjaan yang layak dan hidup serba berkecukupan yang dalam kata lain yaitu sejahtera.
Proses pendidikan yang diperlukan bisa menjembatani seseorang untuk memperoleh penghidupan yang layak itu seringkali dianggap remeh lantaran pada struktur masyarakat menengah kebawah menganggap tujuan mereka yang menyebabkan mereka hidup yaitu uang bukan pendidikan.Dalam film ini diceritakan kisah Muluk yang merupakan sarjana administrasi belum sanggup memperoleh pekerjaan, alasannya bukan karna malas maupun pendidikan rendah melainkan terbatasnya lapangan pekerjaan. Walaupun ia kerap kali mencari lapangan pekerjaan tanpa patah semangat namun tetap saja hasilnya nihil. Kemudian ada juga sahabat dari Muluk yaitu Samsul yang merupakan seorang sarjana pendidikan, namun di kesehariannya ia hanya bermain “domino” di pos ronda kampungnya bersama teman-teman lain yang juga pengangguran. Kondisi ini mencerminkan betapa ketidakefektifan pendidikan bagi masyarakat menengah kebawah sehingga seringkali mereka menganggap pendidikan itu tidak penting dan dirasa tidak efektif untuk mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Adapun permasalahan ekonomi yang ada di Indonesia terlihat dari masyarakat miskin di Indonesia. Penyebab utama kemiskinan yaitu pengangguran. Dalam film itu menggambarkan kemiskinan bukan karna rendahnya sumber daya insan (SDM) atau rendahnya pendidikan. Akan tetapi pengangguran tersebut atas dasar sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Jumlah pencari kerja yang banyak itu tidak diimbangi dengan banyaknya lowongan pekerjaan, sehingga persaingan untuk mendapat pekerjaan tinggi dan disinilah terlihat adanya ketidakseimbangan. Sehingga masyarakat yang menganggur banyak yang hanya mengisi waktu mereka dengan hal-hal yang kurang bermanfaat.
Dalam problem sosial di masyarakat Indonesia menyerupai problem pendidikan yang rendah lantaran kurangnya sadar pendidikan di masyarakat bawah dan tingkat kemiskinan yang struktural tersebut sanggup memicu adanya suatu tindakan kriminalitas yang juga tergolong dalam problem sosial di masyarakat. Pada film ini diceritaan seorang pencopet cilik berjulukan Komet yang melaksanakan aksinya mencopet seorang bapak di suatu pasar dan aksinya itu dilihat Muluk maka Muluk berusaha mengikuti dan menangkap pencopet itu (Komet). Komet mengajak Muluk untuk bertemu dengan Bang Jarot sebagai bos dari pencopet dan mengurus belum dewasa yang pekerjaannya tidak lain yaitu mencopet. Muluk mengajak Bang Jarot dan belum dewasa pencopet untuk melaksanakan kerjasama dengannya. Ilmu administrasi yang didapat oleh Muluk pada ketika kuliah itu dilibatkan pada kerjasama mereka dan semua atas persetujuan Bang Jarot. Uang hasil mencopet dikumpulkan setiap harinya dan natinya akan dipakai untuk modal perjuangan lain sehingga mereka tidak perlu mencopet lagi.
Dalam film ini diceritakan kondisi yang sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia, yaitu sekelompok belum dewasa yang harusnya mendapat proteksi dan pendidikan layak namun mereka harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka tidak mengenal hal yang halal maupun haram sehingga dengan cara mencopet itu mereka memenuhi kebutuhan dan bertindak sesuka hati mereka. Hal yang melanggar aturan dan berlawanan dengan norma itu mereka lakukan. Walaupun mereka sadar akan tindakan mereka (mencopet) namun mereka tidak pernah merasa bersalah. Anak-anak pencopet itu tidak bersekolah formal, sehingga ilmu-ilmu duniawi maupun ilmu agama tidak mereka ketahui. Oleh lantaran itu muluk mengajak Samsul segai seorang sarjana pendidikan untuk membantu mengajarkan membaca, menulis, menghitung, kewarganegaraan, nasionalisme, olahraga, mengajarkan nilai-nilai dan norma yang sesuai ada di masyarakat umumnya. Muluk juga mengajak sahabat wanitanya berjulukan pipit untuk mengajarkan hal yang berkaitan dengan agama (islam). Kondisi ini tentunya sangat manis dan positif bagi belum dewasa pencopet dan pengetahuan mereka menjadi semakin bertambah luas.
Dalam film ini juga muncul permasalahan pada bidang politik. Dimana ada calon anggota legislatif yang melaksanakan banyak sekali cara untuk memperoleh masa pendukungnya supaya ia menang dalam pemilu. Ia mempergunakan modal yang ia punya berupa materi (uang), bukan kemampuan atau kepandaian ia untuk menjadi seorang calon anggota legislatif. Berbagai cara ditempuh menyerupai membagi-bagi kaos pada masyarakat, memasang poster di tempat umum. Walaupun pada kenyataannya masyarakat tidak percaya pada calon anggota legislatif tersebut.
Berbagai problem sosial budaya itu disajikan dengan ringkas dan menarik bagi para penonton. Dalam film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” menyajikan banyak permasalahan yang terjadi pada masyarakat menengah kebawah, alur dongeng dan kejadian yang terjadi sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia ketika inilah disampaikan bagi para penonton dengan memberikan pesan moral dan kritikan. Dengan demikian film tersebut bisa memberikan kritikan pula bagi pemerintahan di Indonesia.Berbagai macam problem sosial yang terjadi membuktikan kurang berhasilanya pemerintah dalam menjalankan kewajiban dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga dengan adanya film tersebut kita bisa ambil kesimpulan ihwal bagaimana carut-marut kondisi bangsa Indonesia ketika ini dan kita bisa memperlihatkan solusi terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi, dengan cara kita sendiri dan tugas kita sendiri sesuai profesi yang digeluti. Semoga jati diri bangsa Indonesia yang baik sanggup terus terjaga.
Sekian artikel tentang Pengertian Perubahan Sosial dan Ketidaksetaraan Sosial dalam Masyarakat. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka
Saya meminta anda untuk menganalisis dengan pendekatan tiga teori besar, yaitu struktural fungsional, Konflik dan pendekatan interaksionisme simbolik. Anda juga sanggup menganalisis dengan pendekatan budaya, kelompok sosial, staratifikasi sosial, perubahan sosial dan institusi sosial.
Pendekatan Struktural Fungsional
Teori Struktural fungsional muncul dan berkembang lantaran dipengaruhi oleh semangat renaisance. Ia di warnai oleh munculnya revolusi pengetahuan terutama filsafat positivisme yang melahirkan ilmu alam menyerupai fisika, biologi dan kimia, sehingga argumentasi teori ini relatif mengambil wangsit dari teori organis-sistemik. Pandangan ini muncul berkat pengandaian bagian-bagian badan insan dalam suatu susunan organisme.
Dalam sejarahnya, Teori struktural fungsional ini sangat kuat dalan perkembangan sosiologi terutama tahun 1960-an. Begitu berpengaruhnya, setidak-tidaknya selama dua dekade sesudah perang dunia kedua studi sosiologi sangat di dominasi oleh teori ini, sehingga perspektif ini sangat identik dengan sosiologi itu sendiri (Zainuddin Maliki, 2003). Ketika orang berbicara sosiologi, maka perkiraan orang mereka bicara ihwal teori strukural fungsional ini.
Teori Struktural fungsional mempunyai beberapa perkiraan dasar dalam melihat masyarakat. Asumsi tersebut sebagai berikut;
- Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem yang kompleks, terdiri dari bagian-bagian yang saling berafiliasi dan saling tergantung, dan setiap penggalan tersebut berpengarus secara signifikan terhadap penggalan yang lain.
- Setiap penggalan dari masyarakat eksis lantaran penggalan tersebut mempunyai fungsi penting dalam memelihara eksistensi dan stabilitas masyarakat secara keseluruhan, lantaran itu, eksistensi satu penggalan tertentu dari masyarakat sanggup diterangkan apabila fungsinya bagi masyarakat sebagai keseluruhan sanggup di identifikasi.
- Semua masyarakat mempunyai prosedur untuk mengintegrasikan diri; sekalipun integrasi sosial tidak pernah tercapai secara sempurna, namun sistem sosial akan senantiasa berproses kearah itu.
- Perubahan dalam sistem sosial umumnya terjadi secara gradual, melalui proses penyesuaian, dan tidak terjadi secara revolusioner
- Faktor terpenting yang mengintegrasikan masyarakat yaitu adanya komitmen diantara para anggotanya terhadap nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.
- Masyarakat cenderung mengarah kepada suatu keadaan ekuilibrium atau homeostatis
image source: |
baca juga: Pengertian Masalah Sosial dan Manfaat Sosiologi dalam Masyarakat
Pendekatan konflik
Dalam sosiologi, kita mengenal adanya teori konflik yang berupaya memahami konflik dari sudut pandang ilmu sosial. Teori konflik yaitu sebuah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses pembiasaan nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akhir adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Teori konflik lahir sebagai sebuah antitesis dari teori struktural fungsional yang memandang pentingnya keteraturan dalam masyarakat.
Perspektif konflik lahir akhir terjadi krisis sosial akhir muncul revolusi industri di Eropa Barat. Marx melihat masyarakat Eropa Barat tengah menghadap problem kesenjangan ekonomi yang sangat tinggi. Di satu pihak terjadi kemelaratan di kalangan para pekerja, sementara para penguasa ekonomi penuh dengan keserakahan. Karena itu tidak tercipta keadilan sosial. Gambaran ini berdasarkan Marx memunculkan konflik kelas pekerja dengan pemilik modal.
Teori konflik yang populer yaitu teori yang disampaikan oleh Karl Marx, bagi Marx konflik yaitu sesuatu yang perlu lantaran merupakan alasannya terciptanya perubahan. Teori konflik Mark yang populer yaitu teori konflik kelas dimana dalam masyarakat terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin (proletar). Kaum borjuis selalu mengeksploitasi kaum proleter dalam proses produksi. Eksploitasi yang dilakukan kaum borjuis terhadap kaum proletar secara terus menerus pada hasilnya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk bangun melawan sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu revolusi sosial.
Menurut Pendekatan konflik, masyarakat selalu dalam proses perubahan yang ditandai oleh kontradiksi yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Keteraturan yang terdapat dalam masyarakat hanyalah disebabkan lantaran adanya tekanan atau paksaan kekuasaan golongan berkuasa.
Asumsi Teori Konflik
Dalam melihat masyarakat, teori konflik ini mempunyai perkiraan dasar yang merupakan cara pandangnya terhadap masyarakat. Asumsi teori konflik itu adalah;
- Perubahan merupakan tanda-tanda yang menempel pada setiap masyarakat.
- Konflik yaitu tanda-tanda yang selalu menempel di dalam setiap masyarakat
- Setiap unsur dalam masyarakat memperlihatkan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan sosial
- Setiap masyarakat terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi yang dilakukan oleh sejumlah orang terhadap sejumlah orang lainnya.
Teori konflik juga mempunyai Proposisi Strategi konflik
- Kehidupan sosial intinya merupakan arena konflik di antara dan di dalam kelompok-kelompok masyarakat yang bertentangan
- Sumber-sumber daya ekonomi dan kekuasaan politik merupakan hal yang penting yang diperebutkan oleh banyak sekali kelompok
- Akibat tipikal dari konflik itu memunculkan pembagian masyarakat menjadi kelompok determinan secara ekonomi dan kelompok yang tersubordinasi
- Pola-pola sosial dasar suatu masyarakat sangat ditentukan oleh pengarus sosial dari kelompok yang secara ekonomi merupakan kelompok yang determinan
- Kelompok dan konflik sosial di dalam dan di antara banyak sekali masyarakat melahirkan kekuatan-kekuatan yang menggerakan perubahan sosial
- Karena konflik merupakan ciri dasar kehidupan sosial, maka perubahan sosial menjadi hal yang umum dan sering terjadi.
Interaksionisme Simbolik
Dalam perspektif ini, George Herbert Mead (1863–1931), Charles Horton Cooley (1846–1929), yang memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan kelompok. Mereka menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan memakai simbol-simbol, yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Sosiolog interaksionisme simbolik kontemporer lainnya yaitu Herbert Blumer (1962) dan Erving Goffman (1959).
Inti pandangan pendekatan ini yaitu individu. Para andal di belakang perspektif ini menyampaikan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa individu yaitu obyek yang bisa secara eksklusif ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Menurut para ahli, terdapat tiga premis utama dalam teori interaksionisme simbolik, yaitu:
- Manusia bertindak berdasarkan makna-makna
- Makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain
- Makna tersebut berkembang dan disempurnakan ketika interaksi tersebut berlangsung.
Baik insan dan struktur sosial dikonseptualisasikan secara lebih kompleks, lebih tak terduga, dan aktif kalau dibandingkan dengan perspektif-perspektif sosiologis yang konvensional. Di sisi ini masyarakat tersusun dari individu-individu yang berinteraksi yang tidak hanya bereaksi, namun juga menangkap, menginterpretasi, bertindak, dan mencipta. Individu bukanlah sekelompok sifat, namun merupakan seorang pemain drama yang dinamis dan berubah, yang selalu berada dalam proses menjadi dan tak pernah selesai terbentuk sepenuhnya.
Dalam Pandangan Interaksionisme Simbolik, masyarakat bukanlah sesuatu yang statis “di luar sana” yang selalu mensugesti dan membentuk diri kita, namun pada hakekatnya merupakan sebuah proses interaksi. Individu bukan hanya mempunyai pikiran (mind), namun juga diri (self) yang bukan sebuah entitas psikologis, namun sebuah aspek dari proses sosial yang muncul dalam proses pengalaman dan acara sosial. Selain itu, keseluruhan proses interaksi tersebut bersifat simbolik, di mana makna-makna dibuat oleh logika akal insan (Soepapto 2003).
Menurut Mead masyarakat dibuat dari individu-individu yang mempunyai diri sendiri. Bahwa tindakan insan merupakan konstruksi yang dibuat oleh individu melalui dokumentasi dan interpretasi hal-hal penting di mana ia akan bertindak. Bahwa tindakan kelompok terdiri atas perpaduan dari tindakan-tindakan individu-individu.
Sinopsis Film 'Alangkah Lucunya Negeri ini'
Film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” merupakan salah satu Film Komedi Indonesia Tahun 2010 yang dirilis oleh Deddy Mizwar. Cerita dari film ini ditulis oleh Musfar Yasin, dan diperankan oleh Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Mihardja, Tio Pakusadewo, Asrul Dahlan, Ratu Tika Bravani, Rina Hasyim, Sakurta Ginting, Sonia, dan Teuku Edwin. Film ini bertemakan pendidikan, dalam alur ceritanya pemeran berniat untuk merubah belum dewasa yang berprofesi mencopet.
Dalam film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” menceritakan seorang anak muda lulusan S1 Managemen yang berjulukan Muluk sebagai seorang yang gres saja lulus kuliah, tentu saja berupaya untuk mencari kerja. Dengan berbekal ijazah yang dimiliki serta surat kabar yang memuat banyak sekali lowongan kerja, namun semua lamaran tersebut tidak membuahkan hasil.
Semangat Muluk dalam mencari kerja tidak pernah berhenti dan hasilnya melihat sekelompok anak yang melaksanakan agresi copet di sebuah pasar. Dengan geram Muluk meringkus anak tersebut dan mengancam melaporkannya kepada polisi. Beberapa waktu kemudian, di sebuah warung Muluk bertemu dengan Komet. Komet hasilnya membawa Muluk ke markasnya dan memperkenalkan dengan Jarot yang menjadi pemimpin para pencopet. Di sisi lain, ayah Muluk yang berjulukan Pak Makbul berdebat serius dengan Haji Sarbini yang merupakan calon besannya. Muluk akan dijodohkan dengan Rahma. Keduanya terus saja berdebat walaupun berusaha dilerai oleh Haji Rahmat, seorang tetua dalam bidang agama Islam di tempat tersebut.
Perkenalan Muluk dan Jarot menghasilkan komitmen bahwa Muluk akan bekerja bersama dengan para pencopet tersebut untuk mempraktekkan ilmu administrasi yang dimiliki dengan mengelola keuangan mereka. Ini ditawarkan oleh Muluk dengan imbalan 10% dari hasil copet mereka. Tujuan Muluk yaitu supaya hasil copet mereka sanggup dikelola secara profesional dan hasilnya sanggup dijadikan sebagai modal perjuangan supaya tidak perlu menjadi pencopet lagi. Secara umum, kelompok pencopet ini dibagi menjadi 3, yaitu kelompok mall yang terdiri atas pencopet yang berpakaian paling manis dan “gaul”, kelompok pasar yang berpakaian paling kumal, dan kelompok angkot yang berpakaian sekolah. Setiap kelompok mempunyai pemimpin dan metode kerja sendiri-sendiri. Muluk pun menyadari bahwa belum dewasa ini juga butuh pendidikan, dan untuk mengajar mereka, Muluk meminta dukungan Samsul, seorang Sarjana Pendidikan pengangguran yang sehari-hari hanya bermain kartu saja supaya mempraktikan apa yang telah diperoleh dari kuliahnya dulu.
Sebuah permasalahan kecil terjadi ketika ayah Muluk bertanya mengenai pekerjaannya. Dengan terpaksa Muluk menjawab bahwa pekerjaannya yaitu di penggalan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Beberapa waktu kemudian, Haji Rahmat meminta Muluk supaya sanggup mempekerjakan anaknya, Pipit, lantaran sehari-hari Pipit hanya mengurusi kuis-kuis di televisi dan mengirim undian berhadiah kemana-mana. Muluk-pun menyanggupi hal tersebut dan mengajak Pipit untuk mengajar agama bagi belum dewasa pencopet.
Rasa ingin tau pun muncul dari Pak Makbul ayah Muluk, Haji Rahmat ayah Pipit, dan Haji Sarbini calon mertua Muluk. Mereka pun bersikeras hendak melihat tempat kerja Pipit, Muluk dan Samsul. Mereka amat terkejut sewaktu mengetahui bahwa belum dewasa mereka rupanya bekerja untuk para pencopet.
Pertentangan batin yang hebat segera terjadi di hati mereka yang juga mensugesti Muluk, Pipit, dan Samsul. Mereka hasilnya berhenti mengajari belum dewasa itu. Setalah itu, Jarot memperlihatkan pengarahan kepada belum dewasa itu ihwal bagaimana mereka seharusnya mencari uang dengan uang halal. Golongan copet pasar hasilnya sadar dan mereka berubah profesi menjadi pedagang asongan, golongan mall dan angkot tetap pada profesi mereka yaitu pencopet. Namun, ketika golongan copet pasar sedang berdagang di jalan raya tiba-tiba ada satpot pp yang menertibkan jalanan tersebut. Anak-anak banyak yang tertangkap tetapi pada ketika itu. Muluk melihat kejadian itu dan mengaku kepada satpol pp bahwa ia yaitu orang yang menyuruh belum dewasa itu mengasong (bos mereka). Sehingga, Muluk pun dibawa pergi oleh satpol pp tersebut.
Contoh Analisa Sosial film ‘Alangkah Lucunya Negeri ini’
Pada film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) yang dibintangi oleh pemeran utama Reza Rahardian sebagai (Muluk) merupakan film karya anak bangsa yang menceritakan kehidupan banyak sekali lapisan masyarakat pada ketika ini. Pada film ini mengandung banyak sekali problem sosial yang ada di masyarakat umum ekonomi, sosial, politik, pendidikan. Seperti masalah-masalah yang terdapat di lingkungan tinggal kita yaitu kemiskinan, kriminalitas, pengangguran, rendahnya pendidikan, dan sebagainya. Khusus pada masyarakat golongan menengah kebawah yang mencicipi permasalahan sosial tersebut.
Berbagai problem sosial ini bisa dilihat dalam film tersebut. Mulai dari problem pendidikan yang diperlukan menjadi salah satu jembatan atau alat untuk insan dalam melaksanakan mobilitas sosial, yaitu mobilitas sosial vertikal naik. Diharapkan dengan media mobilitas sosial (proses pendidikan) diperlukan seseorang sanggup memperoleh pekerjaan yang layak dan hidup serba berkecukupan yang dalam kata lain yaitu sejahtera.
Proses pendidikan yang diperlukan bisa menjembatani seseorang untuk memperoleh penghidupan yang layak itu seringkali dianggap remeh lantaran pada struktur masyarakat menengah kebawah menganggap tujuan mereka yang menyebabkan mereka hidup yaitu uang bukan pendidikan.Dalam film ini diceritakan kisah Muluk yang merupakan sarjana administrasi belum sanggup memperoleh pekerjaan, alasannya bukan karna malas maupun pendidikan rendah melainkan terbatasnya lapangan pekerjaan. Walaupun ia kerap kali mencari lapangan pekerjaan tanpa patah semangat namun tetap saja hasilnya nihil. Kemudian ada juga sahabat dari Muluk yaitu Samsul yang merupakan seorang sarjana pendidikan, namun di kesehariannya ia hanya bermain “domino” di pos ronda kampungnya bersama teman-teman lain yang juga pengangguran. Kondisi ini mencerminkan betapa ketidakefektifan pendidikan bagi masyarakat menengah kebawah sehingga seringkali mereka menganggap pendidikan itu tidak penting dan dirasa tidak efektif untuk mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Adapun permasalahan ekonomi yang ada di Indonesia terlihat dari masyarakat miskin di Indonesia. Penyebab utama kemiskinan yaitu pengangguran. Dalam film itu menggambarkan kemiskinan bukan karna rendahnya sumber daya insan (SDM) atau rendahnya pendidikan. Akan tetapi pengangguran tersebut atas dasar sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Jumlah pencari kerja yang banyak itu tidak diimbangi dengan banyaknya lowongan pekerjaan, sehingga persaingan untuk mendapat pekerjaan tinggi dan disinilah terlihat adanya ketidakseimbangan. Sehingga masyarakat yang menganggur banyak yang hanya mengisi waktu mereka dengan hal-hal yang kurang bermanfaat.
Dalam problem sosial di masyarakat Indonesia menyerupai problem pendidikan yang rendah lantaran kurangnya sadar pendidikan di masyarakat bawah dan tingkat kemiskinan yang struktural tersebut sanggup memicu adanya suatu tindakan kriminalitas yang juga tergolong dalam problem sosial di masyarakat. Pada film ini diceritaan seorang pencopet cilik berjulukan Komet yang melaksanakan aksinya mencopet seorang bapak di suatu pasar dan aksinya itu dilihat Muluk maka Muluk berusaha mengikuti dan menangkap pencopet itu (Komet). Komet mengajak Muluk untuk bertemu dengan Bang Jarot sebagai bos dari pencopet dan mengurus belum dewasa yang pekerjaannya tidak lain yaitu mencopet. Muluk mengajak Bang Jarot dan belum dewasa pencopet untuk melaksanakan kerjasama dengannya. Ilmu administrasi yang didapat oleh Muluk pada ketika kuliah itu dilibatkan pada kerjasama mereka dan semua atas persetujuan Bang Jarot. Uang hasil mencopet dikumpulkan setiap harinya dan natinya akan dipakai untuk modal perjuangan lain sehingga mereka tidak perlu mencopet lagi.
Dalam film ini diceritakan kondisi yang sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia, yaitu sekelompok belum dewasa yang harusnya mendapat proteksi dan pendidikan layak namun mereka harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka tidak mengenal hal yang halal maupun haram sehingga dengan cara mencopet itu mereka memenuhi kebutuhan dan bertindak sesuka hati mereka. Hal yang melanggar aturan dan berlawanan dengan norma itu mereka lakukan. Walaupun mereka sadar akan tindakan mereka (mencopet) namun mereka tidak pernah merasa bersalah. Anak-anak pencopet itu tidak bersekolah formal, sehingga ilmu-ilmu duniawi maupun ilmu agama tidak mereka ketahui. Oleh lantaran itu muluk mengajak Samsul segai seorang sarjana pendidikan untuk membantu mengajarkan membaca, menulis, menghitung, kewarganegaraan, nasionalisme, olahraga, mengajarkan nilai-nilai dan norma yang sesuai ada di masyarakat umumnya. Muluk juga mengajak sahabat wanitanya berjulukan pipit untuk mengajarkan hal yang berkaitan dengan agama (islam). Kondisi ini tentunya sangat manis dan positif bagi belum dewasa pencopet dan pengetahuan mereka menjadi semakin bertambah luas.
Dalam film ini juga muncul permasalahan pada bidang politik. Dimana ada calon anggota legislatif yang melaksanakan banyak sekali cara untuk memperoleh masa pendukungnya supaya ia menang dalam pemilu. Ia mempergunakan modal yang ia punya berupa materi (uang), bukan kemampuan atau kepandaian ia untuk menjadi seorang calon anggota legislatif. Berbagai cara ditempuh menyerupai membagi-bagi kaos pada masyarakat, memasang poster di tempat umum. Walaupun pada kenyataannya masyarakat tidak percaya pada calon anggota legislatif tersebut.
Berbagai problem sosial budaya itu disajikan dengan ringkas dan menarik bagi para penonton. Dalam film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” menyajikan banyak permasalahan yang terjadi pada masyarakat menengah kebawah, alur dongeng dan kejadian yang terjadi sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia ketika inilah disampaikan bagi para penonton dengan memberikan pesan moral dan kritikan. Dengan demikian film tersebut bisa memberikan kritikan pula bagi pemerintahan di Indonesia.Berbagai macam problem sosial yang terjadi membuktikan kurang berhasilanya pemerintah dalam menjalankan kewajiban dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga dengan adanya film tersebut kita bisa ambil kesimpulan ihwal bagaimana carut-marut kondisi bangsa Indonesia ketika ini dan kita bisa memperlihatkan solusi terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi, dengan cara kita sendiri dan tugas kita sendiri sesuai profesi yang digeluti. Semoga jati diri bangsa Indonesia yang baik sanggup terus terjaga.
Sekian artikel tentang Pengertian Perubahan Sosial dan Ketidaksetaraan Sosial dalam Masyarakat. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka
- Sunarto, Kamanto, 2000, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbit, Fakultas
- Ekonomi Universitas Indonesia
- Maliki, Zainuddin, 2003, Narasi Agung; tiga teori hegemonik, Surabaya, Lembaga
- Pengkajian agama dan Masyarakat (LPAM)
- mamapayish-online.blogspot.com/search?q=Pengertian.Masalah.Sosial.dan.Manfaat.Sosiologi.dalam.Masyarakat
0 Response to "Pengertian Perubahan Sosial Dan Ketidaksetaraan Sosial Dalam Masyarakat"
Posting Komentar