iklan

Mengapa Harus Reksadana?

Kurang dari 10% kelas menengah, yang dianggap kelas paling melek keuangan, menempatkan simpanan di Reksadana berdasarkan survei terbaru. Padahal, Reksadana ialah instrumen wajib dalam rencana keuangan karena punya sejumlah keunggulan dibandingkan instrumen investasi lain. 

Saat mulai punya penghasilan sendiri, kemudian punya tanggungan, saya sadar bahwa menabung dan berinvestasi bukan lagi pilihan tetapi kewajiban. Kecuali gres sanggup warisan atau menang lotre, kebutuhan akan biaya sekolah, dana pensiun, uang muka rumah, hanya sanggup dipenuhi dengan berinvestasi.

Setelah mau berinvestasi, pertanyaan berikutnya. Mau investasi dimana. Atau bahasa kerennya, memilih instrumen investasi.

Karena ketika itu, saya awam dan yang penting ialah menabung dulu. Maka, tanpa banyak riset,  saya ikut sikap massa. Menempatkan di tabungan, deposito dan emas. Dan kalau nanti tabungan makin besar, cita-cita berikut ialah membeli properti.

Reksadana tidak pernah terpikir sama sekali ketika itu.

Pasti banyak yang punya rute sama menyerupai saya. Survei pun pertanda itu.

Di awal 2013, Majalah Swa membeberkan hasil survei kelas menengah yang menemukan hanya 6.5% kelas menengah mempunyai simpanan di reksadana. Tabungan dan emas ialah instrumen paling banyak dimiliki oleh kelas ini. Survei dilakukan di November 2012 terhadap 2,500 responden di 9 kota besar dengan pengeluaran rumah tangga 4 juta  sampai dengan 20 juta sebulan.

Tidak ada yang salah sebetulnya. Hanya saja, instrumen – instrumen ini bukan selalu pilihan yang optimal.

Ada instrumen lain yang seharusnya jadi pilihan dan masuk dalam keranjang investasi, yaitu reksadana, tapi tidak dipilih oleh kebanyakan orang, termasuk saya pada ketika itu.

Saya tidak menyampaikan reksadana ialah instrumen yang lebih superior dari yang lain. Tidak. Tetapi di reksadana, saya menemukan banyak kelebihan yang akan melengkapi instrumen lain.

Ibaratnya bumbu, tanpa reksadana, ada yang terasa kurang. Racikan portfolio investasi tanpa reksadana hirau taacuh rasanya.

Apa Reksadana?

Mudahnya, kita mengumpulkan dana bahu-membahu dengan investor lain yang nantinya dana tersebut dikelola oleh professional, sesuai kebijakan investasi yang disepakati, yaitu Manajer Investasi. Penyimpanan dan pencatatan dana dilakukan oleh pihak independen dari Manajer Investasi, yaitu kustodian, yang umumnya ialah bank.

Dimana reksadana menempatkan dananya? Itu tergantung kebijakan investasi yang sudah disepakati dengan Manajer Investasi. Bisa di saham, obligasi, pasar uang dan lain – lain.

Pertanyaannya, apa keuntungan bermain di reksadana. Pertanyaan yang sama saya usikan pertama kali ditawari reksadana. Jawabnya, waktu dan keahlian yang sanggup di“curi”.  Betul. Waktu dan keahlian.

Saya dulu sangat ingin bermain saham di Bursa Efek. Tergiur dongeng manisnya rejeki berinvestasi di bursa saham.

Tetapi, tidak bisa.

Kendalanya, tidak ada waktu dan tidak ada ilmu. Karena sibuk dengan pekerjaan kantor sepanjang hari, hampir tidak mungkin untuk punya waktu memantau dinamika pasar saham.

Dan yang lebih penting lagi, sadar diri, tidak punya keahlian menganalisa dan mengevaluasi kinerja perusahaan guna tetapkan saham yang akan dibeli dan dijual. Bidang ini perlu expertise khusus yang tidak gampang dan tidak murah (tahu kan honor para analis-analis saham yang selangit…). Diantaranya, harus lolos sertifikasi analis keuangan yang amat ketat seleksinya, belum lagi biaya kursus dan ujiannya cukup mahal.

Kendala ini sanggup diatasi dengan reksadana. Di reksadana, saya tetap sanggup berinvestasi di saham, meskipun tidak punya waktu dan tidak punya ilmu soal saham.

Kenapa?

Karena ada Manajer Investasi yang akan melakukannya, mengelola dana saya di bursa saham. Mereka yang akan menentukan saham apa dan kapan dibeli, dijual atau ditahan.

Manajer Investasi tidak sembarangan dipilih. Prosesnya ketat dan berlapis. Wajib lolos ujian sertifikasi, dan melewati saringan seleksi dari regulator pasar modal.

Kalau begitu, mahal donk bayar manajer investasi. Iya, kalau kita membayar seorang diri.

Namun, kita tidak membayar sendiri, tetapi bersama – sama dengan investor lain yang tergabung dalam reksadana. Alhasil, alasannya ditanggung bersama – sama,  biaya jasa Manajer Investasi menjadi terjangkau.

Ini keunggulan utama reksadana yang saya rasakan.

Saya tetap bekerja tanpa terganggu, sementara investasi di saham jalan terus tanpa perlu keterlibatan langsung. Manajer Investasi mengelolanya, dan itu, tidak menyerupai bayangan banyak orang, biayanya terjangkau.

Masih banyak keunggulan reksadana yang lain, yaitu:

Pertama, jumlah investasi di reksadana sangatlah terjangkau.

Saya sanggup membeli reksadana hanya dengan 1 juta rupiah untuk pertama kali (biasanya investasi awal diperlukan dana yang lebih besar), kemudian investasi rutin sanggup hanya dengan 250 ribu rupiah. Mungkin ini nilai investasi di sebuah instrumen keuangan yang paling murah.

Di tabungan atau deposito, kalau ingin mendapat bunga yang tidak mengecewakan menguntungkan, perlu menaruh uang dalam jumlah cukup besar. Apalagi investasi di emas maupun properti yang menuntut minimum dana lebih besar lagi.

Relatif rendahnya minimum investasi di reksadana membuatnya lebih terjangkau dibandingkan instrumen yang lain.

Kedua, dengan investasi yang terjangkau dan relatif kecil, saya mendapat susukan partisipasi di pasar modal.

Dimana susukan tersebut sulit didapatkan, kalau berinvestasi langsung, tanpa lewat reksadana.

Dibutuhkan modal minimum sekitar 25 juta, kalau ingin bermain saham di bursa secara langsung. Perbedaan yang cukup signifikan antara modal investasi dengan reksadana dibandingkan investasi langsung, terutama bagi investor individual.

Dengan begitu, saya sanggup menikmati gurihnya tingkat laba di instrumen – instrumen pasar modal, menyerupai saham dan obligasi. Tingkat laba rata – rata investasi di saham dalam jangka panjang (> 5 tahun investasi) sekitar 25% setahun.

Ini terperinci tingkat laba yang lebih baik dari tabungan, deposito dan emas. Tingkat laba yang sejajar dengan properti, tetapi dengan minimum investasi yang lebih terjangkau.

Ketiga, reksadana sanggup dicairkan dengan cepat. Hanya butuh waktu 3 hari dari pengajuan, dana di reksadana sudah cair dan diterima di rekening.

Likuditas bukan problem di reksadana.

Bayangkan, anda sanggup punya potensi laba setara properti, misal di reksadana saham, tetapi punya fleksibilitas pencairan, hampir setara tabungan.

Tidak banyak instrumen keuangan yang sanggup menyampaikan keunggulan menyerupai ini.

Keempat, alasannya kumpulan dari banyak investor, jumlah dana yang dikumpulkan di reksadana masif, yang mana ini menyampaikan keunggulan dan kekuatan bagi reksadana dalam menjalan diversifikasi portfolio secara efektif.

Sementara, diversifikasi ialah komponen paling penting dalam kinerja investasi. Dengan diversifikasi yang optimal, laba yang tinggi sanggup diraih dengan tingkat risiko yang terkelola dengan baik.

Lebih menguntungkan lagi bagi investor individu yang umumnya mempunyai simpanan terbatas. Walaupun dana terbatas, mereka tetap sanggup menikmati diversifikasi dengan ikut serta dalam reksadana. Bayangkan, tanpa reksadana, investor individu dengan dana terbatas tidak sanggup melaksanakan diversifikasi.

 yang dianggap kelas paling melek keuangan Mengapa Harus Reksadana?

Baca Juga: Reksadana Terproteksi, Investasi Aman dan Return Diatas Deposito

Kesimpulan

Dengan keunggulan menyerupai itu, saya tidak pikir panjang lagi untuk menggeser sebagian investasi di instrumen – instrumen ‘tradisional’ ke reksadana.

Bukan berarti saya meninggalkan instrumen tabungan, deposito, emas atau properti. Sama sekali tidak.

Tetapi, reksadana punya sejumlah laba yang sanggup saling melengkapi dengan investasi – investasi yang lain.

Itulah mengapa harus Reksadana. Ingin tahu dan berguru lebih jauh soal reksadana, silahkan ikuti Kursusnya dan Cara Investasi Reksadana Hanya Rp 100ribu.

GRATIS e-book Panduan Investasi Dasar


Sumber https://duwitmu.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Mengapa Harus Reksadana?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel