6 Alasan Utama Kerajaan Sriwijaya Jadi Kerajaan Bahari Terkuat Di Nusantara
KERAJAAN SRIWIJAYA – Pernah mendengar lagu “Nenek Moyangku Seorang Pelaut?” Sepertinya sudah banyak yang dengar, ya. Kalau mengacu pada Kerajaan Sriwijaya, rasanya pas sekali. Soalnya kerajaan yang berporos di Pulau Sumatera ini semenjak dulu dikenal dengan armada lautnya yang sangat tangguh. Bukan hanya pernah jadi penguasa Nusantara, tapi kekuasaannya hingga ke tempat Thailand selatan.
Kerajaan Maritim ini berkuasa semenjak kala ke-7 hingga kala ke-13. Cukup lama, ya. Uniknya, selama kerajaan ini berdiri, bisa dibilang tak ada pemberontakan dari rakyatnya sama sekali. Tidak ibarat banyak kerajaan yang pernah ada di Nusantara lainnya. Untuk itulah, kerajaan ini banyak disorot oleh banyak sekali kalangan di dunia.
Daftar Isi
6 Alasan Kerajaan Sriwijaya jadi Kerajaan Maritim Terkuat
Di bawah ini ada 6 alasan kenapa kerajaan Sriwijaya bisa jadi kerajaan maritim terkuat. Silahkan disimak.
Pusat Keagamaan Budha
Berdasarkan Prasasti Bukit Siguntang, sudah semenjak kala ke-7 atau pada awal berdiri Kerajaan Sriwijaya, masyarakatnya menganut agama Budha. Hal ini dibuktikan dengan adanya kata Siksa-Prajna pada prasasti itu. Kata ini hanya ada dalam agama Budha. Tidak ada dalam agama lainnya.
Sepanjang masa pemerintahan, kerajaan Budha ini mengalami banyak perkembangan pesat di bidang keagamaan. Sampai-sampai para pelajar dari banyak sekali belahan dunia singgah di kerajaan ini. Sebut saja Dharmapala-mahaguru terkenal dari India, I-tsing-bhiksu dari Negeri Tirai Bambu, dan juga Sakyakirti dari India.
Sampai ketika kerajaan Budha ini menjejaki kala ke-11, agama Budha berkembang dengan pesatnya. Jauh melebihi pusat-pusat keagamaan yang berada di Asia Tenggara. Dengan arus persebaran agama Budha yang sedemikian hebat, pengaruhnya pun menguat. Andai ketika itu sudah ada percetakan, niscaya banyak buku yang best-seller di sana.
Pusat Pemerintahan Dekat Laut
Pusat pemerintahan yang paling ideal memang bersahabat dengan laut. Strategi ini sudah jauh digunakan oleh Kerajaan Sriwijaya, sebelum adanya Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan lainnya. Alasan kenapa mereka menentukan area bersahabat dengan maritim tentu sebab di sanalah lintas perdagangan paling ideal untuk para saudagar dari negeri yang jauh. Soalnya waktu itu belum ada pesawat terbang.
Kalau perdagangan suatu kerajaan berkembang pesat, bukan mustahil perekonomiannya juga mengiringi. Beruntungnya, raja-raja di kerajaan maritim ini dikenal baik dan loyal pada warganya, sehingga banyak yang betah dan tidak melaksanakan pemberontakan. Keadaan ini tentu bisa memuluskan ketika pihak kerajaan ingin memperluas wilayah.
Hubungan Bilateral yang Baik
Sebuah kerajaan memerlukan kekerabatan baik dengan kerajaan lain di luar sekop kekuasaannya. Hubungan diplomatik ini sudah sering dijalin ibarat dengan Kerajaan Pala (India). Pada waktu Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Balaputradewa, Raja dari Pala itu sempat menghadiahi sebidang tanah untuk para pelajar.
Hubungan ini tidak bisa terlepas dari kesamaan agama yang dianut dari keduanya. Sebagaimana yang kita tahu, agama Budha di India merupakan agama paling banyak dianut sesudah agama Hindu. Kedua kerajaan ini, walau berbeda daerah, tetapi mempunyai asas dan tujuan yang sama.
Komoditas Ekspor Beragam
Perdagangan, semenjak kerajaan dibuat selalu jadi sumber perekonomian utama. Banyak hasil bumi milik kerajaan yang telah diekspor luas hingga ke banyak sekali kerajaan yang jauh dari Sriwijaya. Kerajaan metropolis ini banyak mengekspor kapur barus, gading gajah, wangi-wangian, tanduk badak, buah-buahan, hingga kapas.
Cakupan lintas pelayaran dan perdagangan Kerajaan Sriwijaya semakin meluas ketika tempat taklukkan juga semakin banyak. Pusat pemerintahan pun tidak hanya di Muara Sungai Musi, Palembang, tetapi bercokol pula di Selat Malaka, hingga ke tempat Thailand Selatan.
Penghargaan terhadap Ilmu yang Tinggi
Pada zaman kerajaan, tentu belum ada percetakan, toko buku, maupun distributor penjualan. Mereka menulis pun dengan tinta dan arang yang tak sama ketika kita memakai pensil maupun bolpoin. Bagi para arkeolog dan peneliti sejarah, keberadaan prasasti sangat vital kedudukannya. Tanpa adanya prasasti, bisa jadi sebuah kerajaan tidak bisa diidentifikasi keberadaannya.
Seperti halnya yang terjadi pada kerajaan-kerajaan kecil yang hidup pada kala ke-7 misalnya. Kesadaran mencetak sejarah mereka mungkin sangat sedikit, bahkan mungkin tidak ada, sehingga orang yang hidup di zaman kita sangat sulit melacak keberadaan mereka. Kerajaan sebesar Sriwijaya saja hanya sedikit meninggalkan prasasti.
Ditemukan sekitar 17 prasasti yang menandai zaman kerajaan ini. Antara lain; Prasasti Tlang Tuo, Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Karang Berahi, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Palas Pasemah, Prasasti Bukit Siguntang, Prasasti Amoghapasha, Prasasti Ligor, Prasasti Katon, Prasasti Nalanda, Prasasti Grahi, dan lainnya.
Keberadaan prasasti ini mempunyai makna yang esensial, yakni, bahwa Kerajaan Maritim ini pada masanya rupanya sangat gemar menuntut ilmu. Tidak hanya menuntut dan menyebarkan, tetapi juga mengawetkannya semoga bisa dibaca oleh generasi mendatang. Kesadaran semacam inilah yang sebaiknya kita tiru.
Kerajaan yang besar selalu meninggalkan sesuatu untuk generasi mendatang. Begitu pula negara yang besar, selalu meninggalkan buku penting untuk generasi mendatang. Hal ini banyak ditemukan pada Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Kutai, Kerajaan Singosari, Kerajaan Kediri, dan lain-lain.
Dengan adanya prasasti, tentu kita bisa tahu bagaimana sistem pemerintahan kerajaan, kehidupan politik, kehidupan beragama, sosial, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Beruntungnya, sebagian besar dari prasasti itu juga ditemukan di luar negeri yang jauh dari Palembang. Ini menandakan bahwa efek kerajaan ini sangat-sangat luas.
Nasionalisme yang Tinggi
Berdasarkan Prasasti Karang Berahi dan Prasasti Telaga Batu, disebutkan bahwa tuhan akan menghukum siapa saja yang melaksanakan kejahatan terhadap kerajaan. Pedoman ini jikalau dirasakan sangat berpengaruh dan mengacu pada pinjaman terhadap rakyat, pemimpin, dan juga penerus kerajaan.
Suatu negeri yang warganya patuh terhadap pemikiran hidup, tentu akan gampang dibujuk dan dibuat menjadi yang diinginkan. Pedoman hidup ini bersifat faktual dan berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan yang baik. Nah, di kerajaan ini pun mereka mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tak heran, begitu kerajaan mengalami singgungan dari kerajaan lain, semangat nasionalis mereka ditunjukkan kuat-kuat.
Semangat yang tinggi akan bisa mendorong taraf kehidupan kerajaan menjadi jauh lebih baik daripada yang tidak mempunyai semangat sama sekali. Mereka percaya terhadap kepercayaan dan pemikiran hidup yang dianut. Mereka juga percaya bahwa raja-raja yang memerintah bisa berlaku seadil-adilnya. Kepercayaan inilah yang sering hilang di Indonesia.
Kerajaan Sriwijaya tumbuh di tengah-tengah orang yang hebat. Kepopulerannya bahkan bisa menandingi Kerajaan Majapahit. Dengan 6 faktor utama tersebut, tidak heran kalau Kerajaan Maritim ini sempat menguasai Semenanjung Malaya, Kamboja, Vietnam, Filipina, dan Selat Malaka yang sering dijadikan tempat strategis untuk perang maupun berdagang.
Presiden Ir. Soekarno pernah berpesan sejarah pada kita pada pidato “JAS MERAH”-nya. JAS MERAH, mempunyai kepanjangan Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Apa pentingnya? Banyak. Salah satunya bisa menciptakan masa depan bangsa kita lebih baik dengan mengusut kembali bagaimana para pendahulu membangun kehidupan, mempertahankan tradisi, hingga merawat ilmu.
Sumber https://tekooneko.com/
0 Response to "6 Alasan Utama Kerajaan Sriwijaya Jadi Kerajaan Bahari Terkuat Di Nusantara"
Posting Komentar