Lontar Wrhaspatitattwa
Lontar wrhaspatitattwa menguraikan obrolan antara seorang guru spiritual yaitu Sang Hyang Iswara deng aseorang sisia ( murid ) spiritual yakni bhagawan Wrhaspati. Sang Hyang Iswara berstani digunung kailasa, yaitu dipuncak gunung kailasa yang suci. Bhagawan wrhaspati merupakan guru loka ( Guru suci dunia ).
Dalam obrolan tersebut dinyatakan bahwa kenyataan yang tertinggi ada dua yang disebut Cetana dan Acetana. Cetana merupakan unsur widya ( unsur kesadaran ), yaitu hakikat yang tidak terpengaruh oleh ketidaksadaran dan bersifar abadi, artinya bersifat kokoh tidak sanggup digoyahkan, dan tidak sanggup disembunyikan. Acetana merupakan unsur awidya ( unsur ketidaksadaran ) yaitu tanpa pengetahuan, bersifat mirip batu. Kedua unsur ini bersifat halus dan menjadi sumber segala yang ada. Apabila cetana dan acetana bertemu maka akan muncul seluruh tattwa, yaitu tattwa asal ( pradanatattwa ), trigunatattwa, budhitattwa, ahamkaratattwa, karmendryatattwa, pancamahabhutatattwa, yang semua itu disebut dengan sarwa tattwa.
Ada tiga bentuk cetana yaitu : paramasiwatattwa, sadasiwatattwa, dan siwatattwa. Ketiga tattwa ini di sebut dengan cetana telu, yang merupakan tiga tingkat kesadaran. Paramasiwatattwa mempunyai kesadaran tertinggi, sadasiwatattwa mempunyai kesadaran menengah, sednagkan siwatattwa mempunyai kesadaran terendah. Tinggi rendahnya taraf kesadran itu tergantung pada besar lengan berkuasa lemahnya imbas mayatattwa ( acetana ) terhadap cetana. Paramasiwatattwa bebas dari imbas mayatattwa, sadasiwatattwa dipengaruhi sedang – sedang saja, sedangkan siwatattwa sangat dipengaruhi oleh mayatattwa.
Paramasiwatattwa yakni bhatar siwa yang niskala, Tuhan yang serba tidak, tidak terikat oleh ruang dan waktu, memenuhi alam semesta, sama sekali tidak terpengaruh oleh mayatattwa, kerena itu disebut dengan nirguna brahma. Ia yakni perwujudan sepi, suci murni, kekal abadi, tanpa aktivitas. Paramasiwatattwa merupakan iswara tidak sanggup diukur, tidak berciri, tidak sanggup dibandingkan, yidak terkotori tidak tampak, ada dimana – mana, infinit tetap, dan tidak berkurang. Ia tidak sanggup diukur dalam arti dia tiada akhir. Ia tidak berciri alasannya yakni tidak mempunyai ciri. Ia tidak sanggup dibandingkan alasannya yakni tidak ada yang mirip Ia. Ia tidak terkotori alasannya yakni tidak ternoda. Ia tidak tampak alasannya yakni Ia tidak sanggup dilihat. Ia ada dimana – mana alasannya yakni Ia ada dalam segala benda. Ia tetap alasannya yakni ia tidak bergerak.
Paramasiwatattwa kemudia mulai terpengaruh maya, pada ketika ini Ia terpengaruh oleh sakti, guna, dan swabawa, yang merupakan hokum kemahakuasaan sadasiwa. Ia mempunyai kekuatan untuk memenuhi segala kehendalkNya. Ia digambarkan dengan perwujudan huruf suci AUM ( OM ). Ia aktif dengan segala ciptaannnya, alasannya yakni itu disebut sagua brahman. Ia memenuhi segalanya. Ia maha pencipta, pelebur, pengasih, bersinar abadi, maha tahu, ada dimana – mana. Bagi orang yang tidak mempunyai kawasan berlindung, Ia merupakan ayah, ibu, saudara. Ia merupakan penawar bagi rasa sakit. Ia duduk diatas padmasana. Padmasana yakni lambing saktinya ( kekuatan ). Beliau mempunyai empat kemahakuasaan yang disebut cadu sakti, yakni prabhu sakti ( maha kuasa ), wibhu sakti ( maha ada ), jnana sakti ( maha tahu ), krya sakti ( maha karya ). Sadasiwa bergelar sebagai bhatara adi pramana, bhatara jagatnata, bhatara guru, dan sebagaiannya.
Siwatattwa bersifat bening tanpa dosa, terang suci dan jelas. Jika ia dinodai oleh ketidak sadaran alasannya yakni dipengaruhi oleh maya, kekuatanya akan hilang. Sakti berarti tahu segalanya dan mengerjakan segalanya. Mayatattwa melambangkan kehampaan dan merupakan perwujudan ketidaksadaran. Ia sama dengan siwatattwatetapi tidak sadar.jika siwatattwa tidak maha kuasa dan maha pencipta maka ia disebut dengan atman, yang artinya kesadaran yang telah mabuk. Atmatattwa sangat luas, maka itulah mayatattwa yang sangat padat mirip tawon yang berjejal –jejal dalam sarangnya.
Maya sanggup di ibaratkan sarang tawon, sedangkan atman sebagai tawon muda yang tergantung, muka menghadap kebawah ( adhomuka ). Atman menghadap kebawah tanpa mengetahui tattwa di atasnya. Kekuatan Tuhan yang menggerakan mayatattwa menimbulkan pradanatattwa. Atman lenyap menjadi tidak sadar, ia menjadi acetana alasannya yakni tidak merasa dimasuki pradanatattwa. Itulah yang mengakibatkan ketidaksadaran atman. Sedangkan pradanatattwadigerakkan Tuhan dengan saktinya yakni krya sakti dan lahirlah tri guna : sattwam rajas, dan tamas.
Sattwam bersifat terang dan bersinar, rajas berubad – ubah, tamas berat dan kabur. Ketiga sifat ini mewarnai setiap pikiran. Pikiran yang terang dan bersinar yakni sattwam, pikiran yang berubah – ubah merupakan rajas, dan pikiran yang berat dan keruh yakni tamas.pikiran merypakan sumber ketenangan, surge dan neraka, eksistensi binatang dan wijud manusia. Pikiranlah yang mengakibatkan atman masuk sorga atau neraka. Pikiran yang mengakibatkan kelahiran sebagai insan atau sebagai binatang. Pikiran pula yang sanggup menghantarkan insan mencapai pembebasan. Kejujuran, kelembutan, kebebasan, keagungan, kekuatan, ketangkasan, kehalusan, keindahan, yakni pikiran sattwika.
Kekejaman keangkuhan, keangkuhan, kekerasan,kegarangan, keserakahan, ketidak-mantapan, kebengisan, dan kecerobohan, yakni sifat rajas. Hati bersifat bengis, prilaku penuh amarah dan menakutkan, besar kepala dan suka kekerasan, berangasan dan serakah, ceroboh dan kurang hati – hati merupakan sifat rajas.
Kemalasan, sifat pengecut, kelesuan, pembunuhan, kesembronoan, kesedihan, kebisuan, sifat merugikan, keterlibatan, merupakan sifat – sifat tamas. Pikiran tamas dihinggapi rasa takut, leleh, tidak suci, suka mengantuk, cenderung berkata bohong, ingin membunuh, tidak hati – hati dan murung, serta muka tampak kasar.
Ketiga guna ini : sattwam rajas, tamas, mencakup atman. Pikiran sattwam mengakibatkan atman mencapai moksa alasannya yakni ia suci. Ialah yang mengakibatkan pedoman agama terealisasi dan pedoman para guru. Hanya bila sattwan sama kekuatannya dengan rajas mak dharma sanggup dilakukan. Karena kehadiran kedua sifat tersebutlah dharma sanggup terlaksana. Dengandemikian insan akan mencapai sorga alasannya yakni sattwam menciptakan harapan baik, dan rajas melakukan harapan itu. Apa bila triu guna itu berimbang maka lahirlah manusia, alasannya yakni ketiganya bekerja satu sama lain. Apabila pikiran dikuasai rajah, maka kekuatan murka yang bekerja sehingga kelakuan jahat yang akan selalu diperbuat. Hal ini mengakibatkan insan masuk kealam neraka dan mendapat siksaan si sana. Jika imbas tamah mayoritas maka pikiran menjadi malas dan bingung. Hal ini menciptakan atman berkembang menjadi menjadi binatang dan tumbuhan. Atman yang ada dalam binatang yakni janggama, yang apabila dalam hidupnya tidak melakukan dharma, maka akan berkembang menjadi menjadi flora yang disebut stawara.
Sumber http://agussedana.blogspot.com
0 Response to "Lontar Wrhaspatitattwa"
Posting Komentar