Sepenggal Dongeng Faktual Bangun Dari Keterpurukan Dan Kepedulian
Izinkan saya kisah perihal kisah faktual bangun dari keterpurukan…
Boleh kan?
Berawal dari sebuah kota di ujung barat pulau Jawa, Cilegon…
Pagi yang cerah. Bertebaranlah insan di muka bumi keluar dari rumahnya menuju tempat aktivitasnya.
Sementara itu di sudut sebuah rumah kontrakan, cowok berperawakan tinggi sedang sibuk mengelap dan menyidik sepeda motor tuanya yang nampak terawat dengan baik.
Sesekali dipandangi sepeda motor kesayangannya, terkadang terlintas dalam pikirannya untuk mengganti sepeda motor tuanya dengan model yang terbaru.
Tapi pikiran itu buru-buru dicampakkan. “ sepeda motor ini masih anggun kok, sayang kalau ditukar dengan yang baru” begitu gumamnya.
Saat motor dihidupkan, knalpot sepeda motor tuanya meraung-raung, persis ibarat isi pikirannya yang tak henti memprotes pemborosan di tempat kerjanya.
Kondisi jalan yang rusak, lampu kemudian lintas yang tidak berfungsi dan dibiarkan begitu saja, serta protes-protes lain yang terkadang tak terpecahkan dan hasilnya berlalu begitu saja bersama sang waktu.
Untungnya beliau mempunyai daya resiliensi yang mumpuni dan teruji.
Sebuah kemampuan untuk menyesuaikan diri dan tetap teguh dalam situasi sulit.
Kemampuan ibarat itulah yang kelak di kemudian hari akan menjadikannya sebagai seorang lelaki tangguh dalam mengarungi perahu kehidupan.
Tiga tahun tak terasa Suryo menempati rumah kontrakan sederhana di bilangan simpang tiga Cilegon. Pemuda berperawakan tinggi dan agak kurus ini dikenal sebagai cowok yang rajin dan tekun.
Sebelum jam tujuh pagi ia mulai memelintir-melintir gas, memanaskan mesin sepeda motornya.
Tidak ketinggalan jaket dan kain epilog hidung dikenakannya.
Sebuah upaya untuk mengurangi polusi bubuk di kota industri yang bersahabat dengan debu. Meski begitu bubuk berterbangan menerpa dirinya.
Cipratan air dari genangan got yang meluber ke jalan mengenai baju dan celananya.
Sambil membatin hatinya berkata “ kenapa pekerjaan pelebaran jalan dan pemasangan box culvert tidak segera diselesaikan, tapi dibiarkan saja?”
“budget anggarannya habis kali ya” begitu balasan lirih dari lisannya.
Sebelum jam delapan pagi beliau sudah siap di meja kerjanya untuk memulai tugas-tugas kerjanya di sebuah consulting firm ternama di kota itu.
Setiap hari ia akan karam dalam belantara kode-kode jadwal komputer.
Ia sudah terlalu bersahabat dengan istilah-istilah ibarat “loop…end loop”, “ select … end select”, “if sy-subrc”, “budat, bukrs, belnr, kunnr”, dan istilah-istilah yang diawali dengan aksara Z, semisal “ZFI…, ZMM…”
Ia memang tipe orang yang tak banyak bicara, lebih-lebih ketika sedang bekerja. Mirip jargon yang pernah meroket di jaman bahuela yaitu kerja, kerja, kerja!.
Dan Baru sesudah jam lima sore ia berkemas pulang.
Pulang berbaris bersama pekerja lainnya dari tempat Cilegon dan sekitarnya.
Setiap pagi ia menyusuri rute bilangan Simpang Tiga Cilegon di timur menuju ke Merak di barat.
Sehingga setiap pagi matahari selalu menemaninya dengan setia.
Saat ia berangkat kerja, sinarnya selalu jatuh di punggungnya, seakan sengaja memberi dorongan motivasi yang senantiasa menyalakan kembali semangatnya. Sore hari, sekali lagi warna keemasan sinar mentari menyinari punggungnya.
“ Selamat pagi ” sapanya dikala bertemu rekan-rekannya di kantor.
Sebuah kalimat indah yang sudah tidak gila lagi di telinganya, tiba-tiba menyapanya,
“Suryo, sebelum dikirim ke Surabaya coba cek lagi berkas-berkas perihal user manual kemarin ya” kata Pak Syamsul, atasan Suryo.
“Iya Pak” jawab Suryo, singkat.
Sesaat kemudian Suryo sudah sibuk dengan berkas-berkas kerjanya. Satu per satu berkas-berkas itu dibaca dengan teliti , kemudian dikumpulkan dalam satu folder tersendiri.
Di sela-sela waktu kerjanya sesekali ia tak lupa menyeruput kopi ‘kapal api’ kegemarannya.
“Suryo, bagaimana? sudah kau cek semua berkas-berkas perihal user manual kemarin?” kata Pak Syamsul dikala menghampirinya.
“Sedikit lagi Pak” jawabnya.
Suryo meneruskan pekerjaannya.
Jari-jarinya dengan lincah bergerak di atas tuts-tuts keyboard komputernya, ibarat penari balet yang dengan lincah meliuk-liuk di atas panggung.
Sejurus kemudian Suryo sudah membuka webmail perusahaan, kemudian meng-klik tab compose, mengetik alamat tujuan, subject email dan melampirkan berkas-berkas surat di tab attachment, dengan menentukan file-file yang akan dilampirkan kemudian klik send.
Setelah muncul pesan “Your message has been sent”, pekerjaan mengirim surat elektronik pun sudah selesai.
Ketidakpedulian sering menjadikan banyak sekali masalah, ketidakpedulian terhadap file-file pekerjaan, ketidakpedulian terhadap kondisi kantor, ketidakpedulian terhadap rekan-rekan kerja dan ketidakpedulian-ketidakpedulian yang lain.
Senja itu, Suryo meluncur pulang melintasi jalan Cilegon ke arah timur bersama ratusan sepeda motor dan kendaraan beroda empat yang berbaris mengalir ibarat air.
Segera sesudah hingga di kontrakannya yang sempit di bilangan simpang tiga Cilegon, ia bergegas memasukkan sepeda motor dan melepas baju, ia segera mandi.
Sembari menunggu adzan magrib yang terdengar dari pengeras bunyi masjid seberang jalan, ia duduk-duduk dulu barang beberapa menit sambil sejenak ia menatap jalan didepan kontrakkannya…
“ sampai kapan ya akan hidup ibarat ini?” begitu gumamnya.
“Akankah bernasib ibarat jalan didepan kontrakkannya yang rusak, berlubang, dan digenangi air yang terus dibiarkan dan entah hingga kapan akan diperbaiki?” begitu lanjutnya.
Tiga bulan kemudian….
Pagi itu, dengan wajah sumringah dan penuh senyuman Suryo keluar dari rumahnya sambil memacu sepeda motor tuanya. Senyuman yang juga nampak dari wajah-wajah orang yang melewati jalan di depan kontrakkannya.
Dan begitulah, Suryo memulai acara di tempat kerja dan tempat tinggal baru. Ia mempunyai modal langsung dan sosial yang baik. Sebuah modal tidak kasat mata yang sebaiknya dimiliki oleh setiap orang untuk menjalani kehidupan.
Suryo mempunyai beberapa kemampuan resiliensi, antara lain mempunyai keinginan pada masa depan dan percaya bahwa ia bisa mengontrol arah hidupnya.
Ia mempunyai tujuan hidup serta bisa melihat citra besar (helicopter view) dari kehidupan, sehingga ada panduan dan kejelasan dalam menapakki perjalanan menuju tujuan yang ingin diraih.
Ia mempunyai kemampuan untuk tetap hening di bawah tekanan dan sanggup mengendalikan dirinya apabila sedang kesal dan sanggup mengatasi rasa cemas, sedih, atau murka sehingga mempercepat dalam pemecahan suatu masalah.
Ia mempunyai kesepakatan dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan mengalah ketika menemukan bahwa taktik yang sedang dipakai itu tidak berhasil. Satu taktik gagal, coba taktik gres lagi!
Dan yang tak kalah pentingnya Suryo yaitu seorang individu yang mempunyai kemampuan berempati untuk mendengarkan dan memahami orang lain.
Salah satu dampaknya yaitu akan mendatangkan reaksi positif dari lingkungan.
Misalnya, dikala ada ketidakberesan di lingkungan kerjanya, dilingkungan tempat tinggalnya, dan tempat-tempat lain, ia berusaha memikirkan dan akan mencari jalan keluarnya.
Karena tak ada yang sanggup dicapai di dunia ini tanpa perjuangan yang rasional.
Ia tidak cuek dan melaksanakan pembiaran!
Dan begitulah, di satu titik lagi Suryo menyinggahi dan menapakki perjalanan berikutnya.
Sebuah titik gres dari formasi titik-titik yang harus dilaluinya, di mana di setiap titiknya akan selalu memperlihatkan pelajaran yang sangat berharga baginya, hingga suatu ketika ia akan hingga di ujung titik yang merupakan ujung takdirnya.
***
Sumber https://manajemenkeuangan.net
0 Response to "Sepenggal Dongeng Faktual Bangun Dari Keterpurukan Dan Kepedulian"
Posting Komentar