Unik! Baju Dapat Berubah Warna Pada Ketika Terpapar Polusi Udara
Perlu di ketahui bahwa polusi udara merupakan suatu problem yang semakin memberatkan di seluruh dunia. Hal tersebut mengispirasi seorang peneliti untuk membuat pakaian pendeteksi udara. Dimana pemantauan polusi udara tersebut bereaksi ditandai dengan perubahan warna pada pakaian. Yang mana merupakan alat pengukur kadar partikel – partikel bahaya, contohnya kandungan karbon monoksida dan gas yang lainnya.
Pernah sekali pada tahun 2016 seorang perancang yang berasal dari New York berjulukan Nicolas Bentel membuat pakaian jenis gres yang amat unik sekali. Sebab kostum tersebut sekaligus juga sanggup memperlihatkan peringatan terhadap kualitas udara di sekitar pemakainya. Memang gosip penelitian pakaian jenis gres ini sudah agak usang beredar, tapi buat teman yang suka mengikuti perkembangan model busana dan hal-hal unik, tentunya topik ini menarik untuk dibahas kembali.
Pakaian besutan Nicolas Bentel ini lalu diteliti bersama dengan tim peniliti Autodeks Aplied Research Lab, yaitu suatu forum penelitian dan pengembangan di bawah sayap perusahaan Autodeks, yang populer dengan produk perangkat lunak nya atau software dan juga perancangan produk 3 dimensi (3D).
Maka bersama – sama dengan tim terbut yang bekerja pada Lab tersebut, laki-laki yang menyebut dirinya sebagai seniman, perancang, dan artis panggung itu membuatkan tiga jenis pakaian. Salah satu jenis pakaian yang dibuatnya peka terhadap keberadaan gas karbon monoksida, dan salah satu jenis pakaian yang lainnya sensitif terhadap polusi partikel (misalnya debu), dan yang terakhir responsif terhadap paparan radioaktif .
Pakaian yang pertama yakni pakaian yang sanggup mendeteksi karbon monoksida yang sisipi materi garam kimiawi. Pakaian tersebut bereaksi dengan karbon monoksida. Hal tersebut sanggup terjadi alasannya yakni ketika bertemu dengan garam kimiawi tersebut, garam pada contoh yang berwarna putih akan melepas oksigen, sehingga warnanya akan berwarna hitam .
Kemudian, jenis yang kedua, pakain polusi partikel yang mempunyai dua sensor. Dimana yang satu di tempatkan di serpihan depan pakaian, dan yang satu lagi ada di serpihan belakang pakaian. Maka ketika sensor itu mencicipi ke hadiran abu atau asap, alat-alat itu lalu akan memberitahu alat pengendali yang ada di kerah pakaian tersebut. Lalu pengendali itu akan mengirimkan informasi bagaimana terjadinya penghangatan bintik – bintik pada pakaian tersebut. Dan zat pewarna yang di hangatkan akan mengubah warna putih menjadi warna hitam .
Kemudian, pakaian pengindra radioaktif masih dalam penggodokan akhir. Namun dikatakan bahwa penelitian tersebut memakai zat warna idikator proses kimia yang berubah warna dari warna putih menjadi warna hitam pada dikala terpapar radiasi gamma ataupun elektron. Oleh alasannya yakni itu, selain tampilan pakaian jenis yang satu ini menarik, juga lebih dari hanya sekedar peringatan terhadap polusi udara pada suatu lingkungan dimana pakaian tersebut dipakai.
Ide ini tentunya sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kebersihan udara. Tapi sayangnya harganya masih jauh dari jangkauan orang-orang pada umumnya dalam hal membeli pakaian. Tentu harganya tidak mengecewakan mahal dan menguras kantong. Seperti yang dikabarkan di laman Aerochromics, harganya berkisar dari US$ 500 hingga hingga US$ 650, atau di Indonesia sekitar 6,5 juta rupiah atau juga sanggup hingga mencapai 8,5 juta rupiah.
Gimana teman Wongunik? Tertarik membeli baju pendeteksi polusi udara?
Sumber https://www.wongunik.com
0 Response to "Unik! Baju Dapat Berubah Warna Pada Ketika Terpapar Polusi Udara"
Posting Komentar