iklan

Perkembangan Penulisan Sejarah Di Indonesia



Penulisan sejarah Hindu-Buddha dan Islam, Penulisan sejarah pada zaman ini berpusat pada masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa. Penulisannya bersifat istana sentris, yaitu berpusat pada keinginan dan kepentingan raja.

Penulisan yang penting pada masa Hindu-Buddha lebih banyak dibentuk pada batu-batu besar, yang dikenal dengan nama prasasti. Tujuannya yakni biar generasi penerus sanggup mengetahui bahwa ada suatu insiden penting yang terjadi dalam suatu kerajaan pada dikala seorang raja memerintah.

Sebagai teladan : prasasti dari kerajaan Mataram Hindu atau Mataram Kuno menyatakan bahwa Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berjulukan Bhumi Mataram. Prasasti tersebut menulis langkah-langkah yang dilakukan oleh raja Sanjaya dalam mendirikan kerajaan tersebut.

Penulisan suatu insiden yang terjadi pada masa kekuasaan raja-raja Islam ditulis dalam kitab-kitab. Sebagaimana pada masa Hindu-Buddha, penulisannya mengikuti petunjuk raja.

Sebagai teladan : goresan pena atau kitab pada masa itu yakni kitab dari Kerajaan Islam Aceh yang berjudul Bustanu'lssalatin. Kitab ini menulis sejarah Kerajaan Aceh. Selain sebagian besar berisi perihal duduk kasus politik, kitab-kitab pada masa kerajaan Islam berisi pula perihal kehidupan masyarakatnya dalam bidang lain, mirip keagamaan (tentang ajaran-ajaran agama Islam), sosial, dan ekonomi.

Penulisan sejarah masa kolonial

Pada zaman kekuasaan bangsa-bangsa Barat (Eropa) di Indonesia penulisan insiden sejarah lebih bertujuan untuk memperkokoh kekuasaan mereka di Indonesia. Dengan mengatakan, contohnya bahwa derajat bangsa Barat lebih unggul daripada bangsa Indonesia, bangsa Barat mendapat pembenaran terhadap penjajahan dan penguasaan mereka terhadap bangsa Indonesia.

Selain itu, goresan pena mereka lebih merupakan sarana propaganda untuk kepentingan mereka sekaligus untuk mengendurkan semangat perlawanan. Mereka, contohnya mengklaim membawa misi yang mulia, yaitu memajukan bangsa Indonesia sedemikian rupa sehingga sejajar dengan bangsa-bangsa Barat itu. Dalam kenyataannya, penindasanlah yang didapatkan oleh bangsa Indonesia.

Selain itu, pilihan kata yang mereka buat dalam goresan pena mereka sangat merugikan bangsa Indonesia. Mereka menyebut 'pemberontakan' untuk setiap perlawanan terhadap mereka. Kata ini sendiri mengandung arti "perlawanan terhadap kekuasaan yang sah".

Padahal rakyat Indonesia yakni pemilik dan penguasa yang sah terhadap tanah Indonesia. Maka, setiap perlawanan terhadap mereka harus dianggap sebagai perlawanan atas penjajah asing, yang menduduki secara ilegal tanah air Indonesia. Dengan kata lain, perlawanan itu harus dilihat sebagai usaha untuk membebaskan diri dari belenggu penjajah asing.

Contohnya : Belanda menganggap perlawanan Pangeran Diponegoro sebagai suatu pemberontakan. Padahal bangsa Indonesia melihat bahwa perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro merupakan suatu perjuangan, yaitu berjuang untuk membebaskan diri dari penindasan dan kesewenangan pemerintah kolonial Belanda.

Lebih jauh perihal perlawanan Diponegoro silahkan baca di: Perang Diponegoro terjadi tahun 1825-1830

Penulisan sejarah masa Pergerakan Nasional Indonesia

Pada zaman pergerakan nasional Indonesia, tulisan-tulisan yang dibentuk berperan dalam membangkitkan semangat usaha bangsa Indonesia melawan penjajah. Dengan tulisan-tulisan tersebut rakyat Indonesia menyadari dirinya sebagai bangsa tertindas. Perasaan ketertindasan ini membangkitkan semangat juang untuk membebaskan diri.

Terbersit pula dalam ingatan para penulis mengenai kejayaan bangsa Indonesia pada masa lampau, yaitu kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit. Ingatan ini sering membangkitkan harapan akan terbentuknya Indonesia yang jaya mirip yang dialami oleh dua kerajaan tersebut.

Namun, cita-cita itu hanya sanggup terwujud kalau kaum penjajah diusir dari bumi Indonesia. Pada gilirannya, ingatan itu akan membangkitkan semangat untuk berjuang.

Penulisan sejarah masa Indonesia merdeka

Penulisan sejarah pada masa Indonesia merdeka berorientasi pada masa depan bangsa dan negara Indonesia yang telah berhasil di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam penulisan sejarah ini, pihak penulis berusaha untuk mengungkapkan sedemikian rupa perihal sejarah yang pernah terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Penulisan sejarah itu bertujuan biar dengan memahami sejarah yang penuh penindasan dan keterbelakangan, bangsa Indonesia terangsang untuk bahu-membahu mengisi kemerdekaan, kemerdekaan yang telah diraih dengan mengorbankan ribuan nyawa para pejuang. Penulisan sejarah juga bertujuan biar pengelaman jelek yang dialami oleh bangsa Indonesia di masa lampau tidak terulang lagi di kemudian hari.

Media Tulisan Sejarah

Peninggalan budaya yang berupa goresan pena tertua di Indonesia yakni goresan pena pada prasasti yang ditemukan di Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti yang kemudian dikenal dengan Yupa ini berasal dari tahun 400 Masehi dan ditulis dengan karakter Pallawa. Namun demikian, selain watu sebagai materi untuk menulis terdapat pula banyak sekali macam material yang dipakai untuk menulis, mulai dari logam sampai kertas yang bermutu tinggi.

1. Dluwang

Dluwang merupakan sejenis material halus yang ibarat kayu yang terbuat dari kulit kayu pohon mulberry (nama latin : Broussonetia papyrifera). Dluwang banyak dipakai di Jawa untuk menulis goresan pena yang berbahasa Arab dan Jawa.


2. Batu

Prasasti yang terbuat dari watu menjadi sarana untuk menulis mirip prasasti yang ditemukan di Kerajaan Kutai yang memakai karakter Pallawa dan berangka tahun 400 M.

3. Perunggu

Perunggu yang sanggup bertahan ribuan tahun biasanya dipakai sebagai materi untuk menulis, mirip temuan lempengan perunggu peninggalan kerajaan Majapahit kurun ke-13 - 15 M.

4. Bambu

Tulisan pada bambu banyak ditemukan di Sumatra, terutama di kawasan Batak, Lampung, dan Rejang.

5. Daun Lontar

Daun lontar (nama latin Borassus flabellifer) sangat umum dipakai masyarakat Indonesia masa kemudian sebagai materi untuk menulis di Jawa, Bali, dan Lombok.

6. Kayu

Ukiran kayu yang berisikan goresan pena berbahasa Melayu dan Arab biasanya terdapat pada bangunan rumah dan masjid.

7. Kertas

Penggunaan kertas sebagai materi untuk menulis diyakini berkaitan akrab dengan penyebaran agama Islam oleh bangsa Arab sekitar kurun ke-13. Banyak naskah peninggalan masa kemudian yang berbahasa Arab, Melayu, Jawa, Madura, Bugis, Makassar ditulis di atas kertas. Kedatangan bangsa Eropa telah mengenalkan kertas yang bermutu tinggi, mirip yang tertuang pada naskah Serat Babad Mangkuratan yang berangka tahun 1813.

Penulisan sejarah masa Pergerakan Nasional Indonesia Perkembangan penulisan sejarah di Indonesia


8. Logam mulia

Logam dari emas dan perak dipakai sebagai materi untuk menulis terutama untuk lambang-lambang kebesaran kerajaan, mirip kipas yang biasa dipakai untuk keperluan upacara di kerajaan Johor, Riau.

9. Kulit kayu

Lapisan dalam kulit kayu alim (nama latin : Acquilaria) dipakai para tukang ramal dari Batak untuk menulis catatan magis yang disebut dengan pustaha. Beberapa pustaha berisikan diagram-diagram magis yang ditulis dengan tinta merah dan hitam.

10. Kain

Kain tenun atau kain yang dicetak dengan ayat-ayat Al-Quran dipakai sebagai azimat mirip sebuah baju yang dibordir dengan motif Al Alquran yang ditemukan di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

11. Daun Nifah

Daun nifah (nama Latin : Nifa frutican) yang lebih tipis dari daun lontar juga dipakai sebagai materi untuk menulis. Namun, tidak mirip daun lontar yang biasa memakai pisau untuk menggores tulisan, maka tinta dipakai sebagai alat tulis untuk menulis di atas daun nifah.

Daftar Istilah

  • Adat-istiadat yakni kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam suatu masyarakat dan diakui oleh semua pihak yang ada di dalam masyarakat bersangkutan.
  • Animisme yakni suatu kepercayaan masyarakat kuno yang menyatakan bahwa setiap benda mempunyai roh atau jiwa.
  • Dinamisme yakni suatu kepercayaan masyarakat kuno yang menyatakan bahwa setiap benda mempunyai kekuatan gaib.
  • Dinasti yakni keluarga, suatu sistem pemerintahan yang didasarkan pada keturunan, artinya kalau raja berhalangan, sakit atau meninggal maka penggantinya yakni putranya sendiri.
  • Dokumentasi yakni merupakan pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan dari banyak sekali bidang.
  • Ilmu astronomi yakni ilmu perbintangan yang telah dikenal oleh masyarakat semenjak masa prasejarah di Indonesia.
  • Kukusan yakni suatu alat yang dipergunakan untuk menanak nasi khususnya di Jawa Tengah.
  • Legenda yakni merupakan suatu dongeng masa lampau yang masih mempunyai kekerabatan dengan insiden sejarah.
  • Lingua franca yakni bahasa pergaulan yang dikenal oleh beberapa kelompok bangsa atau suku bangsa dari suatu daerah.
  • Makhluk halus yakni suatu jenis makhluk yang tidak sanggup dilihat oleh setiap orang, namun hanya orang-orang tertentu saja yang sanggup melihatnya.
  • Megalitikum yakni zaman watu besar, merupakan suatu zaman dari kehidupan manusia, pada zaman itu insan telah memakai batu-batu besar untuk membangun banyak sekali jenis kebudayaannya.
  • Mitologi yakni ilmu perihal kesusastraan yang mengandung konsep perihal dongeng suci, kehidupan para yang kuasa dan makhluk halus.
  • Neolotikum yakni zaman watu gres ketika insan sudah hidup menetap dan mempunyai tempat tinggal yang tetap.
  • Nusantara yakni pulau-pulau yang terletak di antara benua Asia dan Australia serta di antara Samudra Hindia dengan Samudra Indonesia. Nusantara pada cukup umur ini lebih dikenal dengan sebutan Indonesia.
  • Perahu bercadik yakni model bahtera yang paling dikenal pada zaman perkembangan imbas Hindu-Buddha di Indonesia. Cadik merupakan alat penyeimbang perahu.
  • Prasasti Dinoyo yakni suatu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Gajayana. Keistimewaan prasasti Dinoyo yakni karakter Pallawa diindonesiakan menjadi karakter kawi dan dipakai pertama kali di Indonesia.
  • Prasejarah yakni suatu masa ketika masyarakat belum mengenal tulisan.
  • Rumpun bahasa yakni kelompok bahasa yang dipergunakan oleh suatu kelompok masyaraat, mirip rumpun bahasa Melayu Austronesia yang dipergunakan pada daerah-daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia serta daerah-daerah yang berada di wilayah Lautan Pasifik.
  • Sarkopagus yakni peti jenezah yang terbuat dari watu bundar atau watu tunggal.
  • Wayang yakni seni tradisional Indonesia yang dimainkan oleh orang atau sekumpulan boneka dari kayu, atau kulit yang dimainkan oleh seorang dalang, suatu sarana pertunjukan hiburan rakyat.

Baca juga: Tahap penelitian sejarah

Demikian ulasan mengenai Perkembangan penulisan sejarah di Indonesia, semoga menjadi pembelajaran yang lebih baik.

Sumber http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Perkembangan Penulisan Sejarah Di Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel