iklan

Pengertian Perencanaan Pembelajaran

A. PENGERTIAN  PERENCANAAN  PEMBELAJARAN
Ada beberapa definisi perihal desain atau perencanaan.Masing-masing definisi tersebut mempunyai rumusan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Cunningham (1982) mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan tiba dengan tujuan untuk menvisualisasikan dan memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan sikap dalam batas-batas yang sanggup diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan biasanya lebih menekankan pada perjuangan menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan tiba dan perjuangan untuk mencapainya. Mengenai hal apa yang akan terwujud pada balasannya dan bagaimana perjuangan untuk mencapainya itu merupakan cuilan dari perencanaan (Uno, 2011)
 

Definisi yang lain (Steller, 1983) mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan korelasi antara apa yang ada kini (what is) dan bagaimana seharusnya (what should be). Hubungan tersebut bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber. Pertanyaan bagaimana seharusnya mengacu pada masa yang akan datang. Perencanaan berdasarkan definisi ini lebih menekankan pada perjuangan mengisi kesenjangan antara keadaan ketika ini dengan keadaan yang akan tiba yang sesuai denga apa yang dicita-citakan. Perencanaan berusaha untuk menghilangkan jarak antara keadaan kini dengan keadaan mendatang yang diinginkan (Uno, 2011)
 

Sementara itu, definisi lain perihal perencanaan dirumuskan sangat pendek, yaitu perencanaan (Robbins, 1982) yaitu suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Definisi ini mengasumsikan bahwa perubahan selalu terjadi.Perubahan lingkungan ini selalu diantisipasi digunakan biar perubahan itu berimbang.Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi di luar organisasi pembelajaran sebaiknya tidak jauh berbeda dengan perubahan yang terjadi dalam organisasi sehingga kegoncangan akhir perubahan sanggup diminimalkan.Dengan demikian, perubahan juga sanggup dimaknai sebagai perjuangan untuk mengubah organisasi biar sejalan dengan perubahan lingkungannya (Uno, 2011).
 

Ketiga definisi yang dikemukakan tersebut menunjukkan rumusan dan tekanan yang berbeda.Salah satu dari ketiga definisi perencanaan yang dijelaskan lebih menekankan pada acara dan perjuangan untuk mencapai tujuan dari acara yang telah direncanakan. Definisi perencanaan yang lain bertujuan untuk menghilangkan kesenjangan antara keadaan ketika ini dan keadaan masa mendatang. Adapun definisi yang ketiga yaitu mengubah keadaan biar sejalan dengan keadaan lingkungan yang juga berubah. Meskipun demikian, pada hakikatnya ketiga definisi perencanaan bermakna sama, yaitu mencari dan mencapai tujuan, tetapi pada definisi yang pertama dan kedua hal tersebut tidak dinyatakan secara eksplisit bahwa tujuan yang dicari itu yaitu akhir terjadinya perubahan dalam impian (Uno, 2011).
 

Berdasarkan ketiga definisi tersebut, perencanaan sanggup didefinisikan sebagai suatu cara yang memuaskan untuk menciptakan suatu kegiatan sanggup berjalan dengan baik, disertai dengan aneka macam langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2011).

Menurut Degeng (1993), pembelajaran yaitu upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini, secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, menyebarkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.Kegiatan-kegiatan ini intinya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran (Uno, 2011).
 

Dalam hal ini istilah pembelajaran mempunyai hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber mencar ilmu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.Oleh lantaran itu, pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa” (Uno, 2011).
Perencanaan pembelajaran memerlukan aneka macam teori untuk merancangnya biar planning pembelajaran yang disusun benar-benar sanggup memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Perlunya perencanaan pembelajaran, dimaksudkan biar perbaikan pembelajaran sanggup tercapai. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan perkiraan sebagai berikut: (1) perbaikan kualitas pembelajaran; (2) pembelajaran dirancang dengan pendekatan sistem; (3) desain pembelajaran mengacu pada bagaimana seseorang belajar; (4) desain pembelajaran diacukan pada siswa perorangan; (5) desain pembelajaran harus diacukan pada tujuan; (6) desain pembelajaran diarahkan pada akomodasi belajar; (7) desain pembelajaran melibatkan variabel pembelajaran; (8) desain pembelajaran memutuskan metode untuk mencapai tujuan; (9) inti dari desain yang dibentuk yaitu penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2009).

Dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa desain pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu cara yang disusun untuk menciptakan suatu kegiatan (membelajarkan siswa) berjalan dengan baik, disertai dengan aneka macam langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan pembelajaran sanggup memenuhi harapan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu pembelajaran matematika yang berkualitas baik yang memenuhi kriteria nieven (Nurdin. 2007) yaitu valid, praktis, dan efektif. 

B. KOMPONEN PERENCANAAN  PEMBELAJARAN
Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Secara rinci masing-masing perangkat tersebut diuraikan sebagai berikut:
 

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 
adalah suatu planning kegiatan yang disusun secara sistematis yang berisikan  mekanisme atau langkah-langkah kegiatan guru dan siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini digunakan oleh guru sebagai pedomandalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. RPP terdiri atas beberapa komponen utama, antara lain: Identitas mata pelajaran (nama satuan pendidikan, nama mata pelajaran, kelas, semester, pertemuan, alokasi waktu),Standar kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), Indikator pencapaian hasil belajar, Tujuan pembelajaran, Materi ajar, Sumber/media pembelajaran, Kegiatan pembelajarann(kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir), dan Penilaian hasil belajar.
 

2. Buku Siswa 
merupakan buku pegangan siswa yang memuat masalah-masalah kontekstual yang akan dipelajari siswa dalam proses pembelajaran dan dilengkapi dengan soal-soal untuk latihan siswa. Buku siswa disusun berdasarkan kurikulum matematika yang berlaku sesuai dengan jenjang pendidikan. Materi dari buku siswa sanggup disesuaikan dari beberapa buku acuan. Desain buku siswa mempertimbangkan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. Buku siswa berisi materi/tema yang akan dipelajari siswa. Materi pada buku siswa dirumuskan dalam bentuk permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa ataupun kegiatan-kegiatan yang dikerjakan berkelompok dengan bimbingan guru. Buku siswa ini diupayakan sanggup memberi akomodasi bagi siswa dalam menemukan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika.
 

3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 
adalah lembaran-lembaran yang berisi masalah-masalah/soal-soal dari buku siswa yang menuntun siswa untuk sanggup mengkonstruksi fakta, konsep, prinsip atau mekanisme matematika sesuai dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus sebagai tempat  bagi siswa untuk menuntaskan duduk masalah tersebut. Lomba Kompetensi Siswa merupakan kelengkapan dari buku siswa. Lomba Kompetensi Siswa terdiri dari beberapa komponen, yaitu:judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian,  peralatan/bahan yang dibutuhkan untuk menuntaskan tugas, informasi singkat, langkah kerja, kiprah yang harus dilakukan, laporan yang harus dikerjakan.
 

4. Tes hasil belajar 
adalah seperangkat alat penilaian tertulis yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator pencapaian hasil mencar ilmu yang telah ditetapkan sesudah siswa mengikuti proses pembelajaran.
 

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada siklus(Mc. Kenney, 2001), yangterdiri dari tiga fase, yakni: Preliminary research,Prototyping phase, dan Assessment phase(Paeba, 2011):
 

1. Preliminary research (penelitianpendahuluan), meliputi:
a. analisis kebutuhan dan analisis isi,
b. kajian pustaka,

c. pengembangan konsep atau teori kerangka kerja untuk studi.
 

2. Prototyping phase (tahap prototyping), meliputi:a. Mendesain pembelajaran
b. Mendesain lembar observasi kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
c. Mendesain lembar observasi acara siswa
d. Mendesain angket respons siswa terhadap pembelajaran berbasis realistik model kooperatif TSTS
e. Mendesain instrumen tes hasil belajar
 

3. Assessment phase (tahap penilaian dan uji coba), mencakup : 
a. Tahap penilaian, yang terdiri dari:
1) Validitas isi
2) Validitas konstruk

3) Keterlaksanaan dan keefektifan pembelajaran.
b. Tahap uji coba.
 

Model yang digunakan peneliti dalam mendesain pembelajaran yaitu Model Dick & Carey, Hal ini disebabkan lantaran model Dick and Carey mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya (Uno, 2011):
1. Model Dick and Carey terdiri dari sepuluh langkah yang setiap langkahnya sangat terang maksud dan tujuannya.
 

2. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey mengatakan korelasi yang sangat terang dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada model Dick and Carey sangat ringkas, tetapi isinya padat dari satu urutan ke urutan berikutnya.
 

3. Langkah awal pada model Dick and Carey yaitu mengidentifikasi tujuan pengajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum sekolah menengah pertama biar tujuan pengajaran pada kurikulum sanggup melahirkan suatu desain pembelajaran.
 

4. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran mempunyai maksud-maksud tertentu sebagai berikut:
a. Pada awal proses pembelajaran, anak didik atau siswa sanggup mengetahui atau bisa melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada final pembelajaran.
b. Memahami adanya pertautan antara setiap komponen khususnya seni administrasi pengajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki.
c. Menetapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melaksanakan perencanaan desain pembelajaran. Berdasarkan sepuluh langkah dalam model Dick and Carey, ada delapan kotak yang bekerjasama dengan suatu garis utama yang menunjukkan balikan dari kotak terakhir ke kotak yang terdahulu. Kotak-kotak itu mengacu ke perangkat-perangkat mekanisme dan teknik yang digunakan untuk merancang, memproduksi, menilai dan merevisi pembelajaran.
 

Komponen-komponen dari model pengembangan sistem instruksional berdasarkan Dick dan Carey (1990) diuraikan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran (identify an instructional goal). Langkah awal dalam model ini yaitu mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini dijabarkan berdasarkan tujuan umum dan kesulitan mencar ilmu siswa pada kenyataan sebelumnya.
 

2. Melakukan analisis pembelajaran (conduct an instructional analysis). Tujuan analisis pembelajaran ini yaitu untuk menentukan keterampilan-keterampilan bawahan (subordinate skills) yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan bawahan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa biar sanggup menguasai keterampilan lain yang lebih atas tingkatannya.
 

3. Tingkah laris masukan dan ciri-ciri siswa (identify entry behaviors and characteristics). Sebelum memulai sebuah pembelajaran seorang guru hendaknya terlebih dahulu mengetahui keterampilan-keterampilan apa yang telah dimiliki siswa. Pentingnya mengetahui keterampilan-keterampilan tersebut guna keperluan dalam merancang kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan diberikan.
 

4. Merumuskan tujuan performasi (write performance objectives). Berdasarkan analisis pembelajaran dan tingkah laris masukan, maka selanjutnya sanggup disusun secara spesifik pernyataan-pernyataan yang merupakan tujuan-tujuan khusus yang hendak dicapai dalam pembelajaran.
 

5. Mengembangkan butir-butir penilaian pola patokan (develop criterion referenced test items). Berdasarkan tujuan-tujuan performasi yang telah dirumuskan, selanjutnya disusun butir-butir penilaian. Butir-butir penilaian ini berkhasiat untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan performasi tersebut. Tekanan utama butir-butir penilaian terletak pada kaitan antara macam-macam tingkah laris yang tercantum dalam tujuan dengan apa yang diminta dalam butir-butir penilaian tersebut.
 

6. Mengembangkan sebuah seni administrasi pembelajaran (develop an instructional strategy). Berdasarkan langkah-langkah sebelumnya, selanjutnya menentukan seni administrasi pembelajaran yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran ini menyangkut perihal kegiatan penyajian informasi, latihan, pengetesan atau kegiatan tindak lanjut.
 

7. Mengembangkan dan menentukan material pembelajaran (develop and select instructional materials). Pada langkah ini seni administrasi pembelajaran yang telah ditetapkan digunakan untuk menyebarkan paket pembelajaran. Paket pembelajaran ini pada umumnya mencakup buku kerja siswa, material pembelajaran, tes dan buku pegangan guru. Keputusan untuk menyebarkan material pembelajaran tergantung pada jenis pembelajaran yang digunakan, perangkat yang relevan dan sumber pengembangan yang tersedia.

8. Merancang dan melaksanakan penilaian formatif (design and conduct the formative evaluation). Apabila rancangan awal (draft) pembelajaran telah disusun, maka langkah selanjutnya melaksanakan penilaian terhadap draft pembelajaran tersebut. Hal ini bertujuan untuk meyempurnakan draft pembelajaran tersebut.
 

9. Merevisi pembelajaran (revise instructional). Apabila paket pembelajaran telah dilakukan penilaian formatif, maka langkah berikutnya dilakukan revisi terhadap paket pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh melalui penilaian formatif akan diketahui kekurangan dari paket pembelajaran yang dikembangkan. Garis yang menghubungkan kotak “Merevisi Pembelajaran” mengatakan data dari penilaian formatif tidak semata-mata digunakan untuk mengkaji kembali kesahihan analisis pembelajaran yang digunakan dan asumsi-asumsi perihal tingkah laris masukan dan ciri-ciri siswa.
 

10. Melakukan penilaian sumatif (conduct summative evaluation). Meskipun penilaian sumatif merupakan puncak dari pengembangan sistem pembelajaranmodel Dick dan Carey, tetapi pada umumnya bukan merupakan cuilan dari proses perancangan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya garis putus-putus yang menghubungkan kotak komponen ini. Karena penilaian sumatif ini tidak melibatkan perancang pembelajaran melainkan melibatkan evaluator yang independen maka komponen ini tidak dipandang cuilan terpadu dari proses perancangan pembelajaran ini.

1. Preliminary research (penelitian pendahuluan), meliputi:a. Analisis kebutuhan dan analisis isi: Mengidentifikasi tujuan pembelajaran (identify an instructional goal), Melakukan analisis pembelajaran (conduct an instructional analysis), Tingkah laris masukan dan ciri-ciri siswa (identify entry behaviors and characteristics).
b. Kajian pustaka
c. Pengembangan konsep atau teori kerangka kerja untuk studi: Rumusan tujuan kinerja.
 

2. Prototyping phase (tahap prototyping), meliputi:a. Mendesain pembelajaran: Merancang sebuah seni administrasi pembelajaran (desain an instructional strategy).
b. Pengembangan desain pembelajaran dan butir-butir tes pola patokan: Mengembangkan desain pembelajaran sesuai rancangan seni administrasi pembelajaran yang telah dirancang yaitu planning pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyebarkan dan menentukan material pembelajaran yang terdiri dari buku siswa dan lembar kerja siswa (LKS). Mendesain Instrumen, yang terdiri lembar observasi acara siswa dan pengelolaan pembelajaran, angket respons siswa, tes hasil mencar ilmu dan assessment pembelajaran.
 

3. Assessment phase (tahap penilaian), meliputi:a. Penilaian
1) Validitas isi
2) Validitas konstruk
3) Penilaian keterlaksanaan pembelajaran dan keefektifan pembelajaran.

Sumber http://rijal09.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Pengertian Perencanaan Pembelajaran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel