Apa Peranan Terpenting Walisongo Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia? Ini Jawabannya!
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA – Berdasarkan survei yang terukur, ketika ini agama Islam menjadi agama terbesar di Indonesia. Tak terbatas pada jumlah penduduk, namun juga sanggup dicermati lewat bangunan, sentra perbelanjaan, dan juga kegiatan sehari-hari. Perkembangan Islam di Indonesia yang demikian pesat itu tentu tak ditempuh dengan cara-cara ajaib. Semua perlu proses yang melandasinya.
Khusus di Indonesia sendiri, terdapat simpang-siur mengenai keberadaan 9 wali yang erat diingat dengan nama Walisongo. Pernah dengar Walisongo? Ada yang meyakini jikalau Walisongo cuma mitos. Tapi pendapat lebih banyak didominasi menyampaikan bahwa mereka benar-benar ada. Sejarah tentu memerlukan bukti autentik, bukan hanya suara.
Para peneliti telah menemukan banyak bukti terkait keberadaan Walisongo. Mulai dari buku “Al-Mausuuah Li Ansaabi Al-Imam”, “Arsyul Muluk”, “Ilhafun Nadhoir”, “Syamsu Dzahirah”, “Khidmatul Asyirah”, “Tarikhul Aulia”, “Het Book van Bonang”, “Suluk Linglung”, “Koprak Farara”, “Walisana”, “Al-Fatawi”, dan yang paling terkenal tentu saja kitab “Kanzul Ulum” karya Ibnu Bathuthah.
Dokumen-dokumen langka itu pribadi ditulis oleh anggota Walisongo dan beberapa orang yang jadi saksi keberadaan mereka. Apakah bukti-bukti itu belum cukup? Bahkan, buku karangan Sunan Bonang yang berjudul “Het Book van Bonang” itu justru ditemukan di negeri Belanda, tepatnya di Universitas Leiden. Tentu jikalau bukan dokumen penting, tidak perlu dibawa ke sana, bukan?
Daftar Isi
Ini Dia Peranan Walisongo dalam Perkembangan Islam di Indonesia
Dalam perkembangan Islam di Indonesia, Walisongo berbagi agama lewat aneka macam metode. Hal ini penting dilakukan, sebab, banyak di antara penduduk ketika itu yang masih menganut agama Hindu, Budha, Anemisme, dan Dinamisme. Tentu jikalau penyebarannya lewat proses asimilasi, hanya akan terjadi kekacauan. Untuk itulah proses akulturasi budaya jadi pilihan utama.
Sejarah mencatat, kesembilan wali itu berjulukan Sunan Maulana Malik Ibrahim/Gresik (di Gresik), Sunan Ampel (di Ngampel), Sunan Bonang (di Tuban), Sunan Drajat (di Drajat), Sunan Giri (di Bukit Giri), Sunan Muria (di Sungai Muria), Sunan Kudus (di Kudus), Sunan Kalijaga (di Kadilangu), dan Sunan Gunung Jati (di Cirebon).
Bagaimana metode dakwah yang Walisongo terapkan? Secara eksplisit, ada 7 metode dakwah yang paling terkenal, antara lain berikut.
Lewat Perdagangan
Ketika seorang pedagang dan pembeli bertemu, maka akan tercipta sebuah interaksi. Dari situlah aliran Islam menyebar. Bisa melalui barang yang diperdagangkan, sikap, maupun intensitas pertemuan keduanya. Sunan Maulana Malik Ibrahim contohnya.
Beliau dikenal luas sebagai saudagar kaya pada masanya. Beliau merupakan salah satu dari 9 anggota yang dibuat pribadi oleh Sultan dari Turki: Muhammad I. Mulanya, ia hanya berdagang bermacam kebutuhan pokok. Mulai dari sana, jumlah pembeli semakin banyak, alasannya yakni bukan sekadar berdagang, tetapi ada syiar di dalamnya.
Lewat kesantunan beliau, serta tinggi ilmu agamanya, sontak banyak orang berbondong-bondong memeluk agama Islam. Beliau mengajarkan banyak hal wacana cara menjalani hidup yang baik pada masyarakat yang ketika itu masih didominasi oleh hierarki perkastaan.
Lewat Pertanian
Sejak dulu, masyarakat Indonesia memang sudah dikenal sebagai penduduk lebih banyak didominasi sebagai petani. Banyak rempah-rempah telah dihasilkan dari Bumi Pertiwi ini. Walisongo pun turut andil dalam dilema perekonomian rakyat di bidang pertanian. Mereka mengajarkan cara-cara bertani terbaik dengan hasil melimpah.
Tidak melulu soal dalil? Yap! Mereka tidak sibuk memberi dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits secara pribadi pada masyarakat. Namun, pribadi terjun ke medan. Dari sanalah letak Islam sebagai agama yang sempurna. Ia tidak pernah memaksa, namun memperlihatkan nilai-nilainya dalam kehidupan nyata. Sebagaimana yang diterapkan oleh Walisongo.
Lewat Pengobatan
Pada zaman Walisongo, perkembangan Islam di Indonesia juga melewati jalur pengobatan. Banyak tersedia ramuan obat pada ketika itu. Praktik-praktik klenik juga tengah menjamur. Untuk itulah, ketika Walisongo menjalankan perawatan terhadap pasien, syiar Islam juga ditampakkan.
Semua orang sakit memerlukan obat. Walisongo tahu betul bahwa Al-qur’an yakni obat paling mujarab yang ada di dunia ini. Ketika memperlihatkan ramuan dan pelayanan, mereka pun tak menyia-nyiakan kesempatan semoga sanggup lebih dekat dengan masyarakat. Lewat jalur pengobatan telah terbukti membawa efek Islam yang berpengaruh pada masa itu.
Menanamkan Falsafah
Salah satu falsafah terkenal dan masih dipegang pedomannya sampai ketika ini yakni Moh Limo. Pandangan hidup ini dibawa pribadi oleh Sunan Ampel ketika berbagi Islam. Moh berarti tidak mau. Limo berarti lima. Ada 5 hal pantangan seseorang ketika menjalani kehidupan ini. Lewat salah satu falsafah ini, Islam gampang tersebar.
Adapun bunyi dari Moh Limo ini antara lain; moh main (tidak mau jodi), moh ngombe (tidak mau miras; mabuk), moh maling (tidak mau mencuri), moh madat (tidak mau narkoba), dan moh madon (tidak mau main wanita (non muhrim)).
Tidak hanya Sunan Ampel, sunan-sunan yang lain pun aktif menanamkan falsafah pada tiap syiar Islam. Dengan adanya falsafah yang kalimat-kalimatnya unik, tentu akan gampang diingat siapa pun. Walisongo tahu betul akan hal itu.
Lewat Tembang dan Kesenian
Tembang bermakna sama dengan lagu. Pada waktu itu, masyarakat Indonesia sejatinya sudah mengenal kesusastraan dan budaya. Banyak tembang, tarian, sastra, dan budaya-budaya lain yang masih melekat. Walisongo tahu betul, andai budaya itu dihilangkan begitu saja dan diganti cara-cara Islam, niscaya yang terjadi hanyalah kericuhan.
Untuk itulah dibutuhkan cara-cara membaur dan baik. Ajaran Islam melebur lewat cara-cara yang disukai oleh masyarakat setempat. Salah satunya lewat tembang. Pernah dengar tembang Lir-ilir dan tembang Macapat? Keduanya dipopulerkan oleh Walisongo. Tak hanya dua tembang itu, juga terdapat pada lagu dolanan anak.
Kedekatan Walisongo pada masyarakat lewat kesenian, menyebabkan Islam sebagai agama yang dinamis. Tidak kaku dan memaksa. Semua yang ditanamkan serba natural. Orang bebas mendalami Islam atau tidak. Tugas Walisongo hanyalah berbagi ilmu dengan cara-cara yang humanis. Sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Mendirikan Pondok Pesantren
Berdirinya pondok pesantren demi pondok pesantren tentu gres sanggup terjadi ketika Islam sudah mulai dikenal luas. Fungsi pesantren itu banyak sekali. Kalau seorang reporter perlu mencar ilmu ilmu jurnalistik di sekolah, seorang yang ingin mendalami Islam, tentu wajib menuntut ilmu keislaman pada ahlinya. Kebanyakan para hebat itu ada di pesantren.
Pondok pesantren pada masa penjajahan Belanda mengalami banyak ujian yang berat. Pihak kolonial Belanda takut kalau-kalau pengaruhnya di Indonesia memudar lantaran usaha para santri. Tapi kenyataannya memang ketika itu lebih banyak didominasi masyarakat Indonesia sudah jadi pemeluk agama Islam. Kekhawatiran semacam itu sangat wajar.
Salah satu aliran dalam Islam tentu saja tidak ada tindas-menindas. Semua saling menyayangi. Saling menghormati. Tidak terbatas pada ras dan suku bangsa. Semua satu. Persatuan inilah yang paling ditakuti oleh kolonialis manapun pada waktu itu.
Adanya pondok pesantren yang dibangun oleh Walisongo, tentu menjadi oase di tengah-tengah gempuran nilai-nilai moral yang bersifat destruktif. Siapa pun boleh menuntut ilmu di sana, berkumpul, berdiskusi, dan juga aktif berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga landasan Islam semakin berpengaruh dan penyebarannya pun lebih maksimal.
Lewat Pelayaran demi Pelayaran
Walisongo pada awalnya terpusat di Pulau Jawa saja. Namun dalam perkembangannya, mereka pun berlayar dari satu pulau ke pulau lain. Tentu saja tidak sendirian, melainkan bersama murid mereka. Mulai dari Sumatera, Kalimantan, bahkan sampai Maluku. Dampak perkembangan Islam di Indonesia pada ketika itu pun terasa sekali.
Bahkan sejumlah sumber menyebutkan bahwa di tanah Papua bukan agama Nasrani yang mula-mula datang, melainkan Islam. Tepatnya pada tahun 1214-an Masehi. Tak heran jikalau di sana pun berkembang banyak kerajaan Islam, sebutlah Kerajaan Waigeo, Misool, dan lainnya. Itulah bukti bahwa Islam telah tersebar luas pada waktu itu.
Metode Penyebaran Agama Islam yang Mempengaruhi Perkembangan Islam di Indonesia
Dalam perkembangan Islam di Indonesia pada zaman Walisongo, ada dua metode umum yang dilakukan semoga Islam sanggup menyebar lebih cepat. Pertama, melalui penikahan. Kedua, lewat jalur politik yang dilakukan oleh para raja di Kesultanan Islam.
Ketika dua pasangan yang berbeda agama, seringkali akan ditemui salah satunya akan ikut dengan lainnya. Di masa Walisongo, efek Islam sangat luas. Bisa dibilang, ketika itu, Islam jadi agama yang mempunyai popularitas tertinggi. Salah satunya dikarenakan banyak murid mereka yang menikah dengan penganut agama atau kepercayaan lain.
Maka dari itu, ketika agama suatu pasangan yang sudah berkeluarga sama, maka akan gampang ketika mereka mendidik belum dewasa nantinya. Begitulah, terus berkelanjutan, sampai tercipta generasi demi generasi Islam muda di Indonesia. Jalur ijab kabul dalam pengembangan Islam di Indonesia sangat penting keberadaannya.
Kedua, melalui politik. Hal ini sudah diterapkan pribadi oleh beberapa sultan, ibarat Raden Patah dan Sultan Trenggana di Kerajaan Demak. Semakin luas kerajaannya, semakin besar pula efek kepercayaan yang dianut oleh sang raja. Sudah menjadi adat dan kebiasaan, ketika seorang raja menganut agama Hindu, warganya pun sama. Begitu pula yang terjadi di Kerajaan Islam.
Hingga ketika ini, efek Walisongo masih tertanam berpengaruh di dasar sanubari tiap umat Islam di Indonesia. Mereka mengajarkan ilmu-ilmu keislaman dengan tangan terbuka dan tanpa pamrih. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika ia menghadapi masyarakat jahiliyah pada masa awal-awal peradaban Islam.
Sebagai generasi yang masih hidup ketika ini, sewajarnya kita dihentikan melupakan jasa-jasa para ulama pendahulu, termasuk Walisongo. Mereka telah berjuang keras menanamkan aliran Islam yang indah demi perkembangan Islam di Indonesia. Islam itu cinta tenang dan sangat disukai oleh siapa pun. Sebagai pribadi berkebangsaan Indonesia, mari kita teruskan usaha mereka.
Sumber https://tekooneko.com/
0 Response to "Apa Peranan Terpenting Walisongo Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia? Ini Jawabannya!"
Posting Komentar