iklan

Penelitian Budaya Komunikasi Masyarakat Samin Di Bojonegoro (Kajian Sosiolingguistik)



PENELITIAN BUDAYA KOMUNIKASI MASYARAKAT
SAMIN DI BOJONEGORO
(KAJIAN SOSIOLINGGUISTIK)
Oleh: joko yulianto
  1. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia yakni mahluk social alasannya yakni itu insan senantiasa berafiliasi dengan insan lainnya, untuk mendapat informasi mengenai lingkungannya, dirinya dan orang-orang disekitarnya. Untuk mendapat informasi tentu setiap indifidu perlu melaksanakan komunikasi dengan indifidu lain. Komunikasi sangat penting kiprahnya bagi kehidupan social, budaya, politik dan pendidikan, alasannya yakni komunikasi merupakan proses transaksional yang menghipnotis prilaku tertentu sebagai konsekwensi dari kekerabatan social.
Tampaknya tak sanggup dihindari lagi bahwa proses komunikasi ini sangat vital dan mendasar bagi komunikasi sosial, dikatakan vital alasannya yakni setiap individu mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu yang lainnya, dengan begitu memutuskan kredibilitasnya sebagai seorang anggota masyarakat dan dikatakan mendasar alasannya yakni insan baik yang primitif maupun yang modern berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai banyak sekali hal hukum sosial komunikasi.
Oleh alasannya yakni itu yang harus ditekankan yakni bagaimana komunikasi bisa berjalan efektif dan efisien sehingga pesan yang diterima, ditafsirkan sama antara komunikator dan komunikan. Artinya komunikasi yang efektif, terjadi tidak hanya sekedar dikala seseorang telah melekatkan arti tertentu terhadap sikap orang lain tetapi juga pada persepsinya yang sesuai dengan pemberi pesan atau informasi.Salah satu cara untuk menjamin hal itu yakni dengan menghindarkan pesan yang tidak terperinci atau tidak spesifik serta dengan meningkatkan frekuensi umpan balik (feed back) guna mengurangi tingkat ketidakpastian dan tanda tanya, yakni dengan cara memahami bagaimana budaya komunikasi dari lawan bicara kita nantinya, sehingga salah tafsir dari penyampaian pesan sanggup dihindarkan meskipun mempunyai latar belakang kehidupan yang hampir sama dengan kita
Bertahun – tahun kemudian Raymond Williams (1962) secara ringkas dan tegas mendefinisikan Budaya sebagai” suatu cara hidup tertentu” yang dibuat oleh nilai, tradisi, kepercayaan, obyek material dan wilayah (territory), Budaya yakni suatu ekologi yang kompleks dan dinamis dari orang, benda, pandangan perihal dunia, kegiatan dan latar belakang (setting) yang secara mendasar bertahan usang tetapi juga berubah dalam komunikasi dan interaksi sosial yang rutin, budaya yakni konteks.
Budaya yakni cara kita berbicara dan berpakaian, masakan yang kita makan dan cara kita menyiapkannya dan mengkonsumsinya, dewa-dewa yang kita ciptakan dan cara kita memujanya, cara kita membagi waktu dan ruang, cara kita menari, nilai-nilai yang kita sosialisasikan kepada bawah umur kita dan semua detail lainnya yang membentuk kehidupan sehari-hari.
Perspektif perihal budaya ini mengimplikasikan bahwa tak ada budaya yang secara inheren lebih unggul dari budaya yang lainnya dan bahwa kekayaan budaya tidak ada kaitannya sama sekali dengan status ekonomi, budaya sebagai kehidupan sehari-hari merupakan idea yang tetap demokratis.
Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk mengkaji bagaimana cara atau praktek komunikasi dalam masyarakat samin khususnya Di wilayah bojonegoro kecamatan malo, peneliti ingin meneliti bahasa masyarakat samin dari segi bahasa, baik bahasa Verbal maupun Nonverbal, yang biasanya dilakukan antara komunikator dan komunikan yang berlatar belakang kebudayaan sama, maupun yang mempunyai kebudayaan yang berbeda. Masarakat samin merupakan masyarakat yang cara komunikasinya mengambil dan memahami apa yang di ucap dan mereka menitik beratkan kata-katanya bukan maksud dari makna kata yang di ucapkannya. Inilah yang membuat masyarakat samin berbeda dengan masyarakat bojonegoro pada umumnya dan alasannya yakni itu pula peneliti merasa penelitian sosiolingguistik perlu dilakukan.

  1. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang dilema tersebut di atas, maka penelitian ini berusaha menjawab permasalahan sebagai berikut :
1.   Bagaimana budaya komunikasi masyarakat Samin di Dusun Jepang, Desa/Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro dilihat dari segi penggunaan bahasa ?
2.   Simbol-simbol komunikasi apa yang digunakan masyarakat masyarakat Samin di Dusun Jepang, Desa/Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro dalam proses komunikasi?

  1. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Bertitik tolak pada rumusan dilema di atas, maka maksud dan tujuan penelitian ini yakni sebagai berikut :
1.   Untuk mengetahui Budaya Komunikasi masyarakat masyarakat Samin di Dusun Jepang, Desa/Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro dari segi penggunaan bahasa.
2.   Untuk memahami simbol-simbol komunikasi yang digunakan masyarakat Samin di Dusun Jepang, Desa/Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro dalam proses komunikasi yang biasa mereka gunakan sehari-hari.

  1. KEGUNAN PENELITIAN
Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai berikut:
1.   Secara teoritis
a.    Hasil Penelitian ini diharapkan sanggup memperlihatkan sumbangan terhadap pengembangan ilmu Komunikasi, khususnya komunikasi budaya masyarakat samin Bojonegoro.
b.   Diharapkan sanggup memperkaya kajian budaya khususnya di bidang komunikasi dalam Masyarakat bojonegoro.
2.   Secara Praktis
a.    Hasil Penelitian ini diharapkan sanggup di jadikan salah satu informasi dalam membuatkan ilmu pengetahuan khususnya komunikasi budaya yang ada hubungannya dengan sosiolingguistik.
b.   Untuk membantu masyarakat demi menghindari kesalahpahaman persepsi dari sebuah pesan yang disampaikan komunikan yang berbeda Budaya atau bahkan sama dengan kita.

  1. LANDASAN TEORI  (Teori Interaksi Simbolik)
Dalam penelitian ini memakai kerangka pemikiran yakni teori Interaksi Simbolik milik Herbert Blumer, kerangka pemikiran ini mempunyai efek yang sangat besar dalam penelitian ini, alasannya yakni di dalamnya mempunyai tendensi-tendensi pemikiran yang kuat untuk menganalisis penelitian ini.
Istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert Blumer pada tahun 1937 dan dipopulerkan oleh Blumer juga, meskipun bergotong-royong Mead-lah yang paling popular sebagai peletak dasar teori tersebut. Esensi dari teori Interaksi simbolik yakni suatu kegiatan yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna Blumer mengkonseptualisasikan insan sebagai pencipta atau pembentuk kembali lingkungannya, sebagai perancang dunia obyeknya dalam pedoman tindakannya, alih–alih sekedar merespons pengharapan kelompok.
Perspektif interaksionisme simbolik berusaha memahami sikap insan dari sudut pandang subyek, perspektif ini menyarankan bahwa sikap insan harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan insan membentuk dan mengatur sikap mereka dengan mempertimbangkan keberadaan orang lain yang menjadi kawan interaksi mereka.
Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, obyek dan bahkan pada diri mereka sendiri yang memilih sikap mereka. Perilaku mereka tidak sanggup digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan impuls, tuntutan budaya atau tuntutan peran, insan bertindak hanya menurut pada definisi atau penafsiran mereka atas obyek-obyek di sekeliling mereka.
Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang membuat dan menegakkan kehidupan kelompok, dalam konteks ini, maka makna dikontruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan peranannya, melainkan justru merupakan substansi bergotong-royong dari organisasi sosial dan kekuatan sosial.
Menurut teori Interaksi simbolik, kehidupan sosial intinya yakni interaksi insan yang memakai simbol-simbol, mereka tertarik pada cara insan memakai simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga efek yang ditimbulkan dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap sikap pihak-pihak yang terlihat dalam interaksi sosial.
Penganut interaksi simbolik berpandangan, sikap insan intinya yakni produk dari interpretasi mereka atas dunia dari sekeliling mereka jadi tidak mengakui bahwa sikap itu dipelajari atau ditentukan sebagaimana dianut teori Behavioristik atau teori struktural.
Secara ringkas Teori Interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut, pertama individu merespons suatu situasi simbolik, mereka merespon lingkungan termasuk obyek fisik (benda) dan Obyek sosial (perilaku manusia) menurut media yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.
Kedua, makna yakni produk interaksi sosial, alasannya yakni itu makna tidak melihat pada obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa, perundingan itu dimungkinkan alasannya yakni insan bisa mewarnai segala sesuatu bukan hanya obyek fisik, tindakan atau insiden (bahkan tanpa kehadiran obyek fisik, tindakan atau insiden itu) namun juga gagasan yang abstrak.
Ketiga, makna yang interpretasikan individu sanggup berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial, perubahan interpretasi dimungkinkan alasannya yakni individu sanggup melaksanakan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

  1. METODE PENELITIAN
penelitian ini tersusun dengan kelengkapan ilmiah yang disebut sebagai metode penelitian, yaitu cara kerja penelitian sesuai dengan cabang – cabang ilmu yang menjadi target atau obyeknya. Cara kerja tersebut merupakan pengetahuan perihal langkah-langkah sistematis dan logis dalam upaya pencarian data yang berkenaan dengan masalah-masalah penelitian guna diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan solusinya.
Metode dalam suatu penelitian merupakan upaya semoga penelitian tidak diragukan bobot kualitasnya dan sanggup dipertanggungjawabkan validitasnya secara ilmiah. Untuk itu dalam bab ini memberi kawasan khusus perihal apa dan bagaimana pendekatan dan jenis penelitian, Obyek penelitian, jenis dan sumber data, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data, adapn penjelasannya yakni sebagai berikut:
1.   Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian ini, memakai pendekatan fenomenologi. Alfred Schutz sebagai salah satu tokoh teori ini berpendirian bahwa tindakan insan menjadi suatu kekerabatan sosial jikalau insan memberi arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan insan lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti.
Ada empat unsur pokok dari teori ini yakni: pertama, perhatian terhadap aktor. Kedua, memusatkan pada pernyataan yang penting atau yang pokok dan kepada sikap yang masuk akal atau alamiah (natural attitude). Ketiga, memusatkan perhatian terhadap dilema mikro. Keempat, memperhatikan pertumbuhan, perubahan dan proses tindakan dalam dinamika agama, sosial dan budaya masyarakat urbanNamun penelitian ini juga memakai pendekatan etnografis, yang mencoba melaksanakan pengumpulan, penggolongan (pengklasifikasian) dan penganalisaan terhadap budaya komunikasi masyarakat samin di kabupaten Bojonegoro.
Sedangkan jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menurut pada data yang muncul berwujud kata – kata dan bukan rangkaian angka. Serta dengan metode penelitian deskriptif artinya melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk :
Ø  Mengumpulkan informasi faktual secara rinci yang melukiskan tanda-tanda yang ada.
Ø  Mengidentifikasi dilema atau menyelidiki kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.
Ø  Membuat perbandingan atau evaluasi.
Ø  Menentukan apa yang dilakukan dalam menghadapi dilema yang sama dan berguru dari pengalaman mereka untuk memutuskan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
2.   Objek Penelitian
Wilayah penelitian yang dijadikan obyek atau target dalam penelitian ini. Sebagaimana dijelaskan dalam konseptualisasi penelitian yaitu Budaya Komunikasi serta simbol – simbol yang digunakan dalam proses komunikasi masyarakat Samin di Dusun Jepang, Desa/Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro, Alasan dipilihnya desa ini yakni alasannya yakni komunitasnya masih kuat mempertahankan identitas kulturalnya melalui banyak sekali ritualitas. Kuatnya identitas kultural tersebut diperkuat dengan masih mentradisinya bentuk – bentuk folklor dalam realitas kehidupan sehari – hari. Dengan mempunyai aksesbilitas yang lebih terbuka serta kondisi sosial ekonomi rendah dan mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi.
3.   Jenis Dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini dibagi dalam bentuk kata-kata dan tindakan serta sumber data yang tertulis. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini, diubahsuaikan dengan apa yang di konsepsikan oleh Lofland dan Lofland (1984: 47), bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya yakni data embel-embel ibarat dokumen dan lain-lain. Berikut ini akan peneliti jelaskan mengenai jenis-jenis data yang berbentuk kata-kata dan tindakan serta sumber data yang tertulis. Jenis dan sumber data tersebut adalah:
a.    Kata-Kata Dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber utama. Sumber data utama dicatat melalui cacatan tertulis atau melalui perekaman video / audio tapes, pengambilan foto atau film. Dalam upaya mengumpulkan sumber data yang berupa kata-kata dan tindakan dengan memakai alat (instrumen) penelitian ibarat tersebut di atas merupakan konsep yang ideal, tetapi dalam konteks ini, ketika peneliti melaksanakan proses wawancara dalam upaya menggali data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, peneliti hanya memakai alat bantu yang berupa rujukan sebagai pisau bedah di lapangan dan buku tulis serta bolpoint untuk mencatat informasi yang disampaikan oleh informan yakni tokoh – tokoh masyarakat dan ketua moral yang sering mereka sebut kyai, sesepuh desa (orang yang dituakan) dalam komunitas masyarakat samin yang cukup berpengaruh.
b.   Sumber Tertulis
Sumber tertulis sanggup dikatakan sebagai sumber kedua yang berasal dari luar sumber kata-kata dan tindakan. Dilihat dari sumber data, materi embel-embel yang berasal dari sumber tertulis sanggup dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dalam konteks ini, upaya untuk menggali data informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti mencari sumber data tertulis untuk memperkuat hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti mendapat sumber data tertulis berupa buku yang berkaitan dengan kajian Budaya komunikasi Masyarakat Samin di Dusun Jepang, Desa/Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro dan banyak sekali buku penunjang lainnya.
4.   Tahapan-Tahapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
a.    Tahapan Pra Lapangan
Tahapan pra lapangan ini meliputi:
1.   Menyusun Rancangan Penelitian
Dalam konteks ini, peneliti terlebih dahulu membuat rumusan permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian, untuk kemudian membuat matrik usulan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat anjuran penelitian.
2.   Memilih Lapangan
Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan.
3.   Mengurus Perizinan
Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk proposal, peneliti mengurus izin kepada atasan peneliti sendiri, ketua jurusan, dekan fakultas, kepala instansi ibarat sentra dan lain-lain.
b.   Tahap Orientasi
Pada tahap ini, peneliti akan mengadakan pengumpulan data secara umum, melaksanakan observasi dan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi luas mengenai hal-hal yang umum dari obyek penelitian. Informasi dari sejumlah responden di analisis untuk memperoleh hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan mempunyai kegunaan bagi penelitian selanjutnya secara mendalam. Informasi ibarat itulah yang selanjutnya digunakan sebagai fokus penelitian.
c.    Tahapan Eksplorasi
Pada tahap ini, fokus penelitian lebih terperinci sehingga sanggup dikumpulkan data yang lebih terarah dan spesifik. Observasi ditujukan pada hal-hal yang dianggap ada hubungannya dengan fokus. Wawancara lebih berstruktur dan mendalam (dept interview) sehingga informasi yang mendalam dan bermakna sanggup diperoleh.

  1. TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data yakni suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data yakni langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, alasannya yakni pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesa yang sudah dirumuskan. Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan pribadi oleh peneliti dalam situasi yang sesungguhnya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan yakni data dokumentasi, wawancara mendalam yang berafiliasi dengan data yang diharapkan dan observasi. Penjelasannya yakni sebagai berikut:
1.   Dokumentasi
Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini yakni untuk mendapat informasi yang berafiliasi dengan data-data perihal banyak sekali hal yang berafiliasi dengan Budaya komunikasi masyarakat samin dari segi penggunaan bahasa serta Latar belakang penggunaan Bahasa tersebut Seperti peta wilayah, foto-foto dokumenter kegiatan masyarakat margomulyo kabupaten bojonegoro. Teknik dokumentasi ini juga digunakan untuk mendapat informasi dan data-data sekunder yang berafiliasi dengan fokus penelitian.
2.   Wawancara
Sedangkan penggunaan wawancara mendalam (dept interview) dalam penelitian ini yakni untuk mendapat data primer dari subyek penelitian dengan cara wawancara mendalam yang tidak berstruktur, dengan pertimbangan supaya sanggup berkembang sesuai dengan kepentingan penelitian.
3.   Observasi
Metode ini memakai pengamatan atau penginderaan pribadi terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku. Pengumpulan data dengan memakai alat indera dan diikuti dengan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala/fenomena yang diteliti. Observasi dilakukan jikalau belum banyak keterangan yang dimiliki perihal dilema yang diselidiki. Dari hasil observasi, sanggup diperoleh citra yang lebih terperinci perihal masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk perihal cara memecahkan.

  1. PENGUJIAN DATA
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini, ibarat yang dirumuskan ada tiga macam yaitu, antara lain :
1.   Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat memilih dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Dalam konteks ini, dalam upaya menggali data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti selalu ikut serta dengan informan utama dalam upaya menggali informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian. Misalnya peneliti selalu bersama informan utama dalam melihat lokasi penelitian.
2.   Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan atau informasi yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
3.   Triangulasi
Triangulasi yakni teknik investigasi keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik investigasi yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyedik dan teori.

  1. TEKNIK ANALISIS DATA
Definisi analisis data, banyak dikemukakan oleh para mahir metodologi penelitian. Berikut ini yakni definisi analisis data yang dikemukakan oleh para mahir metodologi penelitian tersebut, yang terdiri dari :
1.   Menurut Bogdan dan Taylor (1971)
Analisis data yakni proses yang merinci perjuangan formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) ibarat yang disarankan oleh data dan sebagai perjuangan untuk memperlihatkan pertolongan pada tema dan hipotesa itu.
2.   Menurut Lexy J. Moleong (2002)
Analisis data yakni proses mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga sanggup ditemukan tema dan sanggup dirumuskan hipotesis kerja ibarat yang disarankan oleh data.
Dari pengertian di atas, sanggup diambil kesimpulan bahwa, analisis data yakni rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data semoga sebuah fenomena mempunyai nilai sosial, akademik dan ilmiah.
Analisis data penelitian bersifat berkelanjutan dan dikembangkan sepanjang program. Analisis data dilaksanakan mulai penetapan masalah, pengumpulan data dan sesudah data terkumpulkan. Dengan memutuskan dilema penelitian, peneliti sudah melaksanakan analisis terhadap permasalahan tersebut dalam banyak sekali perspektif teori dan metode yang digunakan yakni metode alir. Analisis dalam penelitian ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan (Matthew B.Miles dan A Michael Huberman,1992: 16 – 17).
Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum di mulai semenjak pengumpulan data 1) reduksi data,yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data bergairah yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan; 2) penyajian data (display data) dilakukan dengan memakai bentuk teks naratif dan 3) penarikan kesimpulan serta verifikasi.
Teknik analisis data dalam penelitian ini, dilakukan sesudah data-data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dan observasi. Kemudian data-data tersebut, di analisis secara saling berafiliasi untuk mendapat dugaan sementara, yang digunakan dasar untuk mengumpulkan data berikutnya, kemudian dikonfirmasikan dengan informan secara terus menerus secara triangulasi.

  1. KESIMPULAN
Kesimpulan disini akan menjelaskan bagaimana hasil dari penelitian ini, apakah penelitian ini bisa menjawab seluruh rumusan dilema yang telah ditetapkan atau tidak. Dalam menulis kesimpulan ini akan ditulis apa saja manfaat dari peneltian ini untuk ilmu pengetahuan, untuk masyarakat, untuk peneliti, saran untuk masyarakat umum dan lain sebagainya.

  1. DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1987
Berger, Arthur Asa, Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, terjemahan oleh M. Dwi Mariyanto, Sunarto, Jogyakarta, Tiara Wacana Yogja: 2000
Iqbal Hasan, M., Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Cet. 1, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
Koencoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1981
Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 13 Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002
Lull, James, Media, Komunikasi dan Kebudayaan Jakarta, Yayasan Obor Indonesia :1998
Mulyana, Deddy, Komunikasi Antar Pribadi Bandung, PT Remaja Rosda Karya:1990
Narbuko Cholid, & Achmadi, Abu, Metodologi Penelitian ,Jakarta, Bumi aksara, 1997
Nasution, S., Metode Research, Edisi 1 Bandung: Jemmars, 1982
Nazir, Moh., Metode Penelitian, Cet. IV Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999
Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda Yogyakarta: Kanisius, 1992
Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya : 2004
Suprayogo, Imam dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Uchajana, Onong, Dinamika Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosda Karya: 1993
http://zenapinkers08.wordpress.com/proposal-penelitian-kualitatif
http://mhs.blog.ui.ac.id/dennie.atika/category/semester-5/metode-penelitian-komunikasi/


Sumber http://pascaunesa2011.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Penelitian Budaya Komunikasi Masyarakat Samin Di Bojonegoro (Kajian Sosiolingguistik)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel