Dear The Shit!!!
Ini akan menjadi catatan perjalanan gue yang panjang
Hari ini tanggal 1 juli 2018
Dimana didalam tengkorak gue ini bersembunyi kecemasan yang tak jarang membuat mimpi mimpi gue yang lelah dan ingin terlelap lebih usang sanggup saja dibangunkan oleh tanggung jawab “lulus” dimalam buta
Untuk mahasiswa semester 4
Yang masih berlumuran data data, yang masih ditakut takuti oleh wajah dosen pembimbing dan penguji yang masih menjadi misteri
Dan tentunya hingga kini masih terseok seok mengikuti impian dan fatwa terpositif
Lalu bertanya tanya dalam hati
“apakah lulus itu ada dalam takdir gue dari yang maha kuasa?”
Sehingga title master sains ada dibelakang nama gue
Dan membayar segala keluh kesah mak gue yang barangkali disetiap sembahyangnya ada impian itu yang ia sebutkan
Untuk gue, anaknya
Gue rasa gue sudah terlalu banyak berebut dengan apa yang terjadi pada hari esok
Ini tak ada bedanya dengan se ose basil yang gue tumbuhkan di media kultur akan tumbuh esok hari
Jadi seorang saintis di bidang ilmu hayati itu nggak segampang bagaimana menghipotesiskan kalau 1 tambah 1 akan mutlak 2
Ini perihal ratusan perencanaan, dengan faktor kegagalan tidak mungkin 0 persen yang artinya setiap yang gue lakuin ialah pergulatan trial dan error, ibarat membaca apa maksud alam, layaknya memahami insan dalam porsi mikro, kalau esok hari ia ogah ogahan untuk tumbuh, maka terjawab takdir gue hasil kerja keras kemarin, lu gagal dian, basil ini nggak doyan dengan segala hal yang lulakukan kemaren
Mungkin
Osenya kepanasan, mediumnya rusak, atau bakterinya udah mati dari sononya.
Semuanya bergolak, antara kepanikan, kesedihan, bahkan merasa diusia gue yang sudah menuju 25 tahun masih jadi beban besar orang tua
Gue membenci diri gue mati matian yang kadang berimbas pada kebencian gue pada sang pencipta
Akan jalan nya yang tak lagi terperinci untuk gue
Akan terlalu sialnya hidup diraga gue
Tekanan yang benar benar membuat gue lupa cara jadi beruntung
Lupa kalau gue bukanlah tersial dari makhluk makhluk Istimewa yang berhasil kuliah di itb
Gue selalu berpikir hal yang sama hari demi hari
Ingin mati rasanya
Kadang gue berdoa dimasa masa hitam
Dilangkah gue yang gontai setiap paginya menuju gedung berlantai delapan
Gue memejam kan mata terlalu sering, menangis dalam hati, kemudian bertaruh dengan tuhan
Untuk mengambil kebahagiaan gue dimasa depan yang lain hanya demi lulus
Gue berkata “tuhan nggak apa apa deh dian nggak nikah, nggak punya anak dimasa depan asalkan dian lulusin dari daerah ini”
Yang artinya, gue membuang mimpi hidup senang dengan odo, menghapus segala perencanaan gue hidup normal ibarat impian perempuan lain di luar sana.
Gue berani bertaruh dengan resiko tingkat tinggi, hanya demi toga, hanya demi ijazah, bukan sekali lagi bukan demi mak gue yang banting tulang yang nyekolahin gue hingga s2.
Lu itu udah sial dari awal sebelum lu berdosa dian, wake up, tuhan itu udah benci lu dari awal, nggak ada yang bisa lu ubah
Di semua fatwa pemikiran negatif itu, gue mulai berkesimpulan perihal takdir gue kedepannya
Tentang yang orang beriman maksud dengan “kekafiran”
Gue selalu berburuk sangka dengan tuhan gue, selalu berkesimpulan kalau hidup gue benar benar tak bisa diubah, tuhan benar benar membuat gue sebab satu perihal, untuk menderita meski dengan jalan apapun yang gue lakukan
sepertinya di lauhul mahfuz sebelum gue lahir di dunia dan sebelum gue berdosa pun tuhan telah membuat perencanaan yang jelek untuk hidup gue yang buruk.
Sepertinya menuhankan insan mungkin lebih baik
Kelakuan gue mulai aneh aneh
Dimasa masa keruntuhan, kepercayaan gue sudah benar benar tidak bisa terselamatkn gue membanting kepercayaan kemudian menistakannya di dalam hati dan mengkoar koarkannya diantara anggota lab yang lain
Gue menjadi pembenci tuhan yang goblok
Kenapa goblok sebab seharusnya gue juga membenci insan manusia lain yang diciptakan oleh tuhan
Tapi nyatanya gue punya impian untuk insan
Gue menuhankan manusia
Gue berikrar hidup gue untuk manusia
Membahagiakan manusia
Tapi bukan tuhan
Iman gue tergadaikan dengan semua kegagalan
Sebelum masa masa gue ibarat ini, tepatnya bulan februari, gue berikrar untuk berpuasa daud dan bernazar kalau penderitaan gue selama s2 selesai dengan baik maka gue akan mendedikasikannya kalau nanti gue lulus gue akan membahagiakan orag orang yang mungkin tak terlibat dalam hidup gue tapi ia nasibnya terlalu jelek semoga nasip ia sedikit membaik
Gue mulai dengan hati yang bersih, gue jalani puasa itu kurang lebih 3 bulan lamanya dan hampir tanpa bolong kecuali dikala halangan bulanan
Gue tambahkan dengan dhuha setiap paginya.
Gue tak mempermasalahkan kalau puasa tersebut kadang gue musti rela menahan lapar lebih dari 24 jam sebab gue punya tak bisa tidur untuk tidur lebih awal dan selalu telat bangkit sebelum subuh
Dan berbuka dengan makanan beratpun kadang harus menunggu gue dalam keadaan perut kosong lebih dari sehari semalam, nunggu jam pulang dari lab yang kadang hampir jam setengah 10 malam
Lama lama, tuhan mulai semakin menguji gue lebih keras,
Lebih banyak
Sebanyak media yang gue buang hanya sebab gagal berbulan bulan
Sebanyak waktu dan energi yang gue bakar hanya demi menyatakan gue berhasil dan bisa menatap pak nyoman dengan percaya diri yang tinggi
Jika gue berhasil
Tapi nihil
Ini terlalu haram hukumnya, terlalu tidak mungkin kejadiannya, gue gigit jari
Iman gue rapuh
Gue mulai tak percaya dengan ini itu
Apalagi kalau melihat anak anak lab gue waktu makan siang sering pertanda kalau kehiduoan mereka dari awal terlalu baik baik saja
Sedangkan gue mulai berspekulasi kalau gue tercipta emang untuk dihancurkan, dipermainkan, oleh tuhan yang kuasa
Dimalam malam gue yang merasa dikhianati, gue mulai berpikir perihal penyakit, perihal kehancuran, perihal semoga hidup gue dipercepat dengan cara tuhan
Mungkin gue kanker, mungkin gue kecelakan digilas truk. Atau mungkin tuhan mengambil gue dikala gue selalu bermimpi dikejar kejar dosen pembimbing, takut ditanya ini itu.
Siang siang bolong dikala puasa ramadhan, gue makan
Gue ibarat anak kecil yang tak berpengaruh berpuasa sebab iannya masih lemah dan gue yang tak lagi mengenali hak dan bathil
Jika mengingat ingat dimasa lalu, hampir apapun godaannya dikala gue kelas 3 sd gue tak akan membatalkan puasa meski gue sakit sekalipun
Kecuali waktu kelas 5 sd gue khilaf 2 hari makan camilan manis meses dari adek gue
Selebihnya kalau tak tiba bulan gue akan setia, sebab ramadhan itu ibarat euforia kepercayaan
Yang sayang untuk dilewatkan
Thesis ini menghancurkan kepercayaan gue
Yang membuat gue bertaruh banyak ke tuhan
Dan mungkin kalau perjanjian dengan setan itu ada, mungkin gue sudah menjual diri gue ke setan hanya demi lulus.
Gue sadar semuanya duniawi, hanya saja diposisi orang yang paling sial diantara orang paling beruntung itu ialah sumber kerusakan mental
Kuliah dengan biaya sendiri dari orang tua, dan yang bikin semuanya tambah kelitan jelek ialah hanya mak gue yang berjuang mati matian untuk gue
Seorang perempuan renta yang umurnya sudah hampir melampui setengah abad, mengais rezeki jadi karyawan yang dibelakang layar juga musti rela dimarahin atasan, di gertak tekanan tingkat tinggi akan tanggung jawab pekerjaan, yang gue percaya disetiap malam malamnya yang panjang, ia niscaya kesepian, menunggu anaknya pulang dari perantauan.
Oh tuhan
Gue benci hidup gue
Benci kenapa gue tak membuat ia minimal besar hati dengan adanya gue
Benci kenapa dikala gue mendaftar beasiswa dimanapun gagal
Benci dengan semuanya
Harapan itu layaknya lentera yang tak lagi bisa menerangi apapun
Dian itu padam
Rasionalah
Jawablah pertanyaan
Kenapa dian masih bisa sehat, berlari lari mengejar media yang sedang dipanaskan di hotplate yang bentar lagi akan meluap, masih sehat, milyaran sel ditubuh dian kompak bekerja sama untuk mengerjakan perintah dari otak, itu semua ialah bentuk kalau nikmat kesehatan ialah hal yang dilarang didustakan
Gue jawab, menjadi tidak berkhasiat dan sehat itu ialah kehancuran, itu sama saja kamu ialah mesin canggih yang tak terpakai, yang diciptakan dengan harga milyaran tapi tak pernah disentuh, bahkan kalau gue sakit dan lumpuh pun gue merasa lebih rela hidup ibarat itu, minimal kalau gue nggak berkhasiat gue punya alasan banyak untuk itu, KEADAAN GUE YANG TIDAK MEMUNGKINKAN
Dan tercetuslah ide, kayaknya donor organ dikala gue mati nanti akan menyelamatkan nyawa nyawa yang diambang final hidup yang pantas untuk hidup lebih lama, dan gue gres sadar, gue ialah insan yang hidup tapi sepantasnya mati.
Thesis itu duniawi, malaikat tak akan menanyakan dialam kuburmu nanti dengaan pertanyaan tesismu judulnya apa, tak bakalan, jadi untuk apa kamu bersedih hanya sebab mengejar dunia
Tanpa thesis yang berhasil, gue ialah penghianat untuk nirwana yang bisa dilihat dari dunia, untuk mak gue, mungkin rasanya lebih baik menjadi penghianat negara, menyelewengkan dana penelitian hanya demi kesenangan duniawi, menipu negara.
Liatlah lebih luas dunia ini dian, begitu banyak yang musti bannyak disyukuri, termasuk dengan adanya odo yang sayang ke dian, sahabat sahabat yang masih care ke dian, masih banyak yang lainnya yang juga mengharapkan dian, “mama kucing” kucing pun senang setiap ada dian
Gue rasa gue udah jawab semuanya diatas tadi, gue rela jual kebahagian itu demi lulus dari itb
Dian ialah pola kasatmata dari kekufuran hamba akan nikmat tuhan
Gue jawab
Tuhan ialah bukti kasatmata penyelewengan keadilan
Kesenjangan takdir
Karena semua dari kita dari awal sebelum kita dilahirkan pun, ia sudah mengelompokan kita dengan penuh dengan kenistaannya.
sekian
ini ialah perjalanan gue menuju dewasa, untuk impian harapan yang sudah mampus padahal masih terlalu pagi, ini ialah goresan pena bukti kasatmata kalau gue pernah gagal, pernah merasa terkhianti berulang kali, goresan pena yang gue buat dengan rasa ibarat orasi penuntut keadilan, perasaan yang orang bilang gue terlalu mengikuti nafsu duniawi.
nafsu seharusnya nggak ada air mata, ini jerita hati, minimal dibuktikan dengan tangis yang menjadi jadi
Sumber http://hidupgue1993.blogspot.com
0 Response to "Dear The Shit!!!"
Posting Komentar