Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
A. Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek
Istilah pembelajaran berbasis proyek merupakan istilah pembelajaran yang diterjemahkan dari istilah dalam bahasa Inggris project based learning. Menurut BIE 1999 dalam Trianto (2014) project based learning yaitu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan problem dan memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi berguru mereka sendiri dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai realistik. Sedangkan Hasnawati (2015), menyatakan bahwa model pembelajaran yang memakai proyek sebagai kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, hingga dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud yaitu hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan nilai-nilai. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja sama secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri maupun berkelompok dalam mengkontsruksikan produk nyata.
Hal yang sama diungkapkan Baker, Trygg, & Otto, 2011 dalam Fadli (2014) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memakai problem sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan gres berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk dipakai pada permasalahan kompleks yang dibutuhkan siswa dalam melaksanakan pemeriksaan dan memahaminya. Pembelajaran berbasis proyek yaitu sebuah model pengelolaan pembelajaran seputar proyek.
Definisi tersebut di atas merujuk pada pendapat beberapa jago yang memperlihatkan definisi perihal pembelajaran berbasis proyek. Buck Institute for Education (1999) dalam Trianto (2014:41) menjelaskan: Project-Based learning (PBL) is a model for classroom activity that shifts away from the usual classroom activity that shifts away ffrom the usual classroom practices of short, isolated, teacher-centred lessons. PBL learning activities are long-term, interdisciplinary, student-centred, and integrated with real-world issues and practices. Dengan terjemahan sebagai berikut: (Pembelajaran berbasis proyek yaitu suatu model kegiatan di kelas yang berbeda dengan biasanya. Kegiatan pembelajaran berbasis proyek berjangka waktu lama, antardisiplin, berpusat pada siswa dan terintegrasi dengan problem dunia nyata).
Model pembelajaran berbasis proyek (PBP) yaitu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara eksklusif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menuntaskan suatu proyek tertentu. Walaupun model pembelajaran berbasis proyek sanggup dikatakan sebagai model lama, tetapi model ini mempunyai banyak keunggulan dibandingkan model pembelajaran lain sehingga model PBP banyak dipakai dan terus dikembangkan. Salah satu keunggulan tersebut yaitu bahwa model PBP dinilai merupakan salah satu model pembelajran yang sangat baik dalam menyebarkan aneka macam keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa termasuk keteramplan berpikir, keterampilan membuat keputusan, kemampuan berkreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan sekaligus dipandang efektif untuk menyebarkan rasa percaya diri dan administrasi diri para siswa (Abidin, 2014).
Sedangkan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) yaitu sebuah model pembelajaran yang memakai proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melaksanakan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh aneka macam hasil berguru (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
Nashriah, 2014 menambahkan bahwa pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi dan praktek, tetapi juga memotivasi siswa untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran dalam sebuah proyek nyata.
B. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek (project based learning)
1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek (project based learning)
Menurut Buck Institute for Education (1999) dalam Trianto (2014: 43) menyebutkan bahwa project based learning mempunyai karakteristik, yaitu:
a. siswa sebagai pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja
b. terdapat problem yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
c. siswa sebagai perancang proses untuk mencapai hasil.
d. siswa bertanggungjawab untuk mendapat dan mengelola informasi yang dikumpulkan.
e. melaksanakan penilaian secara kontinu.
f. siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.
g. hasil simpulan berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.
h. Kelas mempunyai atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.
Karakteristik pembelajaran berbasis proyek berdasarkan BIE (1999) dalam ….( ) memposisikan siswa sebagai pemain utama dalam pembelajaran. Siswa aktif dalam hal membuat keputusan, merancang solusi, bertanggung jawab mencari dan mengelola informasi, dan merefleksikan apa yang mereka lakukan. Selain itu, ada problem atau tantangan tanpa solusi yang telah ditetapkan sebelumnya, penilaian berlangsung terus menerus, dan adanya produk akhir, serta ruang kelas mempunyai suasana yang mentolerir kesalahan dan perubahan. Selanjutnya dijelaskan juga oleh Intel Corporation dalam…tentang karakteristik pembelajaran berbasis proyek (project based learning), yang terdiri dari:
a. Siswa di pusat dari proses pembelajaran.
b. Proyek fokus pada tujuan penting pembelajaran yang selaras dengan spesifikasi kurikulum.
c. Proyek didorong oleh Curriculum-Framing Questions.
d. Proyek melibatkan terus-menerus dan beberapa jenis asesmen.
e. Proyek ini mempunyai koneksi dunia nyata.
f. Siswa memperlihatkan pengetahuan melalui sebuah produk atau kinerja.
g. Teknologi mendukung dan meningkatkan pembelajaran siswa
h. Keterampilan berpikir merupakan bab integral dari pekerjaan proyek.
i. Strategi instruksional yang bervariasi dan mendukung gaya berguru beberapa.
Karakteristik pembelajaran berbasis proyek berdasarkan jasus ini intinya mempunyai kesamaan ibarat yang telah disebutkan di atas, namun konsepnya lebih lengkap. Kesamaannya pada posisi siswa yang aktif dalam belajar, adanya problem yang diuraikan dalam bentuk pertanyaan. Hal yang menjadi pembeda dengan karakteristik di atas yaitu adanya hubungan dengan dunia nyata.
C. Prinsip-prinsip pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek sanggup diidentifikasi melalui ciri-cirinya, pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pembuatan produk. Produk yang dibentuk dengan serangkaian kegiatan perencanaan, pencarian, kolaborasi. Dalam kajiannya Krajcik, et al. dalam Abdurrahim (2011) menyarankan lima ciri-ciri dari pembelajaran berbasis proyek, yakni: driving question, investigation, artifacts, collaboration dan technological tools.
Thomas (2000), menguraikan lima kriteria pokok dari suatu pembelajaran berbasis proyek. Kriteria ini bukan merupakan definisi dari pembelajaran berbasis proyek, tetapi didesain untuk menjawab pertanyaan “apa yang harus dimiliki proyek semoga sanggup digolongkan sebagai pembelajaran berbasis proyek?”. Lima kriteria itu yaitu keberpusatan (centrality), berfokus pada pertanyaan atau problem (driving question), pemeriksaan konstruktif (constructive investigation) atau desain, otonomi siswa (autonomy), dan realisme (realism). Kriteria-kriteria ini sanggup dijadikan sebagai prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek.
1. Centrality (keberpusatan)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek yaitu pusat atau inti kurikulum, bukan komplemen kurikulum. Bell dalam Abdurrahim (2011) mengatakan, “PBL is not suplementery activity to support learning; It is a basic of the curriculum”. Di dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek yaitu model pembelajaran; siswa mengalami dan berguru konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Ada kerja proyek yang mengikuti pembelajaran tradisional dengan cara proyek tersebut memberi ilustrasi, contoh, praktek tambahan, atau aplikasi praktek yang diajarkan sebelumnya dengan maksud lain. Akan tetapi, berdasarkan kriteria di atas, aplikasi proyek tersebut tidak sanggup dikategorikan sebagai pembelajaran berbasis proyek. Kegiatan proyek yang dimaksudkan untuk pengayaan di luar kurikulum juga tidak termasuk pembelajaran berbasis proyek.
2. Driving Question (berfokus pada pertanyaan atau masalah)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek yaitu terfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong siswa menjalani (dengan kerja keras) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin. Kriteria ini sangat halus dan agak susah diraba. Definisi proyek (bagi siswa) harus dibentuk sedemikian rupa semoga terjalin hubungan antara acara dan pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan sanggup bermetamorfosis lebih luas dan mendalam (Baron, et. al. dalam Abdurrrahim, 2011). Biasanya dilakukan dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan atau ill-defined problem (Thomas, 2000). Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek mungkin dibangun melalui unit tematik, atau adonan (intersection) topik-topik dari dua atau lebih disiplin, tetapi itu belum sepenuhnya sanggup dikatakan sebuah proyek. Pertanyaan-pertanyaan yang mengajar siswa, sepadan dengan aktivitas, produk, dan unjuk kerja yang mengisi waktu mereka, harus digubah (orchestrated) dalam kiprah yang bertujuan intelektual (Blumenfeld, et. al. dalam Abdurrahim, 2011).
3. Constructive Investigation (investigasi konstruktif)
Proyek melibatkan siswa dalam pemeriksaan konstruktif. Investigasi mungkin berupa proses desain, pengambilan keputusan, inovasi masalah, pemecahan masalah, discovery, atau proses pengembangan model. Akan tetapi, semoga sanggup disebut proyek memenuhi kriteria pembelajaran berbasis proyek, acara inti dari proyek itu harus mencakup transformasi dan konstruksi pengetahuan (dengan pengertian: pemahaman baru, atau keterampilan baru) pada pihak siswa. Jika pusat atau inti kegiatan proyek tidak menyajikan “tingkat kesulitan” bagi anak, atau sanggup dilakukan dengan penerapan informasi atau keterampilan yang siap dipelajari, proyek yang dimaksud yaitu tak lebih dari sebuah latihan, dan bukan proyek pembelajaran berbasis proyek yang dimaksud. Membersihkan peralatan laboratorium mungkin sebuah proyek, akan tetapi mungkin bukan proyek dalam pembelajaran berbasis proyek (Bereiter, et al. dalam Abdurrahim, 2011).
4. Autonomy (otonomi siswa)
Proyek mendorong siswa hingga pada tingkat yang signifikan. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek bukanlah ciptaan guru, tertuliskan dalam naskah, atau terpaketkan. Latihan laboratorium bukanlah teladan pembelajaran berbasis proyek, kecuali bila berfokus pada problem dan merupakan inti pada kurikulum. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek tidak berakhir pada hasil yang telah ditetapkan sebelumnya atau mengambil jalur (prosedur) yang telah ditetapkan sebelumnya. Proyek pembelajaran berbasis proyek lebih mengutamakan otonomi, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat ketat (tanpa diawasi), dan siswa lebih bertanggung jawab daripada proyek tradisional dan pembelajaran tradisional (Bereiter, et al. dalam Abdurrahim, 2011).
5. Realism (realisme)
Proyek yaitu realistik. Karakteristik proyek memperlihatkan keontetikan pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi mencakup topik, tugas, peranan yang dimainkan siswa, konteks di mana kerja proyek dilakukan, kolaborator yang bekerja dengan siswa dalam proyek, produk yang dihasilkan, kriteria di mana produk-produk atau unjuk kerja dinilai. Pembelajaran berbasis proyek melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau problem otentik (bukan simulatif), dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang bahwasanya (Baron, et al. dalam Abdurrahim, 2011). Wena (2012) dalam Nashriah (2014) berdasarkan Thomas pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu:
1. Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum.
2. Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang sanggup mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep utama suatu bidang tertentu.
3. Prinsip pemeriksaan konstruktif (constructive investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep dan resolusi.
4. Prinsip otonomi (autonomy) diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas memilih pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab.
5. Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata.
Hal yang sama diungkapkan oleh ...bahwa pembelajaran berbasis proyek yaitu pembelajaran dengan memakai kiprah proyek sebagai metode pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seperti ada di dunia positif yang sanggup menghasilkan produk secara positif atau realistis. Prinsip yang mendasari pada pembelajaran berbasis proyek adalah:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa yang melibatkan tugas-tugas proyek pada kehidupan positif untuk memperkaya pembelajaran.
2. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
3. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk positif yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat jawaban dan umpan balik untuk perbaikan produk.
D. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek telah dirumuskan secara bermacam-macam oleh beberapa jago pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek berikut merupakan hasil pengembangan yang dilakukan atas langkah-langkah terdahulu. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek tersebut disajikan dalam sebagai berikut:
1. Praproyek
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru di luar jam pelajaran. Pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek, memilih kerikil pijakan proyek, menyiapkan media, aneka macam sumber belajar, dan kondisi pembelajaran.
a. Fase 1: Menganalisis Masalah
Pada tahap ini siswa melaksanakan pengamatan terhadap objek tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut siswa mengidentifikasi problem dan membuat rumusan problem dalam bentuk pertanyaan.
b. Fase 2: Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Pada tahap ini siswa secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun dengan guru mulai merancang proyek yang akan mereka buat, memilih penjadwalan pengerjaan proyek, dan melaksanakan acara persiapan lainnya.
c. Fase 3: Melaksanakan Penelitian
Pada tahap ini siswa melaksanakan kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi hasil yang akan dikembangkan. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut siswa mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
d. Fase 4: Menyusun Draf/Prototipe Produk
Pada tahap ini siswa mulai membuat produk awal sebagaimana planning dan hasil penelitian yang dilakukannya.
e. Fase 5: Mengukur, Menilai dan Memperbaiki Produk
Pada tahap ini siswa melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan dan memperbaiki produk tersebut. Dalam prakteknya, kegiatan mengukur dan menilai produk sanggup dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari anggota kelompok lain ataupun pendapat guru.
f. Fase 6: Finalisasi dan Publikasi Produk
Pada tahap ini siswa melaksanakan finalisasi produk. Setelah diyakini sesuai dengan harapan, produk kemudian dipublikasikan.
g. Pasca Proyek
Pada tahap ini guru menilai, memperlihatkan penguatan, masukan, dan saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan oleh siswa.
E. Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek yaitu aktivis yang unggul untuk membantu siswa berguru melaksanakan tugas-tugas autentik dan multidisipliner, memakai sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain. Pengalaman di lapangan baik dari guru maupun siswa bahwa pembelajaran berbasis proyek menguntungkan dan efektif sebagai pembelajaran, selain itu mempunyai nilai tinggi dalam peningkatan kualitas berguru siswa. Hasnawati (2015) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran berbasis proyek yaitu sebagai berikut:
1. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan gres dalam pembelajaran.
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan problem proyek.
3. Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan problem proyek yang kompleks dengan hasil produk positif berupa barang atau jasa.
Tujuan pembelajaran berbasis proyek yaitu membantu siswa semoga sanggup meningkatkan kreativitas dan motivasi siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode pembelajaran yang berfokus pada siswa dalam kegiatan pemecahan problem terkait dengan proyek dan tugas-tugas bermakna lainnya.
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Proyek
Memperhatikan tipologi yang unik dan komprehensif, model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) cukup potensial untuk memenuhi tuntutan pembelajaran. Terkait dengan hal ini, Anatta (Trianto, 2014) menyebutkan beberapa kelebihan dari model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) di antaranya:
1. Meningkatkan motivasi, di mana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa berguru dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum yang lain.
2. Meningkatkan sumber yang mendeskripsikan lingkungan berguru berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem yang kompleks.
3. Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa menyebarkan dan mempraktekkan keterampilan komunikasi. Teori-teori kognitif yang gres dan konstruktivistik menegaskan bahwa berguru yaitu fenomena sosial, dan bahwa siswa akan berguru lebih di dalam di dalam lingkungan kolaboratif.
4. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila diimplementasikan secara baik maka siswa akan berguru dan praktik dalam mengorganisasi proyek, membuat alokai waktu dan sumber-sumber lain ibarat perlengkapan untuk menuntaskan tugas.
Sedangkan Syaiful Djamarah dan Aswan Zain (2006) dalam Trianto (2014) menyatakan perihal laba dan keunggulan memakai model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) yakni:
1. Dapat merombak pola pikir siswa dari yang sempit menjadi yang lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan problem yang dihadapi dalam kehidupan.
2. Membina siswa menerapkan pengetahuan, perilaku dan keterampilan terpadu, yang diharapkan berkhasiat dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa.
3. Sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern. Prinsip tersebut dalam pelaksanaannya harus memperhatikan kemampuan individual siswa dalam kelompok, materi pelajaran tidak terlepas dari kehidupan riil sehari-hari yang penuh masalah, pengembangan kreativitas, acara dan pengalaman siswa banyak dilakukan, menimbulkan teori, praktik, sekolah, dan kehidupan masyarakat menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek
Menurut Moursund beberapa kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain (Wena, 2012) dalam Nashriah (2014):
1. Meningkatkan motivasi berguru siswa untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melaksanakan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong siswa untuk menyebarkan dan mempraktekkan keterampilan komunikasi.
6. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber.
7. Memberikan pengalaman pembelajaran dan praktek kepada siswa dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain ibarat perlengkapan untuk menuntaskan tugas.
8. Menyediakan pengalaman berguru yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9. Melibatkan para siswa untuk berguru mengambil informasi dan memperlihatkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
10. Membuat suasana berguru menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek
Beberapa kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek
1. Banyaknya peralatan yang harus disediakan
2. Siswa yang mempunyai kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan
3. Ada kemungkinan siswa kurang aktif dalam kerja kelompok. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Untuk mengatasi kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus sanggup mengatasi dengan cara memfasilitasi siswa dalam menghadapi masalah, membatasi waktu siswa dalam menuntaskan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilik lokasi penelitian yang gampang dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga pelatih dan siswa merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
Demikianlah MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (Project Based Learning) dalam penerapannya guru diharap bisa menguasai segala elemen dan aspek dalam MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (Project Based Learning) semoga tujuan maksimal sanggup tercapai. Sumber http://rijal09.blogspot.com
Istilah pembelajaran berbasis proyek merupakan istilah pembelajaran yang diterjemahkan dari istilah dalam bahasa Inggris project based learning. Menurut BIE 1999 dalam Trianto (2014) project based learning yaitu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan problem dan memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi berguru mereka sendiri dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai realistik. Sedangkan Hasnawati (2015), menyatakan bahwa model pembelajaran yang memakai proyek sebagai kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, hingga dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud yaitu hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan nilai-nilai. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja sama secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri maupun berkelompok dalam mengkontsruksikan produk nyata.
Hal yang sama diungkapkan Baker, Trygg, & Otto, 2011 dalam Fadli (2014) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memakai problem sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan gres berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk dipakai pada permasalahan kompleks yang dibutuhkan siswa dalam melaksanakan pemeriksaan dan memahaminya. Pembelajaran berbasis proyek yaitu sebuah model pengelolaan pembelajaran seputar proyek.
Definisi tersebut di atas merujuk pada pendapat beberapa jago yang memperlihatkan definisi perihal pembelajaran berbasis proyek. Buck Institute for Education (1999) dalam Trianto (2014:41) menjelaskan: Project-Based learning (PBL) is a model for classroom activity that shifts away from the usual classroom activity that shifts away ffrom the usual classroom practices of short, isolated, teacher-centred lessons. PBL learning activities are long-term, interdisciplinary, student-centred, and integrated with real-world issues and practices. Dengan terjemahan sebagai berikut: (Pembelajaran berbasis proyek yaitu suatu model kegiatan di kelas yang berbeda dengan biasanya. Kegiatan pembelajaran berbasis proyek berjangka waktu lama, antardisiplin, berpusat pada siswa dan terintegrasi dengan problem dunia nyata).
Model pembelajaran berbasis proyek (PBP) yaitu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara eksklusif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menuntaskan suatu proyek tertentu. Walaupun model pembelajaran berbasis proyek sanggup dikatakan sebagai model lama, tetapi model ini mempunyai banyak keunggulan dibandingkan model pembelajaran lain sehingga model PBP banyak dipakai dan terus dikembangkan. Salah satu keunggulan tersebut yaitu bahwa model PBP dinilai merupakan salah satu model pembelajran yang sangat baik dalam menyebarkan aneka macam keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa termasuk keteramplan berpikir, keterampilan membuat keputusan, kemampuan berkreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan sekaligus dipandang efektif untuk menyebarkan rasa percaya diri dan administrasi diri para siswa (Abidin, 2014).
Sedangkan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) yaitu sebuah model pembelajaran yang memakai proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melaksanakan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh aneka macam hasil berguru (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
Nashriah, 2014 menambahkan bahwa pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi dan praktek, tetapi juga memotivasi siswa untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran dalam sebuah proyek nyata.
B. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek (project based learning)
1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek (project based learning)
Menurut Buck Institute for Education (1999) dalam Trianto (2014: 43) menyebutkan bahwa project based learning mempunyai karakteristik, yaitu:
a. siswa sebagai pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja
b. terdapat problem yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
c. siswa sebagai perancang proses untuk mencapai hasil.
d. siswa bertanggungjawab untuk mendapat dan mengelola informasi yang dikumpulkan.
e. melaksanakan penilaian secara kontinu.
f. siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.
g. hasil simpulan berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.
h. Kelas mempunyai atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.
Karakteristik pembelajaran berbasis proyek berdasarkan BIE (1999) dalam ….( ) memposisikan siswa sebagai pemain utama dalam pembelajaran. Siswa aktif dalam hal membuat keputusan, merancang solusi, bertanggung jawab mencari dan mengelola informasi, dan merefleksikan apa yang mereka lakukan. Selain itu, ada problem atau tantangan tanpa solusi yang telah ditetapkan sebelumnya, penilaian berlangsung terus menerus, dan adanya produk akhir, serta ruang kelas mempunyai suasana yang mentolerir kesalahan dan perubahan. Selanjutnya dijelaskan juga oleh Intel Corporation dalam…tentang karakteristik pembelajaran berbasis proyek (project based learning), yang terdiri dari:
a. Siswa di pusat dari proses pembelajaran.
b. Proyek fokus pada tujuan penting pembelajaran yang selaras dengan spesifikasi kurikulum.
c. Proyek didorong oleh Curriculum-Framing Questions.
d. Proyek melibatkan terus-menerus dan beberapa jenis asesmen.
e. Proyek ini mempunyai koneksi dunia nyata.
f. Siswa memperlihatkan pengetahuan melalui sebuah produk atau kinerja.
g. Teknologi mendukung dan meningkatkan pembelajaran siswa
h. Keterampilan berpikir merupakan bab integral dari pekerjaan proyek.
i. Strategi instruksional yang bervariasi dan mendukung gaya berguru beberapa.
Karakteristik pembelajaran berbasis proyek berdasarkan jasus ini intinya mempunyai kesamaan ibarat yang telah disebutkan di atas, namun konsepnya lebih lengkap. Kesamaannya pada posisi siswa yang aktif dalam belajar, adanya problem yang diuraikan dalam bentuk pertanyaan. Hal yang menjadi pembeda dengan karakteristik di atas yaitu adanya hubungan dengan dunia nyata.
C. Prinsip-prinsip pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek sanggup diidentifikasi melalui ciri-cirinya, pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pembuatan produk. Produk yang dibentuk dengan serangkaian kegiatan perencanaan, pencarian, kolaborasi. Dalam kajiannya Krajcik, et al. dalam Abdurrahim (2011) menyarankan lima ciri-ciri dari pembelajaran berbasis proyek, yakni: driving question, investigation, artifacts, collaboration dan technological tools.
Thomas (2000), menguraikan lima kriteria pokok dari suatu pembelajaran berbasis proyek. Kriteria ini bukan merupakan definisi dari pembelajaran berbasis proyek, tetapi didesain untuk menjawab pertanyaan “apa yang harus dimiliki proyek semoga sanggup digolongkan sebagai pembelajaran berbasis proyek?”. Lima kriteria itu yaitu keberpusatan (centrality), berfokus pada pertanyaan atau problem (driving question), pemeriksaan konstruktif (constructive investigation) atau desain, otonomi siswa (autonomy), dan realisme (realism). Kriteria-kriteria ini sanggup dijadikan sebagai prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek.
1. Centrality (keberpusatan)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek yaitu pusat atau inti kurikulum, bukan komplemen kurikulum. Bell dalam Abdurrahim (2011) mengatakan, “PBL is not suplementery activity to support learning; It is a basic of the curriculum”. Di dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek yaitu model pembelajaran; siswa mengalami dan berguru konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Ada kerja proyek yang mengikuti pembelajaran tradisional dengan cara proyek tersebut memberi ilustrasi, contoh, praktek tambahan, atau aplikasi praktek yang diajarkan sebelumnya dengan maksud lain. Akan tetapi, berdasarkan kriteria di atas, aplikasi proyek tersebut tidak sanggup dikategorikan sebagai pembelajaran berbasis proyek. Kegiatan proyek yang dimaksudkan untuk pengayaan di luar kurikulum juga tidak termasuk pembelajaran berbasis proyek.
2. Driving Question (berfokus pada pertanyaan atau masalah)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek yaitu terfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong siswa menjalani (dengan kerja keras) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin. Kriteria ini sangat halus dan agak susah diraba. Definisi proyek (bagi siswa) harus dibentuk sedemikian rupa semoga terjalin hubungan antara acara dan pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan sanggup bermetamorfosis lebih luas dan mendalam (Baron, et. al. dalam Abdurrrahim, 2011). Biasanya dilakukan dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan atau ill-defined problem (Thomas, 2000). Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek mungkin dibangun melalui unit tematik, atau adonan (intersection) topik-topik dari dua atau lebih disiplin, tetapi itu belum sepenuhnya sanggup dikatakan sebuah proyek. Pertanyaan-pertanyaan yang mengajar siswa, sepadan dengan aktivitas, produk, dan unjuk kerja yang mengisi waktu mereka, harus digubah (orchestrated) dalam kiprah yang bertujuan intelektual (Blumenfeld, et. al. dalam Abdurrahim, 2011).
3. Constructive Investigation (investigasi konstruktif)
Proyek melibatkan siswa dalam pemeriksaan konstruktif. Investigasi mungkin berupa proses desain, pengambilan keputusan, inovasi masalah, pemecahan masalah, discovery, atau proses pengembangan model. Akan tetapi, semoga sanggup disebut proyek memenuhi kriteria pembelajaran berbasis proyek, acara inti dari proyek itu harus mencakup transformasi dan konstruksi pengetahuan (dengan pengertian: pemahaman baru, atau keterampilan baru) pada pihak siswa. Jika pusat atau inti kegiatan proyek tidak menyajikan “tingkat kesulitan” bagi anak, atau sanggup dilakukan dengan penerapan informasi atau keterampilan yang siap dipelajari, proyek yang dimaksud yaitu tak lebih dari sebuah latihan, dan bukan proyek pembelajaran berbasis proyek yang dimaksud. Membersihkan peralatan laboratorium mungkin sebuah proyek, akan tetapi mungkin bukan proyek dalam pembelajaran berbasis proyek (Bereiter, et al. dalam Abdurrahim, 2011).
4. Autonomy (otonomi siswa)
Proyek mendorong siswa hingga pada tingkat yang signifikan. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek bukanlah ciptaan guru, tertuliskan dalam naskah, atau terpaketkan. Latihan laboratorium bukanlah teladan pembelajaran berbasis proyek, kecuali bila berfokus pada problem dan merupakan inti pada kurikulum. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek tidak berakhir pada hasil yang telah ditetapkan sebelumnya atau mengambil jalur (prosedur) yang telah ditetapkan sebelumnya. Proyek pembelajaran berbasis proyek lebih mengutamakan otonomi, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat ketat (tanpa diawasi), dan siswa lebih bertanggung jawab daripada proyek tradisional dan pembelajaran tradisional (Bereiter, et al. dalam Abdurrahim, 2011).
5. Realism (realisme)
Proyek yaitu realistik. Karakteristik proyek memperlihatkan keontetikan pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi mencakup topik, tugas, peranan yang dimainkan siswa, konteks di mana kerja proyek dilakukan, kolaborator yang bekerja dengan siswa dalam proyek, produk yang dihasilkan, kriteria di mana produk-produk atau unjuk kerja dinilai. Pembelajaran berbasis proyek melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau problem otentik (bukan simulatif), dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang bahwasanya (Baron, et al. dalam Abdurrahim, 2011). Wena (2012) dalam Nashriah (2014) berdasarkan Thomas pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu:
1. Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum.
2. Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang sanggup mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep utama suatu bidang tertentu.
3. Prinsip pemeriksaan konstruktif (constructive investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep dan resolusi.
4. Prinsip otonomi (autonomy) diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas memilih pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab.
5. Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata.
Hal yang sama diungkapkan oleh ...bahwa pembelajaran berbasis proyek yaitu pembelajaran dengan memakai kiprah proyek sebagai metode pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seperti ada di dunia positif yang sanggup menghasilkan produk secara positif atau realistis. Prinsip yang mendasari pada pembelajaran berbasis proyek adalah:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa yang melibatkan tugas-tugas proyek pada kehidupan positif untuk memperkaya pembelajaran.
2. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
3. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk positif yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat jawaban dan umpan balik untuk perbaikan produk.
D. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek telah dirumuskan secara bermacam-macam oleh beberapa jago pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek berikut merupakan hasil pengembangan yang dilakukan atas langkah-langkah terdahulu. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek tersebut disajikan dalam sebagai berikut:
1. Praproyek
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru di luar jam pelajaran. Pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek, memilih kerikil pijakan proyek, menyiapkan media, aneka macam sumber belajar, dan kondisi pembelajaran.
a. Fase 1: Menganalisis Masalah
Pada tahap ini siswa melaksanakan pengamatan terhadap objek tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut siswa mengidentifikasi problem dan membuat rumusan problem dalam bentuk pertanyaan.
b. Fase 2: Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Pada tahap ini siswa secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun dengan guru mulai merancang proyek yang akan mereka buat, memilih penjadwalan pengerjaan proyek, dan melaksanakan acara persiapan lainnya.
c. Fase 3: Melaksanakan Penelitian
Pada tahap ini siswa melaksanakan kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi hasil yang akan dikembangkan. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut siswa mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
d. Fase 4: Menyusun Draf/Prototipe Produk
Pada tahap ini siswa mulai membuat produk awal sebagaimana planning dan hasil penelitian yang dilakukannya.
e. Fase 5: Mengukur, Menilai dan Memperbaiki Produk
Pada tahap ini siswa melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan dan memperbaiki produk tersebut. Dalam prakteknya, kegiatan mengukur dan menilai produk sanggup dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari anggota kelompok lain ataupun pendapat guru.
f. Fase 6: Finalisasi dan Publikasi Produk
Pada tahap ini siswa melaksanakan finalisasi produk. Setelah diyakini sesuai dengan harapan, produk kemudian dipublikasikan.
g. Pasca Proyek
Pada tahap ini guru menilai, memperlihatkan penguatan, masukan, dan saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan oleh siswa.
E. Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek yaitu aktivis yang unggul untuk membantu siswa berguru melaksanakan tugas-tugas autentik dan multidisipliner, memakai sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain. Pengalaman di lapangan baik dari guru maupun siswa bahwa pembelajaran berbasis proyek menguntungkan dan efektif sebagai pembelajaran, selain itu mempunyai nilai tinggi dalam peningkatan kualitas berguru siswa. Hasnawati (2015) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran berbasis proyek yaitu sebagai berikut:
1. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan gres dalam pembelajaran.
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan problem proyek.
3. Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan problem proyek yang kompleks dengan hasil produk positif berupa barang atau jasa.
Tujuan pembelajaran berbasis proyek yaitu membantu siswa semoga sanggup meningkatkan kreativitas dan motivasi siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode pembelajaran yang berfokus pada siswa dalam kegiatan pemecahan problem terkait dengan proyek dan tugas-tugas bermakna lainnya.
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Proyek
Memperhatikan tipologi yang unik dan komprehensif, model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) cukup potensial untuk memenuhi tuntutan pembelajaran. Terkait dengan hal ini, Anatta (Trianto, 2014) menyebutkan beberapa kelebihan dari model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) di antaranya:
1. Meningkatkan motivasi, di mana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa berguru dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum yang lain.
2. Meningkatkan sumber yang mendeskripsikan lingkungan berguru berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem yang kompleks.
3. Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa menyebarkan dan mempraktekkan keterampilan komunikasi. Teori-teori kognitif yang gres dan konstruktivistik menegaskan bahwa berguru yaitu fenomena sosial, dan bahwa siswa akan berguru lebih di dalam di dalam lingkungan kolaboratif.
4. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila diimplementasikan secara baik maka siswa akan berguru dan praktik dalam mengorganisasi proyek, membuat alokai waktu dan sumber-sumber lain ibarat perlengkapan untuk menuntaskan tugas.
Sedangkan Syaiful Djamarah dan Aswan Zain (2006) dalam Trianto (2014) menyatakan perihal laba dan keunggulan memakai model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) yakni:
1. Dapat merombak pola pikir siswa dari yang sempit menjadi yang lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan problem yang dihadapi dalam kehidupan.
2. Membina siswa menerapkan pengetahuan, perilaku dan keterampilan terpadu, yang diharapkan berkhasiat dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa.
3. Sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern. Prinsip tersebut dalam pelaksanaannya harus memperhatikan kemampuan individual siswa dalam kelompok, materi pelajaran tidak terlepas dari kehidupan riil sehari-hari yang penuh masalah, pengembangan kreativitas, acara dan pengalaman siswa banyak dilakukan, menimbulkan teori, praktik, sekolah, dan kehidupan masyarakat menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek
Menurut Moursund beberapa kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain (Wena, 2012) dalam Nashriah (2014):
1. Meningkatkan motivasi berguru siswa untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melaksanakan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong siswa untuk menyebarkan dan mempraktekkan keterampilan komunikasi.
6. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber.
7. Memberikan pengalaman pembelajaran dan praktek kepada siswa dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain ibarat perlengkapan untuk menuntaskan tugas.
8. Menyediakan pengalaman berguru yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9. Melibatkan para siswa untuk berguru mengambil informasi dan memperlihatkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
10. Membuat suasana berguru menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek
Beberapa kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek
1. Banyaknya peralatan yang harus disediakan
2. Siswa yang mempunyai kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan
3. Ada kemungkinan siswa kurang aktif dalam kerja kelompok. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Untuk mengatasi kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus sanggup mengatasi dengan cara memfasilitasi siswa dalam menghadapi masalah, membatasi waktu siswa dalam menuntaskan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilik lokasi penelitian yang gampang dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga pelatih dan siswa merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
Demikianlah MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (Project Based Learning) dalam penerapannya guru diharap bisa menguasai segala elemen dan aspek dalam MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (Project Based Learning) semoga tujuan maksimal sanggup tercapai. Sumber http://rijal09.blogspot.com
0 Response to "Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)"
Posting Komentar