Makalah Flu Burung
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan yakni hal yang paling berharga bagi semua orang. Mulai dari olahraga teratur, pola makan yang disiplin, dan istirahat yang cukup dilakukan demi mendapat tubuh yang tetap fit. Namun terkadang antioksidan dalam tubuh juga melemah lantaran kecapaian atau nutrisi yang kurang dalam tubuh. Hal ini menimbulkan penyakit gampang masuk dan menyerang dalam tubuh.
Influenza yakni salah satu penyakit menular paling serius dari sudut pandang kesehatan masyarakat lantaran menyebar cepat di seluruh dunia, morbiditas yang signifikan di seluruh penduduk dan komplikasi yang terkait. Perubahan cuaca, kehujanan, dan kurang istirahat menjadi penyebab utama seseorang terserang penyakit ini. Penyakit ini gampang menyerang namun gampang sembuh juga tanpa perlu pengobatan secara intensif dan tidak membahayakan nyawa penderitanya. Namun kini muncul jenis flu yang gres yaitu flu burung atau Avian Influenza. Flu burung merupakan jenis penyakit gres yang mulai merebak di Indonesia dan di seluruh dunia. Penyakit flu burung mulai mewabah pada tahun 2003. Di Asia, virus ini telah menular di Vietnam, Thailand, Kamboja, Cina, Indonesia, Jepang, Laos, dan Korea Selatan. Di Indonesia jenis penyakit ini pertama kali ditemukan tepatnya di Pekalongan, Jawa Tengah pada bulan Agustus 2003. Berbeda dengan influenza, penyakit ini sangat berbahaya bahkan mematikan.
Unggas merupakan pecahan hidup masyarakat Indonesia. Mulai dari peternak dan pedagang bahkan ibu rumah tangga hampir setiap hari bersinggungan dengan binatang ini. Namun latar belakang pendidikan mereka yang tidak terlalu tinggi terkadang menciptakan mereka tidak mengerti akan adanya penyakit yang mematikan ini. Oleh karenanya perlu diadakan pembahasan khusus wacana penyakit ini supaya sanggup meminimalisir dampak yang diakibatkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan flu burung?
2. Apa penyebab penyakit flu burung?
3. Apa tanda-tanda penyakit flu burung?
4. Bagaimana cara pengobatan flu burung?
5. Bagaimana cara pencegahan penyakit flu burung?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan flu burung.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit flu burung.
3. Untuk mengetahui tanda-tanda penyakit flu burung.
4. Untuk mengetahui pengobatan penyakit flu burung.
5. Untuk mengethaui cara pencegahan penyakit flu burung.
D. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan flu burung.
2. Mengetahui penyebab penyakit flu burung.
3. Mengetahui tanda-tanda penyakit flu burung.
4. Mengetahui pengobatan penyakit flu burung.
5. Mengethaui cara pencegahan penyakit flu burung.
Influenza yakni salah satu penyakit menular paling serius dari sudut pandang kesehatan masyarakat lantaran menyebar cepat di seluruh dunia, morbiditas yang signifikan di seluruh penduduk dan komplikasi yang terkait. Perubahan cuaca, kehujanan, dan kurang istirahat menjadi penyebab utama seseorang terserang penyakit ini. Penyakit ini gampang menyerang namun gampang sembuh juga tanpa perlu pengobatan secara intensif dan tidak membahayakan nyawa penderitanya. Namun kini muncul jenis flu yang gres yaitu flu burung atau Avian Influenza. Flu burung merupakan jenis penyakit gres yang mulai merebak di Indonesia dan di seluruh dunia. Penyakit flu burung mulai mewabah pada tahun 2003. Di Asia, virus ini telah menular di Vietnam, Thailand, Kamboja, Cina, Indonesia, Jepang, Laos, dan Korea Selatan. Di Indonesia jenis penyakit ini pertama kali ditemukan tepatnya di Pekalongan, Jawa Tengah pada bulan Agustus 2003. Berbeda dengan influenza, penyakit ini sangat berbahaya bahkan mematikan.
Unggas merupakan pecahan hidup masyarakat Indonesia. Mulai dari peternak dan pedagang bahkan ibu rumah tangga hampir setiap hari bersinggungan dengan binatang ini. Namun latar belakang pendidikan mereka yang tidak terlalu tinggi terkadang menciptakan mereka tidak mengerti akan adanya penyakit yang mematikan ini. Oleh karenanya perlu diadakan pembahasan khusus wacana penyakit ini supaya sanggup meminimalisir dampak yang diakibatkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan flu burung?
2. Apa penyebab penyakit flu burung?
3. Apa tanda-tanda penyakit flu burung?
4. Bagaimana cara pengobatan flu burung?
5. Bagaimana cara pencegahan penyakit flu burung?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan flu burung.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit flu burung.
3. Untuk mengetahui tanda-tanda penyakit flu burung.
4. Untuk mengetahui pengobatan penyakit flu burung.
5. Untuk mengethaui cara pencegahan penyakit flu burung.
D. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan flu burung.
2. Mengetahui penyebab penyakit flu burung.
3. Mengetahui tanda-tanda penyakit flu burung.
4. Mengetahui pengobatan penyakit flu burung.
5. Mengethaui cara pencegahan penyakit flu burung.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Flu Burung
Avian Influenza (AI) atau flu burung (bird flu) atau sampar unggas (fowl plague) pertama kali ditemukan menyerang di Italia sekitar 100 tahun yang lalu. Pada mulanya penyakit ini hanya menyerang unggas mulai dari ayam, merpati, hingga burung-burung liar. Akan tetapi, laporan terakhir menyebutkan serangan pada babi dan manusia.
Wabah virus ini menyerang insan pertama kali di Hongkong pada tahun 1997 dengan 18 korban dan 6 diantaranya meninggal. Di Indonesia, penyakit ini awalnya diduga sebagai penyakit tetelo atau VVND (Velogenic Viscerotopic Newcastle Diseae) yang pernah menyerang pada tahun-tahun sebelumnya.
Penyakit ini merupakan penyakit gres (new emerging disease) yang banyak menarik perhatian banyak sekali pihak lantaran penularannya yang sangat cepat dengan angka kematian yang tinggi. Avian flu juga melibatkan sektor peternakan, khususnya unggas, yang mempunyai dampak besar terhadap ketersediaan daging (gizi) di masyarakat, dan sektor ekonomi para peternaknya.
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) yakni suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Sejarah dunia telah mencatat tiga pandemi besar yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Pandemi pertama terjadi pada tahun 1918 berupa flu Spanyol yang disebabkan oleh subtipe H1N1 dan memakan korban meninggal 40 juta orang. Pandemi ini sebagian besar terjadi di Eropa dan Amerika Serikat. Pandemi kedua terjadi pada tahun 1958 berupa flu Asia yang disebabkan oleh H2N2 dengan korban 4juta jiwa. Pandemi terakhir terjadi pada tahun 1968 berupa flu Hongkong yang disebabkan oleh H3N2 dengan korban 1 juta jiwa.
Penyebaran flu burung di banyak sekali belahan dunia antara lain:
1. Ayam dan insan di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung.
2. Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya perkara Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian.
3. Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua perkara Avian Influenza A (H5N1) dan satu orang meninggal.
4. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 perkara Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya meninggal.
5. Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 perkara Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand (6) yang menimbulkan 19 orang meninggal (5 di Thailand, 14 di Vietnam)
B. Penyebab dan Penularan Flu Burung
Penyebab flu burung yakni virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A sanggup berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan sanggup menimbulkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). Kedua abjad ini dipakai sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
Pada insan hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan menimbulkan flu burung yakni dari subtipe A H5N1. Virus tersebut sanggup bertahan hidup di air hingga 4 hari pada suhu 22 ̊ C dan lebih dari 30 hari pada 0 ̊C. Virus akan mati pada pemanasan 60 ̊ C selama 30 menit atau 56 ̊ C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan contohnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.
Meskipun reservoar alami viris AI yakni unggas liar yang sering bermigrasi (bebek liar), tetapi binatang tersebut resisten terhadap penyakit ini. Menurut WHO, kontak binatang tersebut dengan unggas ternak menimbulkan epidemik flu burung di kalangan unggas. Penularan penyakit terjadi melalui udara dan ekskret (kotoran, urin, dan ingus) unggas yang terinfeksi.
Virus AI sanggup hidup selama 15 hari di luar jaringan hidup. Virus pada unggas akan mati pada pemanasan 80 ̊ C selama 1 menit, dan virus pada telur akan mati pada suhu 64 ̊ C selama 5 menit. Virus akan mati dengan pemanasan sinar matahari dan sumbangan diinfektan. Secara genetik, virus influenza tipe A sangat labil dan tidak sulit menyesuaikan diri untuk menginfeksi spesies sasarannya. Virus ini tidak mempunyai sifat proof reading, yaitu kemampuan untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi dan memperbaiki kesalahan pada ketika replikasi. Ketidakstabilan sifat genetik virus inilah yang menimbulkan terjadinya strain/jenis/mutan virus yang baru. Akibat dari proses tersebut, virus virulensi virus AI sanggup menjelma lebih ganas dari sebelumnya (HPAI, high pathogenic avian influenza).
Karakteristik lain dari virus ini yakni kemampuannya untuk bertukar, bercampur, dan bergabung dengan virus influenza strain yang lain sehingga menimbulkan munculnya strain gres yang bisa berbahaya bagi manusia. Mekanisme ini juga menimbulkan kesulitan dalam menciptakan vaksin untuk agenda penanggulangan.
Mekanisme penularan flu burung pada insan melalui beberapa cara:
1. Virus unggas liar unggas domestik manusia
2. Virus unggas liar unggas domestik babi manusia
3. Virus unggas liar unggas domestik (dan babi) insan manusia
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini sanggup menular melalui udara yang terkontaminasi virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke insan juga sanggup terjadi bila bersinggungan pribadi dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam, dan penjamah produk unggas lainnya.
C. Gejala Flu Burung
Virus AI dibedakan dalam dua kelompok (berdasarkan patotipe), yaitu highly pathogenic avian influenza (HPAI) yang bersifat ganas dan low pathogenic avian influenza (LPAI) yang bersifat kurang ganas. Virus HPAI menyampaikan tanda-tanda kematian yang sangat tinggi, gangguan pernapasan, produksi telur berhenti atau menurun drastis, batuk, bersin, ngorok, sinusitis odema pada kepala dan muka, perdarahan jaringan subkutan diikuti sianosis kulit terutama pada kaki, kepala dan pial, serta diare dan gangguan syaraf. Infeksi akhir LPAI biasanya tidak menimbulkan tanda-tanda klinis, tetapi sanggup juga terjadi ovarium mengecil, pembengkakan ginjal,dan pengendapan asam urat.
Diagnosis AI dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Kasus tersangka (possible cases)
a. Demam lebih dari38 ̊ C, batuk, nyeri tenggorokan
b. Pernah kontak dengan penderita AI
c. Kurang dari satu ahad terkahir pasien pernah mengunjungi peternakan di tempat HPAI
d. Bekerja di laboratorium dan kontak dengan sampel dari tersangka AI
2. Kasus “mungkin” (probable cases)
a. Possible cases
b. Hasil laboratorium tertentu positif untuk virus AI dengan antiibodi monoklonal H5,
c. Tidak terbukti adanya penyebab lain
3. Kasus niscaya (confirmed cases)
a. Hasil kultur virus H5N1
b. Pemeriksaan PCR influenza H5 positif
c. Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar empat kali.
d. Pemeriksaan laboratorium:
1) Mengisolasi virus (usap tenggorok, tonsil, faring)
2) Tes serologi
3) Merujuk ke laboratorium litbangkes
Diagnosis niscaya ditegakkan dengan pengujian semoga gell precipitation (AGP). Penentuan subtipe virus dilakukan dengan pengujian haemaglutination inhibition (HI).
Gejala flu burung sanggup dibedakan, yaitu pada unggas dan manusia.
1. Gejala pada unggas
a. Jengger berwarna biru
b. Borok di kaki
c. Kematian mendadak
2. Gejala pada manusia
a. Demam (suhu tubuh diatas 38 ̊C)
b. Batuk dan nyeri tenggorokan
c. Radang saluran pernapasan atas
d. Pneumonia
e. Infeksi mata
f. Nyeri otot
Masa inkubasi pada unggas dan insan pun juga berbeda, yaitu:
1. Pada Unggas : 1 minggu
2. Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum hingga 3-5 hari setelah timbul gejala. Pada anak hingga 21 hari .
D. Pengobatan Penyakit flu Burung
Pengobatan bagi penderita flu burung:
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan sumbangan cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg takaran tunggal selama 7 hari.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan takaran 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat tubuh lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
Selain cara diatas sanggup dipakai cara berikut ini:
1. Suportif : vitamin, contohnya vitamin C dan B kompleks
2. Simtomatik : analgesik, antitusif, mukolitik
3. Profilaksis : antibiotik
4. Pengobatan antivirus dengan Olsetamivir 75 mg (Tamiflu).
Dosis profilaksis yakni 1 x 75 mg selama 7 hari yang diberikan pada semua perkara suspek. Dosis terapi yakni 2 x 75 mg selama 5 hari yang diberikan pada semua perkara suspek yang dirawat. Dosis anak tergantung dari berat badannya. Penggunaan antivirus sanga membantu, terutama pada 48 jam pertama, lantaran virus akan menghilang sekitar 7 hari setelah masuk ke dalam tubuh.
E. Pencegahan Penyakit Flu Burung
1. Pada Unggas:
a. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
b. Vaksinasi pada unggas yang sehat
Penemuan vaksin terbaru dari ekstrak mahkota yang kuasa (Phaleria macrocarpa) menambah daftar alternatif pencegahan penyakit flu burung. Vaksin ini ditemukan oleh Artina Prastiwi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Menurut Artina Prastiwi, cara menciptakan antivirus dari ekstrak mahkota yang kuasa itu sederhana. Diawali dengan penimbangan sesuai takaran yang dibutuhkan. "Untuk takaran 10 mililiter diharapkan buah mahkota yang kuasa kering sebanyak 100 gram per 100 mililiter air atau kelipatannya, yakni 100 gram per 1.000 mililiter. Selanjutnya, dilakukan penyulingan untuk mendapat ekstrak," katanya, Kamis (3/3/2011).
Setelah memperoleh ekstrak, dilakukan pengujian kadar saponin di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Ekstrak mahkota yang kuasa harus mengandung kadar saponin 10 persen. "Hasil saponin yang diperoleh itu yang dipakai sebagai materi baku, yakni pelarut suspense antigen virus AI. Kemudian yang dipakai sebagai vaksin yakni ekstrak mahkota yang kuasa 0,2 mililiter," katanya.
"Vaksin tersebut terbukti bisa menghambat perkembangan virus Avian Influenza (AI) hingga 87 persen. Selain telah teruji dalam skala laboratorium, vaksin itu juga lebih murah dibandingkan dengan vaksin kimia yang dijual di pasaran," kata Artina di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, vaksin AI di pasaran biasanya dibanderol Rp200.000 per 100 dosis, sedangkan vaksin temuannya hanya Rp75.000 per 100 dosis. "Meskipun terbilang efektif dan murah, vaksin itu belum dipasarkan secara massal, lantaran masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara niscaya hasilnya," katanya.
Ia mengatakan, pada awalnya uji coba dilakukan pada 30 telur ayam berembrio. Dari hasil uji tersebut diketahui telur yang diberi virus AI dan diberi perhiasan saponin 10 persen dari ekstrak buah mahkota yang kuasa 0,2 ml, setelah diinkubasi selama 35 hari diketahui embrio tidak mati, sehat, dan tanpa bekas luka. Namun, telur yang disuntik takaran yang lebih tinggi 15 persen dan 20 persen, ternyata semua embrio mati dengan bentuk perdarahan seluruh tubuh, kekerdilan, dan cairan alantois keruh.
Menurut dia, 10 persen merupakan hasil terbaik untuk menghambat virus flu burung. Hal itu menandakan bahwa kadar saponin yang dipakai harus sempurna lantaran bisa menimbulkan keracunan bila diberikan dalam takaran besar.
"Setelah teruji kondusif pada telur, vaksin mengujikan pada ayam usia kurang dari 21 hari, dan alhasil cukup menggembirakan. Ayam yang telah divaksin tidak ada satu pun yang mati," katanya.
2. Pada Manusia :
a. Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
1) Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
2) Hindari kontak pribadi dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
3) Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
4) Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
5) Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
6) Orang yang kontak dengan unggas (misalnya peternak ayam) harus memakai masker, baju khusus, beling mata renang.
7) Membatasi kemudian lintas orang yang masuk ke peternakan.
8) Mendisinfeksi orang dan kendaraan yang masuk ke peternakan.
9) Mendisinfeksi peralatan peternakan.
10) Mengisolasi sangkar dan kotoran dari lokasi peternakan.
b. Masyarakat umum
1) Memilih daging yang baik dan segar.
2) Memasak daging ayam minimal 80 ̊C selama 1 menit dan telur minimal 64 ̊ C selama 5 menit (atau hingga air atau kuahnya mendidih cukup lama).
3) Menjaga kesehatan dan ketahanan umum tubuh dengan makan, olahraga, dan istirahat yang cukup.
4) Segera ke dokter/puskesmas/rumah sakit bagi masyarakat yang mengalami gejala-gejala di atas.
5) Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
6) Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
a) Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
b) Memasak daging ayam hingga dengan suhu ± 80 ̊ C selama 1 menit dan pada telur hingga dengan suhu ±64 ̊ C selama 4,5 menit.
Avian Influenza (AI) atau flu burung (bird flu) atau sampar unggas (fowl plague) pertama kali ditemukan menyerang di Italia sekitar 100 tahun yang lalu. Pada mulanya penyakit ini hanya menyerang unggas mulai dari ayam, merpati, hingga burung-burung liar. Akan tetapi, laporan terakhir menyebutkan serangan pada babi dan manusia.
Wabah virus ini menyerang insan pertama kali di Hongkong pada tahun 1997 dengan 18 korban dan 6 diantaranya meninggal. Di Indonesia, penyakit ini awalnya diduga sebagai penyakit tetelo atau VVND (Velogenic Viscerotopic Newcastle Diseae) yang pernah menyerang pada tahun-tahun sebelumnya.
Penyakit ini merupakan penyakit gres (new emerging disease) yang banyak menarik perhatian banyak sekali pihak lantaran penularannya yang sangat cepat dengan angka kematian yang tinggi. Avian flu juga melibatkan sektor peternakan, khususnya unggas, yang mempunyai dampak besar terhadap ketersediaan daging (gizi) di masyarakat, dan sektor ekonomi para peternaknya.
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) yakni suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Sejarah dunia telah mencatat tiga pandemi besar yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Pandemi pertama terjadi pada tahun 1918 berupa flu Spanyol yang disebabkan oleh subtipe H1N1 dan memakan korban meninggal 40 juta orang. Pandemi ini sebagian besar terjadi di Eropa dan Amerika Serikat. Pandemi kedua terjadi pada tahun 1958 berupa flu Asia yang disebabkan oleh H2N2 dengan korban 4juta jiwa. Pandemi terakhir terjadi pada tahun 1968 berupa flu Hongkong yang disebabkan oleh H3N2 dengan korban 1 juta jiwa.
Penyebaran flu burung di banyak sekali belahan dunia antara lain:
1. Ayam dan insan di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung.
2. Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya perkara Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian.
3. Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua perkara Avian Influenza A (H5N1) dan satu orang meninggal.
4. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 perkara Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya meninggal.
5. Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 perkara Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand (6) yang menimbulkan 19 orang meninggal (5 di Thailand, 14 di Vietnam)
B. Penyebab dan Penularan Flu Burung
Penyebab flu burung yakni virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A sanggup berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan sanggup menimbulkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). Kedua abjad ini dipakai sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
Pada insan hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan menimbulkan flu burung yakni dari subtipe A H5N1. Virus tersebut sanggup bertahan hidup di air hingga 4 hari pada suhu 22 ̊ C dan lebih dari 30 hari pada 0 ̊C. Virus akan mati pada pemanasan 60 ̊ C selama 30 menit atau 56 ̊ C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan contohnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.
Meskipun reservoar alami viris AI yakni unggas liar yang sering bermigrasi (bebek liar), tetapi binatang tersebut resisten terhadap penyakit ini. Menurut WHO, kontak binatang tersebut dengan unggas ternak menimbulkan epidemik flu burung di kalangan unggas. Penularan penyakit terjadi melalui udara dan ekskret (kotoran, urin, dan ingus) unggas yang terinfeksi.
Virus AI sanggup hidup selama 15 hari di luar jaringan hidup. Virus pada unggas akan mati pada pemanasan 80 ̊ C selama 1 menit, dan virus pada telur akan mati pada suhu 64 ̊ C selama 5 menit. Virus akan mati dengan pemanasan sinar matahari dan sumbangan diinfektan. Secara genetik, virus influenza tipe A sangat labil dan tidak sulit menyesuaikan diri untuk menginfeksi spesies sasarannya. Virus ini tidak mempunyai sifat proof reading, yaitu kemampuan untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi dan memperbaiki kesalahan pada ketika replikasi. Ketidakstabilan sifat genetik virus inilah yang menimbulkan terjadinya strain/jenis/mutan virus yang baru. Akibat dari proses tersebut, virus virulensi virus AI sanggup menjelma lebih ganas dari sebelumnya (HPAI, high pathogenic avian influenza).
Karakteristik lain dari virus ini yakni kemampuannya untuk bertukar, bercampur, dan bergabung dengan virus influenza strain yang lain sehingga menimbulkan munculnya strain gres yang bisa berbahaya bagi manusia. Mekanisme ini juga menimbulkan kesulitan dalam menciptakan vaksin untuk agenda penanggulangan.
Mekanisme penularan flu burung pada insan melalui beberapa cara:
1. Virus unggas liar unggas domestik manusia
2. Virus unggas liar unggas domestik babi manusia
3. Virus unggas liar unggas domestik (dan babi) insan manusia
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini sanggup menular melalui udara yang terkontaminasi virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke insan juga sanggup terjadi bila bersinggungan pribadi dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam, dan penjamah produk unggas lainnya.
C. Gejala Flu Burung
Virus AI dibedakan dalam dua kelompok (berdasarkan patotipe), yaitu highly pathogenic avian influenza (HPAI) yang bersifat ganas dan low pathogenic avian influenza (LPAI) yang bersifat kurang ganas. Virus HPAI menyampaikan tanda-tanda kematian yang sangat tinggi, gangguan pernapasan, produksi telur berhenti atau menurun drastis, batuk, bersin, ngorok, sinusitis odema pada kepala dan muka, perdarahan jaringan subkutan diikuti sianosis kulit terutama pada kaki, kepala dan pial, serta diare dan gangguan syaraf. Infeksi akhir LPAI biasanya tidak menimbulkan tanda-tanda klinis, tetapi sanggup juga terjadi ovarium mengecil, pembengkakan ginjal,dan pengendapan asam urat.
Diagnosis AI dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Kasus tersangka (possible cases)
a. Demam lebih dari38 ̊ C, batuk, nyeri tenggorokan
b. Pernah kontak dengan penderita AI
c. Kurang dari satu ahad terkahir pasien pernah mengunjungi peternakan di tempat HPAI
d. Bekerja di laboratorium dan kontak dengan sampel dari tersangka AI
2. Kasus “mungkin” (probable cases)
a. Possible cases
b. Hasil laboratorium tertentu positif untuk virus AI dengan antiibodi monoklonal H5,
c. Tidak terbukti adanya penyebab lain
3. Kasus niscaya (confirmed cases)
a. Hasil kultur virus H5N1
b. Pemeriksaan PCR influenza H5 positif
c. Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar empat kali.
d. Pemeriksaan laboratorium:
1) Mengisolasi virus (usap tenggorok, tonsil, faring)
2) Tes serologi
3) Merujuk ke laboratorium litbangkes
Diagnosis niscaya ditegakkan dengan pengujian semoga gell precipitation (AGP). Penentuan subtipe virus dilakukan dengan pengujian haemaglutination inhibition (HI).
Gejala flu burung sanggup dibedakan, yaitu pada unggas dan manusia.
1. Gejala pada unggas
a. Jengger berwarna biru
b. Borok di kaki
c. Kematian mendadak
2. Gejala pada manusia
a. Demam (suhu tubuh diatas 38 ̊C)
b. Batuk dan nyeri tenggorokan
c. Radang saluran pernapasan atas
d. Pneumonia
e. Infeksi mata
f. Nyeri otot
Masa inkubasi pada unggas dan insan pun juga berbeda, yaitu:
1. Pada Unggas : 1 minggu
2. Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum hingga 3-5 hari setelah timbul gejala. Pada anak hingga 21 hari .
D. Pengobatan Penyakit flu Burung
Pengobatan bagi penderita flu burung:
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan sumbangan cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg takaran tunggal selama 7 hari.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan takaran 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat tubuh lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
Selain cara diatas sanggup dipakai cara berikut ini:
1. Suportif : vitamin, contohnya vitamin C dan B kompleks
2. Simtomatik : analgesik, antitusif, mukolitik
3. Profilaksis : antibiotik
4. Pengobatan antivirus dengan Olsetamivir 75 mg (Tamiflu).
Dosis profilaksis yakni 1 x 75 mg selama 7 hari yang diberikan pada semua perkara suspek. Dosis terapi yakni 2 x 75 mg selama 5 hari yang diberikan pada semua perkara suspek yang dirawat. Dosis anak tergantung dari berat badannya. Penggunaan antivirus sanga membantu, terutama pada 48 jam pertama, lantaran virus akan menghilang sekitar 7 hari setelah masuk ke dalam tubuh.
E. Pencegahan Penyakit Flu Burung
1. Pada Unggas:
a. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
b. Vaksinasi pada unggas yang sehat
Penemuan vaksin terbaru dari ekstrak mahkota yang kuasa (Phaleria macrocarpa) menambah daftar alternatif pencegahan penyakit flu burung. Vaksin ini ditemukan oleh Artina Prastiwi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Menurut Artina Prastiwi, cara menciptakan antivirus dari ekstrak mahkota yang kuasa itu sederhana. Diawali dengan penimbangan sesuai takaran yang dibutuhkan. "Untuk takaran 10 mililiter diharapkan buah mahkota yang kuasa kering sebanyak 100 gram per 100 mililiter air atau kelipatannya, yakni 100 gram per 1.000 mililiter. Selanjutnya, dilakukan penyulingan untuk mendapat ekstrak," katanya, Kamis (3/3/2011).
Setelah memperoleh ekstrak, dilakukan pengujian kadar saponin di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Ekstrak mahkota yang kuasa harus mengandung kadar saponin 10 persen. "Hasil saponin yang diperoleh itu yang dipakai sebagai materi baku, yakni pelarut suspense antigen virus AI. Kemudian yang dipakai sebagai vaksin yakni ekstrak mahkota yang kuasa 0,2 mililiter," katanya.
"Vaksin tersebut terbukti bisa menghambat perkembangan virus Avian Influenza (AI) hingga 87 persen. Selain telah teruji dalam skala laboratorium, vaksin itu juga lebih murah dibandingkan dengan vaksin kimia yang dijual di pasaran," kata Artina di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, vaksin AI di pasaran biasanya dibanderol Rp200.000 per 100 dosis, sedangkan vaksin temuannya hanya Rp75.000 per 100 dosis. "Meskipun terbilang efektif dan murah, vaksin itu belum dipasarkan secara massal, lantaran masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara niscaya hasilnya," katanya.
Ia mengatakan, pada awalnya uji coba dilakukan pada 30 telur ayam berembrio. Dari hasil uji tersebut diketahui telur yang diberi virus AI dan diberi perhiasan saponin 10 persen dari ekstrak buah mahkota yang kuasa 0,2 ml, setelah diinkubasi selama 35 hari diketahui embrio tidak mati, sehat, dan tanpa bekas luka. Namun, telur yang disuntik takaran yang lebih tinggi 15 persen dan 20 persen, ternyata semua embrio mati dengan bentuk perdarahan seluruh tubuh, kekerdilan, dan cairan alantois keruh.
Menurut dia, 10 persen merupakan hasil terbaik untuk menghambat virus flu burung. Hal itu menandakan bahwa kadar saponin yang dipakai harus sempurna lantaran bisa menimbulkan keracunan bila diberikan dalam takaran besar.
"Setelah teruji kondusif pada telur, vaksin mengujikan pada ayam usia kurang dari 21 hari, dan alhasil cukup menggembirakan. Ayam yang telah divaksin tidak ada satu pun yang mati," katanya.
2. Pada Manusia :
a. Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
1) Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
2) Hindari kontak pribadi dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
3) Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
4) Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
5) Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
6) Orang yang kontak dengan unggas (misalnya peternak ayam) harus memakai masker, baju khusus, beling mata renang.
7) Membatasi kemudian lintas orang yang masuk ke peternakan.
8) Mendisinfeksi orang dan kendaraan yang masuk ke peternakan.
9) Mendisinfeksi peralatan peternakan.
10) Mengisolasi sangkar dan kotoran dari lokasi peternakan.
b. Masyarakat umum
1) Memilih daging yang baik dan segar.
2) Memasak daging ayam minimal 80 ̊C selama 1 menit dan telur minimal 64 ̊ C selama 5 menit (atau hingga air atau kuahnya mendidih cukup lama).
3) Menjaga kesehatan dan ketahanan umum tubuh dengan makan, olahraga, dan istirahat yang cukup.
4) Segera ke dokter/puskesmas/rumah sakit bagi masyarakat yang mengalami gejala-gejala di atas.
5) Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
6) Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
a) Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
b) Memasak daging ayam hingga dengan suhu ± 80 ̊ C selama 1 menit dan pada telur hingga dengan suhu ±64 ̊ C selama 4,5 menit.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Flu burung merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (AI). Penyakit ini menyerang unggas dan manusia. Penyakit ini sangat berbahaya lantaran bisa mematikan. Gejala utamanya seakan-akan dengan flu biasa namun lebih ekstrim, contohnya suhu tubuh yang terlalu tinggi dan sebagainya. Pengobatan penyakit ini bisa dilakukan dengan perawatan intensif di rumah sakit dan dengan sumbangan tamiflu. Untuk pencegahannya bisa dilakukan dengan enjaga kebersihan lingkungan, pengolahan unggas hingga benar-benar matang dan dengan vaksinasi pada unggas.
B. Saran
1. Untuk masyarakat umum diharapkan bisa memperhatikan lingkungaan hidup di sekitarnya supaya tetap sehat dan terbebas dari infeksi flu burung.
2. Semua yang terlibat (peternak, pedagang, masyarakt umum, pemerintah) bisa bekerjasama dalam pencegahan penyebaran penyakit ini.
3. Bagi pemerintah hendaknya menyosialisasikan hal-hal yang bekerjasama dengan penyakit ini kepada masyarakat.
Flu burung merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (AI). Penyakit ini menyerang unggas dan manusia. Penyakit ini sangat berbahaya lantaran bisa mematikan. Gejala utamanya seakan-akan dengan flu biasa namun lebih ekstrim, contohnya suhu tubuh yang terlalu tinggi dan sebagainya. Pengobatan penyakit ini bisa dilakukan dengan perawatan intensif di rumah sakit dan dengan sumbangan tamiflu. Untuk pencegahannya bisa dilakukan dengan enjaga kebersihan lingkungan, pengolahan unggas hingga benar-benar matang dan dengan vaksinasi pada unggas.
B. Saran
1. Untuk masyarakat umum diharapkan bisa memperhatikan lingkungaan hidup di sekitarnya supaya tetap sehat dan terbebas dari infeksi flu burung.
2. Semua yang terlibat (peternak, pedagang, masyarakt umum, pemerintah) bisa bekerjasama dalam pencegahan penyebaran penyakit ini.
3. Bagi pemerintah hendaknya menyosialisasikan hal-hal yang bekerjasama dengan penyakit ini kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI. 2005. “Flu Burung”, (Online), (mamapayish-online.blogspot.com/search?q=?gclid=CJzkicLpwqcCFYIc6woduUd-Cw, diakses pada 10 Maret 2011)
Indi Dharmayanti. “Flu Burung: Penyakit yang Mematikan”, (Online), (http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr273057.pdf, diakses pada 10 Maret 2011)
Kristina, dkk. “Flu Burung”, (Online), (http://www.flutrackers.com/forum/showthread.php?t=69294, diakses 27 Juni 2013)
Ruslan Burhani. 2011. “Mahasiswa UGM Temukan Vaksin Flu Burung”, (Online), (http://www.antaranews.com/berita/248494/mahasiswa-ugm-temukan-vaksin-flu-burung, diakses pada 09 Maret 2011)
Widiyono. 2005. Penyakit Tropis Epidemiologi, Pencegahan, & Pemberantasan. Jakarta: Erlangga
Indi Dharmayanti. “Flu Burung: Penyakit yang Mematikan”, (Online), (http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr273057.pdf, diakses pada 10 Maret 2011)
Kristina, dkk. “Flu Burung”, (Online), (http://www.flutrackers.com/forum/showthread.php?t=69294, diakses 27 Juni 2013)
Ruslan Burhani. 2011. “Mahasiswa UGM Temukan Vaksin Flu Burung”, (Online), (http://www.antaranews.com/berita/248494/mahasiswa-ugm-temukan-vaksin-flu-burung, diakses pada 09 Maret 2011)
Widiyono. 2005. Penyakit Tropis Epidemiologi, Pencegahan, & Pemberantasan. Jakarta: Erlangga

0 Response to "Makalah Flu Burung"
Posting Komentar