Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (Cls)
A. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
Lonning (1993:1087) mengemukakan Cooperative Learning Strategies (CLS) untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa di kelas pada mata pelajaran sains. Strategi ini mengatakan suatu bentuk pembelajaran yaitu berguru kelompok yang sanggup membuat empat kondisi yang harus dipenuhi untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa berdasarkan konstruktivisme. Bentuk pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan sahabat sebaya (belajar kelompok) dan gurunya.
Baca juga:
Pengertian Model Snowball Throwing
Siswa mengemukakan idenya secara eksplisit pada sahabat sebaya, guru dan yang terpenting pada diri mereka sendiri. Dengan membandingkan pandangan gres siswa sendiri dengan pandangan gres sahabat sebaya, mereka terdorong untuk memperoleh perspektif yang berbeda dari konsep yang mereka miliki sehingga mereka sanggup mengevaluasi kembali konsepsi yang dimilikinya. Hal ini memperlihatkan adanya ketidakpuasan yang menjadi tujuan utama dari langkah perubahan konseptual.
B. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
Adapun langkah-langkah yang diterapkan Lonning didasarkan pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Driver. Secara lengkap, langkah-langkah pembelajaran untuk menerapkan CLS berdasarkan Lonning ialah sebagai berikut.
1. Orientasi (orientation), yaitu pengenalan topik yang akan dipelajari.
2. Pemunculan gagasan (elicitation of ideas), siswa diberi kesempatan untuk menyatakan secara eksplisit gagasan (konsepsi) mereka kepada teman, guru, dan yang terpenting pada diri mereka sendiri.
3. Penyusunan ulang gagasan, perubahan dan ekspansi (restructuring, modi-fication and extension), mencakup kegiatan yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran dengan sahabat sebaya dan membentuk serta menilai pandangan gres yang gres diperoleh pada ketika bertukar pikiran tersebut.
4. Aplikasi (application), memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep gres yang telah dibuat ke dalam konteks yang gres dan sudah dikenal.
Agar empat kondisi untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa di atas sanggup dipenuhi, maka penulis mengembangkan langkah-langkah pembelajaran perubahan konseptual dengan berpedoman pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Lonning yaitu Cooperative Learning Strategies (CLS) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Orientasi
Pada langkah ini, guru membuka pelajaran dengan mengatakan uraian singkat wacana materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran.
b. Pemunculan gagasan
Pada langkah ini, siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok kecil 4 -5 orang. Guru berusaha memunculkan (memancing) gagasan siswa dengan berdasarkan duduk kasus yang diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS), berupa beberapa butir soal. Siswa diminta untuk menyatakan secara eksplisit gagasannya kepada sahabat dalam kelompoknya, kepada gurunya, dan terutama kepada diri mereka sendiri.
c. Penyusunan Ulang Gagasan
Pada langkah ini, siswa menyusun kembali gagasan yang telah diperoleh pada langkah kedua. Langkah ini terbagi lagi menjadi tiga langkah, yaitu:
1.pertukaran gagasan. Siswa mendiskusikan balasan pada langkah pemunculan gagasan dalam kelompok mereka. Hasil diskusi ditulis pada Lomba Kompetensi Siswa dan dijelaskan oleh salah seorang siswa dari setiap kelompoknya. Dengan langkah ini dibutuhkan siswa mengungkapkan kembali gagasannya dan saling bertukar pikiran.
2. pembukaan situasi konflik. Pada langkah ini, guru meminta kepada siswa untuk mendiskusikan jawabannya yang sudah ditulis pada LKS. Ini dimaksudkan biar balasan mereka sesuai dengan konsep ilmuwan mengenai materi yang sedang dipelajari. Hal ini sanggup dibandingkan dengan pengetahuan guru atau buku pelajaran yang digunakan. Pengetahuan guru di sini ialah balasan terhadap suatu permasalahan oleh guru yang dikemukakan secara verbal atau secara tertulis di papan tulis.
3. pembentukan dan penilaian gagasan baru. Pada langkah ini siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan gres berdasarkan konsepsi mereka, baik yang dianggap berbeda maupun yang hampir sesuai dengan konsep ilmuwan. Pada kegiatan ini, guru sanggup mengatakan bimbingan seperlunya. Dengan langkah ini dibutuhkan siswa menilai sendiri gagasannya yang dirasakan sesuai dengan konsep yang dipelajari. Pada langkah ini dibutuhkan pemahaman siswa berkembang.
d. Penerapan gagasan gres (Aplikasi)
Pada langkah ini, siswa mendiskusikan kembali balasan pada tahap pemunculan gagasan. Selain itu siswa diminta pula untuk menjawab soal-soal lainnya yang berkaitan dengan materi yang dipelajari (seperti soal-soal di buku paket). Hal ini dimaksudkan untuk mencoba (menerapkan) konsep-konsep yang telah dikembangkan dan diperolehnya dalam situasi baru. Pada langkah ini dibutuhkan siswa sanggup mencicipi manfaat dan makna perubahan konseptual.
e. Pengkajian ulang perubahan gagasan
Pada langkah ini, guru mengatakan umpan balik untuk memperkuat pemahaman siswa wacana konsep yang sudah sesuai dengan konsepsi ilmuwan. Dengan adanya kegiatan ini dibutuhkan siswa sanggup mengubah miskonsepsinya.
Secara skematis langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS) berdasarkan Lonning yang dikembangkan peneliti ialah sebagai berikut.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual dengan CLS Berdasarkan Konstruktivisme
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ialah beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran perubahan konseptual dengan CLS berdasarkan konstruktivisme.
1. Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, ide, dan pengertian/pemahamannya wacana suatu konsep, baik yang belum dipelajari maupun sudah dipelajari secara formal.
b. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengkaji kembali konsepsi yang sudah dimilikinya terutama yang merupakan miskonsepsi.
c. Menciptakan suasana kelas yang partisipatif. Para siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan temannya secara kelompok sedangkan guru hanya sebagai motivator dan fasilitator.
d. Para siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang diajarkan berdasarkan konsepsi yang sudah dimilikinya. Selain itu siswa sanggup mengkonstruk sendiri pengetahuan (konsep) yang sedang dipelajarinya dan sanggup mengubah atau menghilangkan miskonsepsinya. Ini berarti siswa berguru bermakna.
e. Dapat meningkatkan kreatifitas guru, alasannya ialah guru dituntut mencari alternatif untuk meluruskan (memperbaiki) miskonsepsi siswa, serta mengembangkan konsepsi siswa yang sudah mengarah pada konsepsi ilmuwan.
f. Siswa sanggup menyebarkan ide/gagasan dengan sahabat sebaya di dalam kelompok belajarnya dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Dengan kegiatan semacam ini berarti siswa juga berguru bermakna.
2. Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
a. Karena untuk menerapkan model pembelajaran ini harus dimulai dengan menggali terlebih dahulu konsepsi siswa sebelum kegiatan pembelajaran, maka para siswa yang belum terbiasa dengan situasi semacam ini sanggup merasa “diteror” dengan beberapa pertanyaan yang tidak pernah diduga sebelumnya.
b. Membutuhkan waktu yang banyak.
c. Bagi guru yang kurang berpengalaman akan mengalami kesulitan lantaran materi pembelajaran disusun berdasarkan miskonsepsi siswa yang beraneka ragam.
d. Beberapa siswa merasa cepat bosan (jenuh) lantaran materinya sudah pernah diajarkan. Kenyataan ini terlihat dari balasan empat siswa dalam mengisi format tanggapan siswa wacana pelaksanaan pembelajaran yang menyatakan bahwa pembelajaran ibarat yang diikutinya membosankan. Sumber http://rijal09.blogspot.com
Lonning (1993:1087) mengemukakan Cooperative Learning Strategies (CLS) untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa di kelas pada mata pelajaran sains. Strategi ini mengatakan suatu bentuk pembelajaran yaitu berguru kelompok yang sanggup membuat empat kondisi yang harus dipenuhi untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa berdasarkan konstruktivisme. Bentuk pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan sahabat sebaya (belajar kelompok) dan gurunya.
Baca juga:
Pengertian Model Snowball Throwing
Siswa mengemukakan idenya secara eksplisit pada sahabat sebaya, guru dan yang terpenting pada diri mereka sendiri. Dengan membandingkan pandangan gres siswa sendiri dengan pandangan gres sahabat sebaya, mereka terdorong untuk memperoleh perspektif yang berbeda dari konsep yang mereka miliki sehingga mereka sanggup mengevaluasi kembali konsepsi yang dimilikinya. Hal ini memperlihatkan adanya ketidakpuasan yang menjadi tujuan utama dari langkah perubahan konseptual.
B. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
Adapun langkah-langkah yang diterapkan Lonning didasarkan pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Driver. Secara lengkap, langkah-langkah pembelajaran untuk menerapkan CLS berdasarkan Lonning ialah sebagai berikut.
1. Orientasi (orientation), yaitu pengenalan topik yang akan dipelajari.
2. Pemunculan gagasan (elicitation of ideas), siswa diberi kesempatan untuk menyatakan secara eksplisit gagasan (konsepsi) mereka kepada teman, guru, dan yang terpenting pada diri mereka sendiri.
3. Penyusunan ulang gagasan, perubahan dan ekspansi (restructuring, modi-fication and extension), mencakup kegiatan yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran dengan sahabat sebaya dan membentuk serta menilai pandangan gres yang gres diperoleh pada ketika bertukar pikiran tersebut.
4. Aplikasi (application), memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep gres yang telah dibuat ke dalam konteks yang gres dan sudah dikenal.
Agar empat kondisi untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa di atas sanggup dipenuhi, maka penulis mengembangkan langkah-langkah pembelajaran perubahan konseptual dengan berpedoman pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Lonning yaitu Cooperative Learning Strategies (CLS) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Orientasi
Pada langkah ini, guru membuka pelajaran dengan mengatakan uraian singkat wacana materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran.
b. Pemunculan gagasan
Pada langkah ini, siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok kecil 4 -5 orang. Guru berusaha memunculkan (memancing) gagasan siswa dengan berdasarkan duduk kasus yang diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS), berupa beberapa butir soal. Siswa diminta untuk menyatakan secara eksplisit gagasannya kepada sahabat dalam kelompoknya, kepada gurunya, dan terutama kepada diri mereka sendiri.
c. Penyusunan Ulang Gagasan
Pada langkah ini, siswa menyusun kembali gagasan yang telah diperoleh pada langkah kedua. Langkah ini terbagi lagi menjadi tiga langkah, yaitu:
1.pertukaran gagasan. Siswa mendiskusikan balasan pada langkah pemunculan gagasan dalam kelompok mereka. Hasil diskusi ditulis pada Lomba Kompetensi Siswa dan dijelaskan oleh salah seorang siswa dari setiap kelompoknya. Dengan langkah ini dibutuhkan siswa mengungkapkan kembali gagasannya dan saling bertukar pikiran.
2. pembukaan situasi konflik. Pada langkah ini, guru meminta kepada siswa untuk mendiskusikan jawabannya yang sudah ditulis pada LKS. Ini dimaksudkan biar balasan mereka sesuai dengan konsep ilmuwan mengenai materi yang sedang dipelajari. Hal ini sanggup dibandingkan dengan pengetahuan guru atau buku pelajaran yang digunakan. Pengetahuan guru di sini ialah balasan terhadap suatu permasalahan oleh guru yang dikemukakan secara verbal atau secara tertulis di papan tulis.
3. pembentukan dan penilaian gagasan baru. Pada langkah ini siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan gres berdasarkan konsepsi mereka, baik yang dianggap berbeda maupun yang hampir sesuai dengan konsep ilmuwan. Pada kegiatan ini, guru sanggup mengatakan bimbingan seperlunya. Dengan langkah ini dibutuhkan siswa menilai sendiri gagasannya yang dirasakan sesuai dengan konsep yang dipelajari. Pada langkah ini dibutuhkan pemahaman siswa berkembang.
d. Penerapan gagasan gres (Aplikasi)
Pada langkah ini, siswa mendiskusikan kembali balasan pada tahap pemunculan gagasan. Selain itu siswa diminta pula untuk menjawab soal-soal lainnya yang berkaitan dengan materi yang dipelajari (seperti soal-soal di buku paket). Hal ini dimaksudkan untuk mencoba (menerapkan) konsep-konsep yang telah dikembangkan dan diperolehnya dalam situasi baru. Pada langkah ini dibutuhkan siswa sanggup mencicipi manfaat dan makna perubahan konseptual.
e. Pengkajian ulang perubahan gagasan
Pada langkah ini, guru mengatakan umpan balik untuk memperkuat pemahaman siswa wacana konsep yang sudah sesuai dengan konsepsi ilmuwan. Dengan adanya kegiatan ini dibutuhkan siswa sanggup mengubah miskonsepsinya.
Secara skematis langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS) berdasarkan Lonning yang dikembangkan peneliti ialah sebagai berikut.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual dengan CLS Berdasarkan Konstruktivisme
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ialah beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran perubahan konseptual dengan CLS berdasarkan konstruktivisme.
1. Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, ide, dan pengertian/pemahamannya wacana suatu konsep, baik yang belum dipelajari maupun sudah dipelajari secara formal.
b. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengkaji kembali konsepsi yang sudah dimilikinya terutama yang merupakan miskonsepsi.
c. Menciptakan suasana kelas yang partisipatif. Para siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan temannya secara kelompok sedangkan guru hanya sebagai motivator dan fasilitator.
d. Para siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang diajarkan berdasarkan konsepsi yang sudah dimilikinya. Selain itu siswa sanggup mengkonstruk sendiri pengetahuan (konsep) yang sedang dipelajarinya dan sanggup mengubah atau menghilangkan miskonsepsinya. Ini berarti siswa berguru bermakna.
e. Dapat meningkatkan kreatifitas guru, alasannya ialah guru dituntut mencari alternatif untuk meluruskan (memperbaiki) miskonsepsi siswa, serta mengembangkan konsepsi siswa yang sudah mengarah pada konsepsi ilmuwan.
f. Siswa sanggup menyebarkan ide/gagasan dengan sahabat sebaya di dalam kelompok belajarnya dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Dengan kegiatan semacam ini berarti siswa juga berguru bermakna.
2. Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
a. Karena untuk menerapkan model pembelajaran ini harus dimulai dengan menggali terlebih dahulu konsepsi siswa sebelum kegiatan pembelajaran, maka para siswa yang belum terbiasa dengan situasi semacam ini sanggup merasa “diteror” dengan beberapa pertanyaan yang tidak pernah diduga sebelumnya.
b. Membutuhkan waktu yang banyak.
c. Bagi guru yang kurang berpengalaman akan mengalami kesulitan lantaran materi pembelajaran disusun berdasarkan miskonsepsi siswa yang beraneka ragam.
d. Beberapa siswa merasa cepat bosan (jenuh) lantaran materinya sudah pernah diajarkan. Kenyataan ini terlihat dari balasan empat siswa dalam mengisi format tanggapan siswa wacana pelaksanaan pembelajaran yang menyatakan bahwa pembelajaran ibarat yang diikutinya membosankan. Sumber http://rijal09.blogspot.com
0 Response to "Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (Cls)"
Posting Komentar