iklan

Memahami Paradigma Akuntansi Syariah

Paradigma Akuntansi Syariah

Paradigma (paradigm) ialah cara pandang yang dipakai oleh seseorang untuk melihat atau memahami sesuatu. Paradigma juga sanggup diartikan sebagai citra mendasar mengenai suatu dilema dalam ilmu pengetahuan. Pada goresan pena ini akan dibahasa mengenai paradigma akuntansi syariah.

 ialah cara pandang yang dipakai oleh seseorang untuk melihat atau memahami sesuatu Memahami Paradigma Akuntansi Syariah

Dalam akuntansi dikenal beberapa paradigma yang mendasari dikembangkannnya teori akuntansi. Burrell & Morgan (1979) menciptakan empat paradigma teori akuntansi yang diturunkan dari teori sosiologi, yaitu funtionalist paradigm, interpretative paradigm, radical humanis paradigm, dan radical structuralist paradigm. Chua (1986) lebih menyederhanakan paradigma akuntansi menjadi tiga, yaitu mainstream (positivist) paradigm, interpretative paradigm, dan critical paradigm. Sedang Sarantakos (1993) menambahkan satu paradigma lagi dari paradigma yang dikembangkan Chua, yaitu postmodernist paradigm (Triyuwono, 2006).

Saat ini paradigma yang paling mayoritas ialah paradigma positivisme, alasannya ialah dianggap mengkaji akuntansi secara empiris, sedang paradigma lain hanya mengkaji akuntansi dari tataran konseptual semata. Namun banyak juga yang membantah hal tersebut, bahkan dikala ini dikembangkan paradigma yang menggambungkan beberapa paradigma dalam akuntansi. Paradigma ini disebut multiparadigma. Dengan multiparadigma, maka akuntansi dikembangkan dari banyak sudut pandang yang berbeda yang saling menguatkan.

Lantas bagaimana paradigma dalam akuntansi syariah ?

Akuntansi syariah dibangun diatas paradigma syariah (sharia paradigm). Dalam KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah) dijelaskan bahwa akuntansi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual yakni falah.

Paradigma syariah menekankan setiap acara umat insan mempunyai akuntabilitas dan nilai ilahiah yang menempatkan perangkat syariah dan adab sebagai paramenter baik dan buruk, benar dan salahnya suatu acara ekonomi. Dengan paradigma ini, akan membentuk integritas yang sanggup membentu terbentuknya huruf tatakelola yang baik (good governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik.

Syariah ialah ketentuan aturan Islam yan mengatur semua acara umat insan yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut korelasi insan dengan Tuhan (vertikal) atau korelasi insan dengan insan dan lingkungan (horizontal). Prinsip syariah mengikat bagi semua stakeholder dalam akuntansi syariah. Sedang adab ialah norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama makhluk semoga korelasi tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergi, dan harmonis.

Jadi, paradigma yang dipakai dalam akuntansi syariah ialah paradigma syariah. Memandang teori dan praktek akuntansi dari sudut pandang syariah, maka segala ketentuan dalam akuntansi syariah harus mengacu pada ketentuan syariah.

Originally posted 2016-07-19 15:56:36.


Sumber https://akuntansikeuangan.com/

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Memahami Paradigma Akuntansi Syariah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel