10 Model Pembelajaran Matematika Di Sd
10 Model Pembelajaran Matematika di SD_ Matematika yaitu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian orang, hal tersebut tak lepas dari bidang kajian matematika yang mayoritas wacana rumus dan angka-angka sehingga bagi sebagian orang menganggap pembelajaran metematika kelihatan rumit dan butuh teknik khusus dalam mempelajarinya. Pembelajaran matematika memang bersifat ajaib sehingga butuh mediator atau media khusus dalam mengajarkan matematika.
Ilmu matematika yaitu ilmu dasar yang menunjang ilmu yang lain dalam pengaplikasiannya oleh alasannya yaitu itu pemahaman matematika dengan benar akan berimplikasi terhadap kemampuan dalam mengakaji beberapa ilmu yang berkaitan dengan matematika. Sejak kapan matematika sebaiknya harus dipelajari? yaitu sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh sebagian orang. berguru matematika sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga. namun yang paling tepat yaitu penguasaan dan pemahaman pembelajaran matematika memang sebaiknya ditanamkan semenjak anak masih duduk dibangku sekolah dasar.
Pembelajaran matematika di SD (sekolah dasar) menjadi bekal awal anak dalam mengembangkan kemampuannya wacana pelajaran matematika, selain itu usia sekolah dasar merupakan moment bagi anak untuk berguru matematika alasannya yaitu pada usia sekolah dasar kemampuan anak dalam beberapa aspek sangat menonjol.
Namun bagaimana cara mengajarkan anak mata pejaran matematika di SD? untuk mengajarkan mata pelajaran matematika di SD dihentikan asal-asalan alasannya yaitu sifat matematika yang ajaib kadang justru membuat anak sulit memahaminya. dibutuhkan model pembelajaran yang memang sesuai dengan mata pelajaran matematika biar tujuan pembelajaran matematika bisa tercapai. Apa-apa saja 10 model pembelajaran matematika di SD (sekolah dasar)? berikut sedikit ulasan Model Pembelajaran Matematika di SD.
10 Model Pembelajaran Matematika di SD
1. Model Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan operasionalisasi dari suatu pendekatan pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Belanda dengan nama Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan matematika realistik.
Pembelajaran matematika realistik intinya yaitu pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami penerima didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang faktual atau kongret yang sanggup diamati atau dipahami penerima didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan yaitu lingkungan daerah penerima didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang sanggup dipahami penerima didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan operasionalisasi dari suatu pendekatan pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Belanda dengan nama Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan matematika realistik.
Pembelajaran matematika realistik intinya yaitu pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami penerima didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang faktual atau kongret yang sanggup diamati atau dipahami penerima didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan yaitu lingkungan daerah penerima didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang sanggup dipahami penerima didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah di dalam proses pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR, sebagai berikut.
1.Langkah pertama: memahami kasus kontekstual, yaitu guru menawarkan kasus kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan meminta siswa untuk memahami kasus tersebut.
2.Langkah kedua: menjelaskan kasus kontekstual, yaitu kalau dalam memahami kasus siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara menawarkan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.
3.Langkah ketiga: menuntaskan kasus kontekstual, yaitu siswa secara individual menuntaskan kasus kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan dan balasan kasus berbeda lebih diutamakan. Dengan memakai lembar kerja, siswa mengerjakan soal. Guru memotivasi siswa untuk menuntaskan kasus dengan cara mereka sendiri.
4.Langkah keempat: membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan balasan kasus secara berkelompok. Siswa dilatih untuk mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa dalam proses berguru untuk mengoptimalkan pembelajaran.
5.Langkah kelima: menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik kesimpulan wacana suatu konsep atau prosedur.
1.Langkah pertama: memahami kasus kontekstual, yaitu guru menawarkan kasus kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan meminta siswa untuk memahami kasus tersebut.
2.Langkah kedua: menjelaskan kasus kontekstual, yaitu kalau dalam memahami kasus siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara menawarkan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.
3.Langkah ketiga: menuntaskan kasus kontekstual, yaitu siswa secara individual menuntaskan kasus kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan dan balasan kasus berbeda lebih diutamakan. Dengan memakai lembar kerja, siswa mengerjakan soal. Guru memotivasi siswa untuk menuntaskan kasus dengan cara mereka sendiri.
4.Langkah keempat: membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan balasan kasus secara berkelompok. Siswa dilatih untuk mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa dalam proses berguru untuk mengoptimalkan pembelajaran.
5.Langkah kelima: menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik kesimpulan wacana suatu konsep atau prosedur.
2. Model Pembelajaran Open-Ended
Model pembelajaran open-ended sama dengan pembelajaran berbasis kasus yaitu suatu model pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu kasus kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Shimada (1997:1) model pembelajaran open-ended yaitu pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang mempunyai metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu. model pembelajaran open-ended sanggup memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/ pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan kasus dengan beberapa teknik
Model pembelajaran open-ended sama dengan pembelajaran berbasis kasus yaitu suatu model pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu kasus kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Shimada (1997:1) model pembelajaran open-ended yaitu pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang mempunyai metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu. model pembelajaran open-ended sanggup memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/ pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan kasus dengan beberapa teknik
Problem Open-Ended tidak gampang dikembangkan oleh siswa dengan bermacam-macam kemampuan. Melalui penelitian di Jepang ditemukan beberapa hal yang menjadi contoh dalam mengkreasi problem tersebut diantaranya: 1) Sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang faktual 2) Soal-soal pembuktian sanggup diubah sedemikian rupa sehingga siswa sanggup menemukan korelasi dan sifat- sifat dari variabel dalam duduk kasus itu. 3) Sajikan bentuk- bentuk atau bangun- bangkit geometri. 4) Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa sanggup menemukan aturan matematika. 5) Berikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori 6) Berikan beberapa latihan serupa sehingga siswa sanggup mengeneralisasi dari pekerjaanya
Mengembangkan Rencana Pembelajaran Setelah guru mengknstruksi dengan baik, tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran sebelum problem itu ditampilkan di kelas yaitu : · Apakah problem itu kaya dengan konsep- konsep matematika dan berharga? Problem harus mendorong siswa untuk berpikir dari aneka macam sudut pandang.
Apakah level matematika dari problem itu cocok untuk siswa? Pada ketika siswa menuntaskan problem Open- ended, mereka harus memakai pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punyai · Apakah problem itu mengundang perkembangan konsep matematika lebih lanjut ? Problem harus mempunyai keterkaitan atau dihubungkan dengan konsep- konsep matematika yang lebih tinggi sehingga sanggup memacu siswa untuk berpikir tingkat tinggi Setelah kita memformulasi problem mengikuti kriteria yang dikemukakan, langkah selanjutnya yaitu mengembangkan planning pembelajaran yang baik. Tahapnya yaitu sebagai berikut: Tuliskan respon siswa yang diharapkan Siswa diharapkan merespon problem open- ended dengan aneka macam cara. Oleh alasannya yaitu itu guru harus menulis daftar antisipasi respon siswa terhadap problem. Tujuan dari problem itu harus jelas
langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran OpenEnded Problems yaitu sebagai berikut :
1. Persiapan
Sebelum memulai proses berguru mengajar, guru harus membuat Program Satuan Pelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat pertanyaan OpenEnded Problems.
2. Pelaksanaan, terdiri :
a. Pendahuluan, yaitu Siswa menyimak guru yang menawarkan motivasi bahwa yang akan dipelajari berkaitan atau bermanfaat bagi kehidupan sehari hari sehingga siswa semangat dalam belajar. Kemudian siswa menanggapi apersepsi yang dilakukan guru supaya guru sanggup mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai konsep konsep yang akan dipelajari.
b. Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah langkah sebagai berikut :
1. siswa membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang tiap kelompok;
2. siswa mendapatkan pertanyaan Openended Problems mengenai perhitungan statistik dan perhitugan matematis;
3. siswa berdiskusi bersama kelompoknya masingmasing mengenai penyelesaian dari pertanyaan OpenEnded Problems yang telah diberikan oleh guru;
4. setiap kelompok siswa melalui perwakilannya, mengemukakan pendapat atau solusi yang ditawarkan kelompoknya secara bergantian;
5. siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawabanjawaban yang telah dikemukakan, mana yang benar dan mana yang lebih efektif.
c. Kegiatan Akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari, dan kemudian kesimpulan tersebut disempurnakan oleh guru;
3. Evaluasi
Setelah berakhirnya KBM, siswa mendapatkan kiprah perorangan atau ulangan harian yang berisi pertanyaan Open Ended Problems yang merupakan penilaian yang diberikan oleh guru. Dalam jurnal internasional J.Nikos, mourtos ,dkk
3. Model pembelajaran Example non example
Model Example non Example yaitu taktik pembelajaran yang memakai media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk berguru berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.
Example non example
a. Materi: Bangun Datar (mengidentifikasi sifat bangkit datar)
b. Alasan: Di dalam materi bangkit datar, materi yang disajikan terutama yaitu gambar-gambar
dari bangkit datar, sehingga cocok memakai model Examples Non Examples yang langkah
langkah di dalamnya menyajikan gambar.
c. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
-Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
-Guru menempelkan gambar di papan.
-Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
-Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
-Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
-Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
-Kesimpulan
4. Model pembelajaran Picture n picture
Model pembelajaran picture and picture yaitu suatu model berguru yang memakai gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar
Langkah–langkah Model Pembelajaran Picture and Picture
Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini berdasarkan Jamal Ma’mur Asmani terdapat tujuh langkah yaitu:
1. Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk memberikan apa yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa sanggup mengukur hingga sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus memberikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga hingga dimana KKM yang telah ditetapkan sanggup dicapai oleh penerima didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru menawarkan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran sanggup dimulai dari sini. Karena guru sanggup menawarkan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pertolongan materi akan menarik minat siswa untuk berguru lebih jauh wacana materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih gampang memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru sanggup memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus sanggup melaksanakan inovasi, alasannya yaitu penunjukan secara pribadi kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara yaitu dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan kiprah yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut.
Siswa dilatih untuk mengemukan alasan pemikiran atau pendapat wacana urutan gambar tersebut. Dalam langkah ini kiprah guru sangatlah penting sebagai fasilitator dan motivator biar siswa berani mengemukakan pendapatnya.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau materi, sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses ini guru harus menawarkan penekanan-penekanan pada hal ingin dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
7. Siswa diajak untuk menyimpulkan/merangkum materi yang gres saja diterimanya.
Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Apabila siswa belum mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pengamatan gambar tersebut guru menawarkan penguatan kembali wacana gambar tersebut
Picture n picture
a. Materi : Operasi Hitung (Mengurutkan bilangan)
b. Alasan : Guru sanggup memakai gambar-gambar yang berjumlah tertentu dan tidak
berurutan biar sanggup disusun oleh siswa menjadi urutan yang logis.
c. Langkah-langkah :
Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai
Menyajikan materi sebagai pengantar
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Kesimpulan/rangkuman
5 Model Pembelajaran NHT (Numbered head together)
Number Head Together yaitu suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada acara siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari aneka macam sumber yang kesudahannya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT yaitu penggalan dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mensugesti pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki biar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai materi alternatif dari sruktur kelas tradisional ibarat mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana ibarat ini menjadikan kegaduhan dalam kelas, alasannya yaitu para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
6. Model Pembelajaran Jigsaw
7. Model pembelajaran role playing
Sumber http://rijal09.blogspot.com
5 Model Pembelajaran NHT (Numbered head together)
Number Head Together yaitu suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada acara siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari aneka macam sumber yang kesudahannya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT yaitu penggalan dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mensugesti pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki biar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai materi alternatif dari sruktur kelas tradisional ibarat mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana ibarat ini menjadikan kegaduhan dalam kelas, alasannya yaitu para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok diadaptasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran yaitu hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibuat merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok dipakai nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus mempunyai buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus mempunyai buku paket atau buku panduan biar memudahkan siswa dalam menuntaskan Lomba Kompetensi Siswa atau kasus yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan Lomba Kompetensi Siswa kepada setiap siswa sebagai materi yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui balasan dari pertanyaan yang telah ada dalam Lomba Kompetensi Siswa atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan sanggup bervariasi, dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pertolongan jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan balasan kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan balasan final dari semua pertanyaan yang bekerjasama dengan materi yang disajikan.
Numbered head together
a. Materi : Keliling dan Luas Bangun Datar
b. Alasan : Pada dasarnya model ini memang sanggup digunakan.
c. Langkah-langkah :
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok menerima nomor
Guru menawarkan kiprah dan masing-masing kelompok mengerjakannya
Kelompok mendiskusikan balasan yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok sanggup mengerjakannya/mengetahui jawabannya
Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
Tanggapan dari sahabat yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
Kesimpulan
6. Model Pembelajaran Jigsaw
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw yaitu sebuah model berguru kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, ibarat yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model berguru kooperatif dengan cara siswa berguru dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat hingga dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai berikut:
>Siswa dikelompokan sebanyak 1 hingga dengan 5 orang sisiwa.
>Tiap orang dalam team diberi penggalan materi berbeda
>Tiap orang dalam team diberi penggalan materi yang ditugaskan
>Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari penggalan sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok gres (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub penggalan mereka.
>Setelah selesai diskusi sebagai tem andal tiap anggota kembali kedalam kelompok orisinil dan bergantian mengajar sahabat satu tem mereka tentang sub penggalan yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan secama.
>Tiap tim andal mempresentasikan hasil diskusi.
>Guru memberi evaluasi.
>Penutup
Jigsaw
a. Materi : Mengubah Pecahan ke Bentuk Persen dan Desimal serta Sebaliknya
b. Alasan : Model ini meningkatkan kerjasama antar siswa, melibatkan semua siswa, dan bisa dipakai untuk soal hitungan pada matematika.
c. Langkah-langkah :
-Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
-Tiap orang dalam tim diberi penggalan materi yang berbeda, ada yang persen, pecahan, dan decimal.
-Tiap orang dalam tim diberi penggalan materi yang ditugaskan
-Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub penggalan yang sama bertemu dalam kelompok gres (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub penggalan mereka
-Setelah selesai diskusi sebagai tim andal tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar sahabat satu tim mereka wacana sub penggalan yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
-Tiap tim andal mempresentasikan hasil diskusi
-Guru memberi evaluasi
-Penutup
7. Model pembelajaran role playing
Role playing atau bermain peran yaitu sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur bahagia (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun ketika itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk acara dimana pembelajar membayangkan dirinya seakan-akan berada di luar kelas dan memainkan kiprah orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Model Pebelajaran Role Playing yaitu suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
8. Model pembelajaran berdasarkan masalah
9. Model pembelajaran Course review horay
Model Pebelajaran Role Playing yaitu suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Langkah-langkah pembelajarannya yaitu sebagai berikut :
-Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
-Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
-Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
-Memberikan klarifikasi wacana kompetensi yang ingin dicapai.
-Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
-Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
-Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
-Masing-masing kelompok memberikan hasil kesimpulannya.
-Guru menawarkan kesimpulan secara umum.
-Evaluasi.
-Penutup.
Role Playing
a. Materi: Mata Uang / Jual Beli
b. Alasan: Praktik jual bel sanggup diperagakan oleh siswa biar lebih gampang memahami.
c. Langkah-langkah :
-Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
-Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
-Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
-Memberikan klarifikasi wacana kompetensi yang ingin dicapai
-Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
-Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
-Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
-Masing-masing kelompok memberikan hasil kesimpulannya
-Guru menawarkan kesimpulan secara umum
-Evaluasi
-Penutup
8. Model pembelajaran berdasarkan masalah
Menurut Suherman (2003: 7) Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan berguru mengajar di kelas. Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran yaitu suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa bekerjasama dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran. Gijselaers ( 1996) Pembelajaran berbasis kasus diturunkan dari teori bahwa berguru yaitu proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Berikut langkah-langkah PBM.
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada acara pemecahan kasus yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan mengorganisasi kiprah berguru yang bekerjasama dengan kasus yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk klarifikasi dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai ibarat laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk mengembangkan kiprah dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa melaksanakan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang dipakai selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada acara pemecahan kasus yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan mengorganisasi kiprah berguru yang bekerjasama dengan kasus yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk klarifikasi dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai ibarat laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk mengembangkan kiprah dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa melaksanakan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang dipakai selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a. Materi : Mengenal satuan waktu
b. Alasan : Menghitung waktu merupakan hal yang mudah. Dalam soal cerita, hal tersebut sanggup menjadi kasus yang harus dipecahkan. Makanya sanggup memakai model ini.
c. Langkah-langkah :
-Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam acara pemecahan kasus yang dipilih.
-Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan kiprah berguru yang bekerjasama dengan kasus tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
-Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan klarifikasi dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
-Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai ibarat laporan dan membantu mereka mengembangkan kiprah dengan temannya
-Guru membantu siswa untuk melaksanakan refleksi atau penilaian terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
d. Contoh soal yang sanggup diberikan :
Bagas dan Soni berencana untuk makan di warung Pak Bimo dan pergi latihan softball bersama. Latihan softball dimulai pukul 10.00. Bagas memerlukan waktu ¾ jam untuk menjemput Soni dan pergi ke warung Pak Bimo bersahabat lokasi latihan softball. Untuk makan dan berjalan ke lokasi latihan dibutuhkan waktu 1 ¼ jam. Mereka ingin datang di lokasi latihan 15 menit sebelum di mulai. Pukul berapa Bagas seharusnya meninggalkan rumahnya?
9. Model pembelajaran Course review horay
Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay yaitu model pembelajaran yang sanggup membuat suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan alasannya yaitu setiap kelompok yang sanggup menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak "HOREY" atau yel-yel lainnya yang disukai. Course Review Horay yaitu salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk ikut aktif dalam belajar. Dengan model pembelajaran Course Review Horay diharapkan sanggup melatih kolaborasi dalam menuntaskan kasus dengan pembentukan kelompok, pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk terjun kedalamnya, tidak monoton alasannya yaitu diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan serta siswa lebih semangat berguru alasannya yaitu suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan sehingga bisa membantu siswa dalam meraih nilai yang tinggi.
Menurut Widodo (2009: 1) langkah-langkah penerapan metode Course Review Horay dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut :
-Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai, kompetensi ini disampaikan biar pembelajaran lebih terarah tujuannya.
-Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi sesuai topik bahasan yang sedang diajarkan.
-Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat daerah jawaban. Tempat balasan disini berbentuk tabel (kotak) yang berisi sembilan tempat, enam belas kotak ataupun dua puluh lima kotak. Banyaknya kotak daerah balasan diadaptasi dengan kebutuhan dan tiap kotak balasan diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.
-Guru membaca soal secara acak sesuai dengan nomor yang telah disiapkan sebelumnya. Siswa menulis balasan di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru. Soal yang telah dibacakan pribadi didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (v) dan salah diisi tanda silang (x). disini dibutuhkan kejujuran dari siswa yang telah menjawab salah ataupun benar.
-Siswa yang sudah menerima tanda (v) secara vertikal atau horizontal, atau diagonal harus segera berteriak horay atau yel-yel lainnya.
-Nilai siswa dihitung dari balasan benar dan jumlah horay yang diperoleh.
-Penutup pembahasan. Penutup dari pembahasan ini sanggup berupa penyimpulan dari guru ataupun disimpulkan sendiri oleh siswa,
Course review horay
a. Materi : Operasi hitung penjumlahan
b. Alasan : Model ini bisa dipakai untuk soal hitungan pada matematika.
c. Langkah-langkah :
Þ Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai
10. Model pembelajaran Take anda Give
Þ Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
Þ Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
Þ Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa
Þ Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis balasan di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan pribadi didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
Þ Siswa yang sudah menerima tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
Þ Nilai siswa dihitung dari balasan benar jumlah horay yang diperoleh
Þ Penutup
d. Contoh: Guru menawarkan soal perkalian pada 9 kotak yang tertutup, diacak dari tingkat gampang hingga ke tingkat sulit, kemudian bagi siswa yang menentukan soal nomor tertentu akan menerima soal, bila benar diberi ceklis, bila salah diberi silag, pabila membentuk garis maka semua bersorak horee!!
10. Model pembelajaran Take anda Give
Take and give secara bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi, maksud take and give dalam model pembelajaran ini yaitu dimana siswa mengambil dan memberi pelajaran pada siswa yang lainnya. “beberapa andal percaya bahwa suatu mata pelajaran benar-benar dikuasai banyak apabila penerima didik bisa mengajarkan pada penerima lain.
Mengajar sahabat sebaya menawarkan kesempatan kepada penerima didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama ketika ia menjadi narasumber bagi yang lain. Strategi berikut juga menawarkan kepada pengajar tambahan-tambahan apabila mengajar dilakukan oleh penerima didik” (Melvin silberman, active learning 101 taktik pembelajaran aktif).
Model Pembelajaran mendapatkan dan memberi (Take and Give) merupakan model pembelajaran yang mempunyai sintaks, menuntut siswa bisa memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan sahabat sebayanya (siswa lain)
Langkah-langkah model pembelajaran take and give
Dalam melaksanakan metode take and give ini ada beberapa yang langkah yang harus dilakukan oleh pendidik yaitu :
-Siapkan kelas sebagaimana mestinya.
Mengajar sahabat sebaya menawarkan kesempatan kepada penerima didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama ketika ia menjadi narasumber bagi yang lain. Strategi berikut juga menawarkan kepada pengajar tambahan-tambahan apabila mengajar dilakukan oleh penerima didik” (Melvin silberman, active learning 101 taktik pembelajaran aktif).
Model Pembelajaran mendapatkan dan memberi (Take and Give) merupakan model pembelajaran yang mempunyai sintaks, menuntut siswa bisa memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan sahabat sebayanya (siswa lain)
Langkah-langkah model pembelajaran take and give
Dalam melaksanakan metode take and give ini ada beberapa yang langkah yang harus dilakukan oleh pendidik yaitu :
-Siapkan kelas sebagaimana mestinya.
-Jelaskan materi sesuai topik menit.
-Untuk memantapkan penguasaan peserta, tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) kurang lebih 5 menit.
-Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasikan materi sesuai kartu masing-masing. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu control.
-Demikian seterusnya hingga tiap penerima sanggup saling memberi dan mendapatkan materi masing-masing.
-Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
-Strategi ini sanggup dimodifikasikan sesuai keadaan.
-Kesimpulan.
Take n give
a. Materi : Operasi hitung perkalian
b. Alasan : Model ini bisa dipakai untuk soal hitungan pada matematika.
c. Langkah-langkah :
-Siapkan kelas sebagaimana mestinya
-Jelaskan materi sesuai TPK
-Untuk memantapkan penguasaan penerima tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
-Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh
-Demikian seterusnya hingga tiap penerima sanggup saling memberi dan mendapatkan materi masing-masing (take and give)
-Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain)
-Strategi ini sanggup dimodifikasi sesuai keadaan
-Kesimpulan
Demikianlah 10 Model Pembelajaran Matematika di SD adapun dalam pengaplikasiannya tinggal sesuaikan model mana yang paling sesuai dengan tema atau materi pelajaran matematika yang akan diajarkan, Sebenarnya masih ada model pembelajaran matematika di SD yang belum diulas dalam artikel ini, mungkin lain waktu admin akan mengulasnya.
Demikianlah 10 Model Pembelajaran Matematika di SD adapun dalam pengaplikasiannya tinggal sesuaikan model mana yang paling sesuai dengan tema atau materi pelajaran matematika yang akan diajarkan, Sebenarnya masih ada model pembelajaran matematika di SD yang belum diulas dalam artikel ini, mungkin lain waktu admin akan mengulasnya.
0 Response to "10 Model Pembelajaran Matematika Di Sd"
Posting Komentar