iklan

✔ Perempuan Wanita Pemberani Pada Jaman Rosulullah

Wanita perempuan pemberani pada jaman Rosulullah ✔ Wanita perempuan pemberani pada jaman Rosulullah
Seperti halnya pahlawan perempuan dikala ini yang populer seperti, The bionic women, Wonder Woman, elastigirl istri Incredible, Cat Women, dan banyak lainnya. Sahabat perempuan Rasulullah SAW tidak hanya terpelajar dalam hal membaca Al Qur’an, tapi juga jago dalam hal memainkan pedangnya, memanah, berkuda dan juga jago dalam dunia kedokteran. 


Selain mengobati para sahabat yang terluka dalam perang, merekapun juga ikut turun dalam medan perang. Bahkan, ada di antara mereka yang terpotong tangannya alasannya melindungi Rasulullah! SubhanallahSiapa saja sih sahabat perempuan Rasulullah yng populer itu, berikut beberapa diantaranya:
Nusaibah, si Jago Pedang: Rasulullah SAW yang Mulia, berdiri di puncak bukit Uhud dan memandang musuh yang merangsek maju mengarah pada dirinya. Beliau memandang ke sebelah kanan dan tampak olehnya seorang perempuan mengayun-ayunkan pedangnya dengan gagah perkasa melindungi dirinya. Beliau memandang ke kiri dan sekali lagi dia melihat perempuan tersebut melaksanakan hal yang sama – menghadang ancaman demi melindungi sang Pemimpin orang-orang beriman.
Kata Rasulullah SAW.kemudian, “Tidaklah saya melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali saya melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku.”
Memang Nusaibah binti Ka’ab Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada Rasulullah sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju memutar-mutarkan pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal dengan sebutan Ummu Umarah, yaitu pahlawan perempuan Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid hingga terpotong tangannya. Ummu Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalamdalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu akad setia untuk sanggup mati syahid di jalan Allah.
Nusaibah yaitu satu dari dua perempuan yang bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu ia ditemani suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya: Hubaib dan Abdullah. Wanita yang seorang lagi yaitu saudara Nusaibah sendiri. Pada dikala baiat itu Rasulullah menasehati mereka, “Jangan mengalirkan darah dengan sia-sia.”
Dalam perang Uhud, Nusaibah membawa kawasan air dan mengikuti suami serta kedua orang anaknya ke medan perang. Pada dikala itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan Muslimin mulai kocar-kacir dan musuh merangsek maju sementara Rasulullah SAW berdiri tanpa perisai. Seorang muslim berlari mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berseru kepadanya, “Berikan perisaimu kepada yang berperang”. Lelaki itu melemparkan perisainya, yang kemudian dipungut oleh Nusaibah untuk melindungi Nabi.
Ummu Umarah sendiri menuturkan pengalamannya pada Perang Uhud, sebagaimana berikut: “…saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa kawasan air. Kemudian saya hingga kepada Rasulullah SAW. yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah SAW, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah SAW dengan pedang, saya juga memakai panah sehingga kesudahannya saya terluka.”
Ketika ditanya ihwal 12 luka ditubuhnya, Nusaibah menjawab, “Ibnu Qumaiah tiba ingin menyerang Rasulullah ketika para sahabat sedang meninggalkan baginda. Lalu (Ibnu Qumaiah) berkata, ‘mana Muhammad? Aku tidak akan selamat selagi dia masih hidup.’ Lalu Mushab bin Umair dengan beberapa orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibnu Qumaiah memukulku.”
Rasulullah juga melihat luka di belakang indera pendengaran Nusaibah, kemudian berseru kepada anaknya, “Ibumu, ibumu…balutlah lukanya! Ya Allah, jadikanlah mereka sahabatku di surga!” Mendengar itu, Nusaibah berkata kepada anaknya, “Aku tidak perduli lagi apa yang menimpaku di dunia ini.”
Subhanallah, sungguh setianya dia kepada baginda Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam.
The Black Rider, Khaulah binti Azur: Ksatria Berkuda Hitam! Itulah sosok Khaulah binti Azur. Seorang muslimah yang kuat jiwa dan raga. Sosok tubuhnya tinggi langsing dan tegap. Sejak kecil Khaulah suka dan terpelajar bermain pedang dan tombak, dan terus berlatih hingga tiba waktunya memakai keterampilannya itu untuk membela Islam bersama para mujahidah lainnya.
Dalam salah satu peperangan melawan pasukan kafir Romawi di bawah kepemimpinan Panglima Khalid bin Walid, diriwayatkan, tiba-tiba saja muncul seorang penunggang kuda berbalut pakaian serba hitam yang dengan tangkas memacu kudanya ke tengah-tengah medan pertempuran. Bagai singa lapar yang siap menerkam, sosok berkuda itu mengibas-ngibaskan pedangnya dan dalam waktu singkat menumbangkan tiga orang musuh.
Panglima Khalid bin Walid serta seluruh pasukannya tercengang melihat ketangkasan sosok berbaju hitam itu. Mereka bertanya-tanya siapakah p0juang tersebut yang tertutup rapat seluruh tubuhnya dan hanya terlihat kedua matanya saja itu. Semangat jihad pasukan Muslimin pun terbakar kembali begitu mengetahui bahwaThe Black Rider, si penunggang kuda berbaju hitam itu yaitu seorang wanita!
Keberanian Khaulah kembali teruji ketika dia dan beberapa mujahidah tertawan musuh dalam peperangan Sahura. Mereka dikurung dan dikawal ketat selama beberapa hari. Walaupun agak tidak mungkin untuk melepaskan diri, namun Khaulah tidak mau mengalah dan terus menyemangati sahabat-sahabatnya. Katanya, “Kalian yang berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi tukang pijit orang-orang Romawi? Mau menjadi budak orang-orang kafir? Di mana harga diri kalian sebagai p0juang yang ingin mendapat nirwana Allah? Dimana kehormatan kalian sebagai Muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak orang-orang Romawi!”
Demikianlah Khaulah terus mengkremasi semangat para Muslimah hingga mereka pun lingkaran tekad melawan tentara musuh yang mengawal mereka. Rela mereka mati syahid jikalau gagal melarikan diri. “Janganlah saudari sekali-kali gentar dan takut. Patahkan tombak mereka, hancurkan pedang mereka, perbanyak takbir serta kuatkan hati. Insya Allah derma Allah sudah dekat.
Dikisahkan bahwa akhirnya, alasannya keyakinan mereka, Khaulah dan kawan-kawannya berhasil melarikan diri dari kurungan musuh!
Nailah, si Cantik yang Pemberani: Nailah binti al-Farafishah yaitu istri Khalifah Ustman bin Affan. Dia populer manis dan pandai. Bahkan suaminya sendiri memujinya begini: “Saya tidak menemui seorang perempuan yang lebih tepat akalnya dari dirinya. Saya tidak segan apabila ia mengalahkan akalku”. Subhanallah!
Mereka menikah di Madinah al-Munawwarah dan semenjak itu Ustman kagum pada tutur kata dan keahlian Nailah di bidang sastra. Karena cintanya, Ustman paling bahagia memperlihatkan hadiah untuk istrinya itu. Mereka punya satu orang anak perempuan, Maryan binti Ustman.
Ketika terjadi fitnah yang memecah belah umat Islam pada tahun 35 Hijriyah, Nailah ikut mengangkat pedang untuk membela suaminya. Seorang musuh menerobos masuk dan menyerang dengan pedang pada dikala Ustman sedang memegang mushaf atau Al Qur’an. Tetesan darahnya jatuh pada ayat 137 surah Al Baqarah yang berbunyi, “Maka Allah akan memelihara engkau dari mereka.”
Seseorang pemberontak lain masuk dengan pedang terhunus. Nailah berhasil merebut pedang itu namun si musuh kembali merampas senjata itu, dan menimbulkan jari-jari Nailah terputus Ustman syahid alasannya sabetan pedang pemberontak. Air mata Nailah tumpah ruah dikala memangku mayat sang suami. Ketika kemudian ada musuh yang dengan penuh kebencian menampari wajah Ustman yang sudah wafat itu, Nailah kemudian berdoa, “Semoga Allah menjadikan tanganmu kering, membutakan matamu dan tidak ada ampunan atas dosa-dosamu!”
Dikisahkan dalam sejarah bahwa si penampar itu keluar dari rumah Ustman dalam keadaan tangannya menjadi kering dan matanya buta!
Sesudah Ustman wafat, Nailah berkabung selama 4 bulan 10 hari. Ia tak berdandan dan berhias dan tidak meninggalkan rumah Ustman ke rumah ayahnya.
Nailah memandang kesetiaan terhadap suaminya sepeninggalnya lebih kuat dan lebih besar dari apa yang dilihatnya terhadap ayahnya, saudara perempuannya, ibunya dan juga kerabatnya. Ia selalu mendahulukan keutamaannya, mengingat kebaikannya di setiap kawasan dan kesempatan. Ketika Ustman terbunuh, ia mengatakan, “Sungguh kalian telah membunuhnya padahal ia telah menghidupkan malam dengan Al Qur’an dalam rangkaian rakaat.”
Rufaidah binti Sa’ad, Perawat Islam Pertama; Sebagai seorang muslim, kita juga mempunyai tokoh yang menjadi penggagas dunia keperawatan Islam. Ia yaitu Rufaidah binti Sa’ad, yang merupakan perawat Islam pertama semenjak zaman Rasulullah. Rufaidah binti Sa’ad merupakan perawat muslim pertama di zaman Rasulullah SAW. Wanita berhati mulia ini berjulukan lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al Bani Aslam Al Khazraj. Beliau lahir di Yastrib dan tinggal di Madinah. Rufaidah termasuk kaum Anshar, yaitu golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Rufaidah mempelajari ilmu keperawatan dikala ia bekerja membantu ayahnya yang berprofesi sebagai seorang dokter.
Menurut Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference “Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century” yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, Rufaidah yaitu perawat profesional pertama dimasa sejarah Islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di periode pertama Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah seorang pemimpin, organisatoris, bisa memobilisasi dan memotivasi orang lain.
 Dan digambarkan pula mempunyai pengalaman klinik yang sanggup ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan tugas perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan tugas komunitas dan memecahkan persoalan sosial yang sanggup menimbulkan timbulnya banyak sekali macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse dan social worker, yang menjadi wangsit bagi profesi perawat di dunia Islam.
Ketika perang Badr, Uhud, Khandaq, dan perang khaibar, Rufaidah menjadi sukarelawan yang merawat sahabat yang terluka akhir perang. Beberapa kelompok perempuan dilatihnya untuk menjadi perawat. Dalam perang Khaibar, mereka minta ijin kepada Rasulullah Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran biar sanggup merawat mereka yang terluka, dan Rasulullah SAW mengijinkannya. 
Ketika damai, Rufaidah membangun tenda di luar Masjid Nabawi untuk merawat kaum muslimin yang sakit. Kemudian berkembang, dan berdirilah Rumah Sakit lapangan yang populer dikala perang, dan Rasulullah SAW sendiri memerintahkan sahabat yang terluka dirawat olehnya. Tercatat pula dalam sejarah dikala perang Ghazwat al Khandaq, Sa’ad bin Ma’adh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh Rufaidah hingga stabil/homeostatis.
Rufaidah mempunyai kepribadian luhur dan tenggang rasa yang memperlihatkan pelayanan keperawatan dengan baik pada para sahabat terluka. Sentuhan sisi kemanusiaan merupakan hal yang sangat penting bagi seorang perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan kemanusiaan (human touch) berjalan seimbang. Rufaidah juga sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Islam. Beliau juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan membuatkan pentingnya penyuluhan kesehatan.
Dalam sejarah Islam mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti: Ummu Ammara, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun.
Dan beberapa perempuan muslim yang populer sebagai perawat diantaranya, Ku’ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat, Nusaibat binti Ka’ab Al Maziniyat, dan Zainab dari kaum Bani Awad yang hebat dalam penyakit dan bedah mata.
Ternyata umat muslim juga mempunyai pahlawan perempuan yang memang faktual adanya. Dan semoga para muslimah sanggup mengambil dan memalsukan pola dari mereka. 



Sumber http://peuyeumcipatat.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "✔ Perempuan Wanita Pemberani Pada Jaman Rosulullah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel