Usaha Yang Menguntungkan Dengan Modal Kecil Dari Limbah Kayu
Salah satu cara sederhana untuk memulai sebuah perjuangan yang menguntungkan dengan modal kecil ialah dengan memulai sebuah perjuangan dari produk limbah. Sebagian besar produk limbah sanggup Anda dapatkan tanpa mengeluarkan biaya yang berarti. Sebagian besar bahkan sanggup Anda dapatkan secara gratis, hanya memerlukan biaya pengangkutan saja. Dan dengan kreativitas Anda, produk terbuang ini sanggup Anda sulap menjadi benda gres dengan nilai ekonomi yang cukup menguntungkan.
Dan ide perjuangan yang menguntungkan dengan modal kecil kali ini kami angkat dari dongeng sebuah keluarga yang sukses dengan menekuni bisnis produksi kebutuhan rumah tangga dari limbah kayu. Rupanya maraknya industri pengolahan kayu juga menjadi ide bagi beberapa pelaku perjuangan kreatif untuk menemukan ide perjuangan menarik dengan modal yang sangat tipis.
Kisah sukses pelaku perjuangan yang menguntungkan dengan modal kecil ini berawal dari tahun 1997. Ketika itu, kondisi ekonomi sebuah keluarga asal Tulung Agung Jawa Timur ini sangat minim. Sang kepala keluarga berjulukan Supangat ialah laki-laki usia menjelang 40 yang hanya bekerja serabutan sebagai tukang dan sang istri hanya berdagang satur di pasar dengan ala kadarnya.
Satu waktu salah satu kerabat Supangat menitipkan produk centong kayu dan sendok kayu buatan mereka ke perjuangan jualan sayur milik sang istri. Rupanya barang titipan ini malah menerima sabutan cukup baik di pasar. Malah sampai-sampai sang istri menerima julukan “bakul centong” atau penjual centong di pasar.
Sayangnya, sang adik malah terus menaikan harga jual, hingga risikonya bab laba keluarga Supangat ikut turun. Sampai-sampai risikonya keluarga ini menyudahi kerjasama ini alasannya ialah dirasa tak lagi menguntungkan. Padahal di pasar nama “bakul centong” terlanjur menempel pada kedai kecil sang istri dan rasanya sayang jikalau ditinggalkan.
Baca juga: Pilihan Jenis Usaha Modal Kecil Untung Besar
Menyadari kondisi ini Supangat melihatnya sebagai sebuah kesempatan yang sayang untuk dilepaskan. Supangat berniat merintis usaha yang menguntungkan dengan modal kecil. Supangat lalu berguru sendiri cara menciptakan sendok dan centong kayu. Dibelinya beberapa peralatan untuk menciptakan produk kayu demi mendukung usahanya dengan modal kecil 500 ribu saja.
Awalnya Supangat memakai limbah pinus dari pabrik korek yang berlokasi tidak jauh dari daerah tinggalnya. Hanya saja konsumen banyak mengeluh soal huruf kayu pinus yang lunak. Ini menciptakan Supangat lalu mencari materi kayu lain untuk produksi sendok dan centong kayu buatannya.
Sampai Supangat menemukan perjuangan pembuatan plafon dari materi kayu sonokeling. Melihat kayu jenis ini berkarakter lebih keras, besar lengan berkuasa dengan guratan khas yang membuatnya terkesan lebih renta dengan semburat warna kemerahan serta garis-garis guratan hitam memberi kesan lebih elegan, mahal dan klasik.
Dengan sedikit berbincang dan tawar menawar, risikonya Supangat berhasil mendapatkan limbah kayu sonokeling tadi dengan harga yang sangat miring, hanya sekitar 20 ribu per meter kubik. Biasanya dengan ukuran ini, Supangat sanggup memproduksi setidaknya 240 buah centong dan sendok kayu. Biasanya satu sendok atau centon dijualnya dengan harga Rp 5 ribu rupiah.
Corak yang lebih menarik menciptakan perjuangan centong kayunya kali ini mendapatkan sambuan lebih baik dari sebelumnya. Kini produknya jug sudah semakin luas, Supangat melebarkan sayapnya pada perjuangan spatula kayu, sendok sayur dan dan ulek kayu untuk meningkatkan jenis produk.
Supangat juga menggaet beberapa pengrajin onix di kotanya berada dengan memadukan materi kerajinan dari limbah kayunya dengan materi onix menjadi bermacam-macam produk souvenir. Ini menciptakan Supangat juga sanggup melebarkan sayap usahanya ke toko buah tangan yang banyak tersebar di kotanya tinggal, Tulung Agung.
Ide barunya menciptakan Supangat tak lagi dikenal sebagai produsen centong kayu belaka, tetapi juga produsen souvenir dan sekarang banyak mendapatkan pesana souvenir dari banyak sekali kota untuk pernikahan. Malah Supangat sempat menerima pesanan souvenir dari Brunei Darussalam.
Supangat sampai-sampai harus merekruit 11 tenaga kerja di pabriknya demi sanggup memenuhi permintaan. Sampai ketika ini Supangat masih berusaha konsisten memaksimalkan penggunaan kayu limbah untuk produksinya. Kadang ia juga memakai kayu jenis lain menyerupai kayu jati putih dan jati jawa untuk membantunya memenuhi target. Namun bila memang pesana sedang tinggi, Supangat terpaksa membeli kayu gelondongan untuk memenuhi kebutuhan materi baku.
Sangat menarik mengikuti dongeng sukses keluarga Supangat yang sukses dengan perjuangan yang menguntungkan dengan modal kecil ini cukup dari sebuah produk sederhana yang kerap dipandang remeh, centong dan sendok kayu.
sumber gambar: desadonorojo.wordpress.com
Sumber https://www.pojokbisnis.com
0 Response to "Usaha Yang Menguntungkan Dengan Modal Kecil Dari Limbah Kayu"
Posting Komentar