Kumpulan Sloka
1. Īśā Upanisad 1
“Īśā vāsyam idam sarvam
Yat kiñca jagatyām jagat
Tena tyaktena bhuñjīthā
Mā grdhah kasya svid dhanam”
Terjemahannya:
Sesungguhnya apa yang ada di dunia ini, yang berjiwa ataupun yang tidak berjiwa dikendalikan oleh Īśā (Yang Maha Esa), oleh sebab itu orang hendaknya mendapatkan apa yang perlu dan diperuntukkan baginya dan tidak menginginkan milik orang lain.
Segala yang ada di alam semesta ini dikuasai dan dikendalikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Demikian juga dengan kelahiran insan di dunia ini, ada yang dilahirkan sebagai perempuan dan ada yang di lahirkan sebagai laki-laki. Sesungguhnya itulah yang memang sudah digariskan untuk kita. Jangan pernah memandang baik jelek dari keduanya.
Apapun bentuk dan wujud dari yang ada di dunia ini mempunyai kehidupannya masing-masing. Memiliki makna yang sangat beragam untuk keselarasan, keseimbangan dan keberlangsungan alam semesta. Tuhan mencipta banyak sekali jenis mahluk berpasangan, dengan tujuan untuk membuat keseimbangan dan jiwa.
2. Sarasamuscaya . 41
Na tata parasya sandadhyat
Pratikulam yadātmanah
Eşa samkşepato dharma kāmādanyat pravartate
Terjemahannya:
Maka yang harus anda perhatikan, bila ada hal yang ditimbulkan oleh perbuatan, perkataan dan pikiran yang tidak menyenangkan dirimu sendiri, malahan menimbulkan murung yang menyebabkan sakit hati, perbuatan itu jangan hendaknya anda lakukan kepada orang lain; jangan tidak mengukur baju di tubuh sendiri, sikap anda yang demikian, itulah dharma namanya; penyelewengan anutan dharma jangan hendaknya dilakukan.
Menurut sloka Sarasamuscaya tersebut di atas, hendaknya insan selalu introspeksi diri sebelum menuduhkan sesuatu terhadap orang lain hendaknya selalu dilakukan biar tercapai suatu keselarasan hidup di masyarakat. Setiap perbuatan, perkataan, dan pikiran hendaknya dipertimbangkan terlebih dahulu. Antara pria dan wanita, harus saling berhubungan mengisi kehidupan ini.
Manusia dilahirkan dengan mempunyai kelebihan pada contoh pikirnya. Hendaknya insan bisa menjaga perbuatan, perkataan dan pikirannya , sehingga tidak gampang untuk menyinggung orang yang berada disekitar. Apapun jenis sikap yang dilakukan oleh insan hendaknya harus dilandasi oleh pemikiran yang matang, tidak menimbulkan perilaku atau anggapan jelek dikemudian hari. Cermin yang terpenting terdapat pada diri sendiri, tidak gampang untuk menilai dan menjaga diri sendiri. Maka insan harus bisa menilai diri dari dalam sebelum menilai sikap atau perbuatan orang lain.
3. Slokantara 29
Śatrantadāpīwa waśānprakāśāt
Mudhsya santoşa ewam latabhah
Sa katore kumbha matonyawetti
Dījñānadipāh kutah ewa dŗştah
Terjemahannya:
Ilmu itu bersinar diwajah orang bijaksana. Orang ndeso itu sebagai flora menjalar, ilmu itu bagai orang bijaksana tersimpan di dalam hati sebagai lampu dalam periuk, merupakan obor kehidupannya.
Sesuai terjemahan sloka tersebut, ilmu pengetahuan ialah cahaya kehidupan. Manusia yang mempunyai ilmu pengetahuan akan terbebas dari kegelapan kehidupan. Demikian halnya perempuan yang mempunyai ilmu pengetahuan, akan bisa mengatasi dilema dalam hidupnya dan bisa mengangkat martabatnya. Wanita yang mempunyai ilmu pengetahuan akan terbebas jurang kenistaan dan bisa menjadi penerang keluarga dan masyarakat.
Mengisi diri dengan pengetahuan akan membuat perempuan menjadi sosok yang disegani. Dengan berpengetahuan perempuan akan menjadi sosok yang benar-benar dikagumi. Wanita ialah sumber dari segala kehidupan yang ada di bumi, maka menjadi seorang perempuan haruslah berpengetahuan.
4. Manawa Dharmasastra I. 32
Dwidha krtwatmano deham
Ardhena puruso’bhawat
Ardhena nari tasyam sa
Wirayama smrjat prabhuh
Terjemahannya:
Dengan membagi dirinya menjadi sebagian pria dan sebagian perempuan (ardha nari), ia ciptakan wiraja dari perempuan itu.
Sesungguhnya adanya pria dan perempuan itu ialah atas ciptaan Tuhan. Maka dari itu antara pria dan perempuan tidak ada yang lebih baik, lebih buruk, lebih tinggi lebih rendah, sebab baik laki-laki maupun perempuan sama-sama tercipta dari Tuhan.
Tuhan membuat pria dan perempuan sebagai suatu keseimbangan. Keseimbangan akan tercipta bila pria dan perempuan bisa bersatu. Ibarat gunung dan lautan, walau tempatnya berjauhan, tetapi tetap bersatu dan selaras menjaga keseimbangan dunia.
5. Manawa Dharmasastra I. 21
Sarwesam tu sa namani
Karmanica prthak prthak
Wedaçabdebhya ewadau
Prthak samsthaçca nirmame
Terjemahannya:
Sesungguhnya ia telah tentukan nama-nama perbuatan dan sifat dari semua ciptaan ini semenjak semula sebagaimana sabda-sabda dalam weda.
Tuhan membuat makhluk di dunia ini, dengan nama, sifat, dan fungsi masing-masing. Demikian juga adanya pria dan perempuan, keduanya diciptakan dengan nama yang berbeda-beda, sifat yang berbeda, dan fungsi yang berbeda-beda pula. Akan tetapi perbedaan tersebut bukan berarti menimbulkan tingkatan yang berbeda antara pria dan perempuan, perbedaan itu timbul biar nantinya bisa saling bekerjasana dalam mengisi kehidupan.
Antara pria dan perempuan tidak ada yang sanggup menentukan sebuah kelahiran. Manusia yang diciptakan sebagai mahluk tertinggi dari semua ciptaan Tuhan hendaknya sanggup menjalin suatu keseimbangan tinggi rendah, kanan kiri, dan atas bawah.
6. Manawa Dharmasastra IX. 33
Ksetrabhuta smrta nari
bijahbhutah smrtah puman
ksetrabija samayogat
sambhawah sarwa dehinam
Terjemahannya:
Menurut Smrti perempuan dinyatakan sebagai tanah, pria dinyatakan sebagai benih, hasil terjadinya jazad badaniah yang hidup terjadi sebab melalui hubungan antara tanah dan benih
Seorang perempuan ialah tanah, dimana tanah menunjukkan daerah hidup bagi semua makhluk hidup dan sebagai daerah berseminya segala makhluk hidup. Sementara pria diumpamakan sebagai benih atau sumber kehidupan. Benih bisa tumbuh dan berkembang bila pria dan perempuan saling bekerja sama. Benih tidak akan bisa tumbuh dan berkembang tanpa adanya tanah, demikian juga tanah mustahil bisa melahirkan kehidupan tanpa adanya benih. Dengan demikian gotong royong pria dan perempuan itu sudah mempunyai kiprah dan kiprahnya masing-masing dan bila salah satunya tidak ada maka kehidupan di dunia tidak akan seimbang.
7. Manawa Dharmasastra IX. Sloka 34
Wiçstam kutra cidbijam
striyonistwewa kutra cit
ubhayam tu samam yatra
sa prasutih praçasyate
Terjemahannya:
Dalam hal-hal tertentu, benih lebih menonjol dan lainnya garbha wanitalah yang menonjol, tetapi kalau kedua-duanya ialah sama, turunan itu akan sangat dimuliakan.
Menurut terjemahan sloka Manawa Dharmasastra IX. Sloka 34, pada suatu saat bisa saja pria lebih berperan dalam kehidupan, demikian juga sebaliknya, perempuan juga bisa bisa berperan lebih di dalamnya. Akan tetapi apabila keduanya bisa menyeimbangkan kiprah dan peranannya dalam kehidupan maka hal itulah yang paling utama. Suatu misal dalam hal mendidik anak dalam rumah tangga. Baik dan buruknya sikap anak tidak hanya tergan pada ibunya saja atau ayahnya saja, melainkan hendaknya keduanya harus bisa meluangkan waktu untuk menunjukkan pendidikan non formal di dala keluarga. Sehingga tidak ada saling menyalahkan antara suami dan istri saat anaknya melaksanakan perbuatan yang menyimpang dari tabiat dan norma.
8. Atharva Veda VII. 36.1
Aksayu nau madhusamkāśe anīkam nau samañjanam
Antah kŗņusva mām hŗdi mana innau sahāsati
Terjemahannya:
Mata kami masing-masing akan mempunyai sifat menyerupai madu;wajah kami menjadi bagaikan balsem (yang berharga); taruhlah saya dihatimu;semoga pikiran kita selalu menyatu.
Apabila seorang perempuan bisa dihargai dan dihormati maka perempuan bisa bersifat semanis madu yang tidak ada yang bisa mengalahkan manisnya. Serta bila perempuan jaga bisa menunjukkan kehangatan kedapa semua orang. Hendaknya perempuan selalu mempunyai daerah pada setiap hati manusia, sebab insan terlahir dari wanita.
9. Yajur Veda XIV. 22
Yantrī rād yantryasi yamanī
Dhruvā’si dharitrī, işe tvorje tvā
Rayyai tvā poşāya tvā lokam tā indram
Terjemahannya:
Pengendalian, engkau yang pintar, pengatur pengendali, penguasa yang tegas. Untuk kekuatan, engkau untuk energi, engkau untuk kekayaan, engkau untuk kemakmuran. Memenuhi ruangan, ternak yang diikat.
Menurut terjemahan sloka Yajur Veda XIV. 22, perempuan yang mempunyai pengetahuan bisa menjadi pengendali kehidupan dan menjadi pemimpin yang tegas. Di dalam kekuatan perempuan sebagai energi. Ibarat para yang kuasa mempunyai dewi-dewi sebagai saktinya. Bila seorang perempuan padai mengatur keuangan dalam keluarga, maka keluarga tersebut akan mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan.
9. Reg Veda X.85.46
Samrājñī śvaśure bhava samrājñī ŚvaŚrvām bhava
Nanādari samrājñi bhava samrājñĪ adhi devŗşu
Terjemahannya:
Jadilah ratu bagi mertua lelakimu; ratu bagi mertua perempuanmu; ratu bagi ipar-ipar perempuanmu dan ratu bagi ipar-ipar lelakimu.
Sesuai dengan terjemahan sloka Reg Veda X.85.46, seorang perempuan yang sudah menikah hendaknya bisa menjadi ratu bagi semua anggota keluarga di rumah suaminya. Menjadi ratu dalam hal ini bukan berarti berlaku seenaknya dan boleh memerintah siapa saja. Menjadi ratu untuk keluarga suami ialah bisa menjadi perempuan yang dimuliakan, dihormati, dan bisa menjadi pujian seluruh keluarga. Wanita sebagai istri, menantu, dan ipar bagi saudara-saudara suaminya hendaknya bisa menjadi tauladan dan bisa mengayomi keluarganya.
11. Manawa Dharmasastra III. 55
Pitrbhir bhratrbhiç
Caitah patibhir dewaraistatha
Pujya bhusayita wyaçca
Bahu kalyanmipsubhih
Terjemahannya:
Wanita harus dihormati dan disayangi oleh ayah-ayahnya, kakak-kakaknya, suami dan iparnya yang menghendaki kesejahtraan sendiri.
Bagi keluarga yang menghendaki kebahagiaan dan kesejahteraan di dalm keluarganya, hendaknya selalu menghormati dan mengasihi wanita. Karena dimana perempuan di hargai dan dihormati maka disana akan ada kebahagiaan. Wanita ialah yang memeberikan kesuburan, dengan kesuburan bisa meraih kemakmuran dan kesejahteraan. Ibaratkan sebagai ibu pertiwi yang dipelihara dengan baik maka akan memeberika kemakmuran bagi segala makhluk hidup di dunia.
0 Response to "Kumpulan Sloka"
Posting Komentar