iklan

Pendapatan Perkapita Indonesia 5 Tahun Terakhir


Tahun 2013

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus turun. Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5 persen pada 2011, dan 6,23 persen pada 2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada dibawah 6 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2013 sebesar hanya 5,78 persen. Angka tersebut turun dibandingkan sepanjang 2013 sebesar 6,23 persen.

Kepala BPS Suryamin memaparkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013 sebesar 5,72 persen, atau mengalami penurunan 1,42 persen dibanding kuartal III-2013. "Triwulan empat ini dari pengalaman selalu lebih rendah dibanding triwulan tiga setiap tahunnya," kata Suryamin, di Kantor BPS, Rabu (5/2/2014).

Kendati mengalami penurunan, Suryamin menyampaikan ekspor pada triwulan IV-2013 memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis global menyerupai China dan Amerika Serikat mulai pulih. Bakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan hanya 1,6 persen, realisasinya 1,9 persen.
pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19 persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan 7,56 persen, dengan nilai Rp 272,1 triliun.  Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan signifikan yaitu konstruksi, di mana mencatat pertumbuhan 6,57 persen dengan nilai Rp 182,1 triliun.  Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen dengan nilai Rp 195,7 triliun.


Tahun 2014

Tahun 2014 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ekonomi global tidak secerah prakiraan semula. Pemulihan memang terus berlangsung di banyak sekali ekonomi utama dunia, namun dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan cita-cita dan tidak merata. Harga komoditas dunia pun terus melemah lantaran ajakan belum cukup kuat, khususnya dari Tiongkok. Di sektor keuangan, ketidakpastian kebijakan the Fed telah meningkatkan kerentanan dan volatilitas di pasar keuangan dunia. Sebagai negara berkembang (emerging market), kita turut mencicipi adanya pergeseran arus modal absurd keluar dari Indonesia. Selain itu, kita juga sanggup mengamati adanya divergensi kebijakan moneter di negara-negara maju. Berbeda dengan the Fed yang berencana melaksanakan normalisasi kebijakan moneternya, bank sentral Jepang dan Eropa masih perlu menempuh kebijakan moneter yang sangat akomodatif.
Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang diukur menurut Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 10 542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp41,8 juta atau US$3,531.5.
Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,58 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,02 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 12,43 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,01 persen melambat bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh imbas musiman pada lapangan perjuangan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh acara perekonomian di Pulau Jawa yang tumbuh 5,59 persen dan Pulau Sumatera sebesar 4,66 persen.

Perekonomian Indonesia tahun 2014 diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan dengan 5,8% pada tahun sebelumnya. Dari sisi eksternal, perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh ekspor yang menurun akhir turunnya ajakan dan harga komoditas global, serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Meskipun ekspor secara keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung membaik sejalan dengan berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi ajakan domestik, perlambatan tersebut didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah seiring dengan jadwal penghematan anggaran.


Tahun 2015

Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia bergerak lebih lambat pada tahun 2014, terlihat optimisme bahwa pertumbuhan tersebut akan rebound pada tahun 2015 meskipun kondisi ekonomi global belum aman (dan membatasi kinerja ekspor Indonesia) serta lingkungan suku bunga Indonesia yang masih tinggi.
Di dalam APBN-P Tahun 2015, pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan PDB 5.7 persen (t/t) meningkat dari pertumbuhan angka 5.02 persen yang tercatat pada tahun 2014. Presiden Indonesia Joko Widodo, yang resmi mulai menjabat pada bulan October 2014, optimis bahwa sasaran ambisius ini sanggup dicapai walaupun forum internasional menyerupai Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia masing-masing pada angka 5.2 persen dan 5.0 persen, pada tahun 2015. Kedua institusi tersebut menilai rendah pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 akhir dampak negatif perekonomian global yang menimbulkan pembiayaan eksternal yang lebih ketat dan sanggup menjadikan suku bunga nasional yang tinggi, sehingga menambah tekanan terhadap bank, perusahaan lokal dan rumah tangga untuk menuntaskan utang, sekaligus menghambat kemampuan untuk berinvestasi atau belanja. Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 5.4 - 5.8 persen tahun ini.
·         Pada pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia tetapkan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 8,00% dan 5,75%. Kemudikan dilakukan penilaian menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di 2014 dan prospek ekonomi 2015 dan 2016 yang memperlihatkan bahwa kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4±1% pada 2015 dan 2016, dan mendukung pengendalian defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
·         Mengacu pada penilaian terhadap perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank Indonesia memperkirakan  perekonomian Indonesia semakin baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga, ditopang oleh perbaikan ekonomi global dan semakin kuatnya reformasi struktural dalam memperkuat mendasar ekonomi nasional.
Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping tetap kuatnya konsumsi rumah tangga, tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan didukung oleh perluasan konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif, termasuk pembangunan infrastruktur.
Dari Segi Properti
Dan tidak kalah seksinya jikalau membahas perkembangan ekonomi dari segi properti, menyerupai psatnya pertumbuhan pusat perbelanjaan di JABODETABEK dan beberapa kota besar menyerupai Bandung dan Surabaya. Berdasarkan riset Boston Consulting Group, Indonesia dikala ini mempunyai 45 juta orang yang tergolong dalam kelas menengah yang mempunyai kebiasaan membelanjakan uangnya di luar kebutuhan utama, hal inilah yang memicu pertumbuhan pusat perbelanjaan tersebut. Namun tidak berhenti di pertumbuhan pusat perbelanjaan saja. Pertumbuhan positif pun diperkirakan akan dialami semua serpihan sektor menyerupai apartemen, perkantoran komersial, hotel, maupun daerah industri.
Dari Segi Industri Petrokimia
Industri petrokimia di Indonesia masih dalam tahap berkembang. Konsumsi per kapita dikala ini rendah dibandingkan dengan Negara lainnya di ASEAN. Meskipun ajakan yang rendah, namun tingkat pertumbuhan yang terjadi tergolong sehat pada 5 – 8% per tahun yang diperkirakan akan maju.
Dari Segi Gas Alam
Indonesia memproduksi sekitar 3 triliun kubik gas alam setiap tahunnya dan itu mengalami pertumbuhan baik sekitar 2,5 – 3,0% setiap tahunnya. Gas alam menyumbang 25% dari pasokan energy dalam negeri. Indonesia sendiri merupakan salah satu eksportir terbesar gas alam cair di dunia. Permintaan domestik untuk gas alam diperkirakan akan lebih besar dari pasokan domestic di tahun-tahun mendatang lantaran produsen gas sanggup menuntut harga yang lebih tinggi di pasar internasional.


Tahun 2016

Pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal semakin membaik pada 2016 lantaran banyak sekali kebijakan Bank Indonesia yang lebih akomodatif ketimbang dua tahun sebelumnya, kata Kepala Ekonom Bank Nasional Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto.
"Kebijakan Bank Indonesia lebih akomodatif dan ruang pembiasaan BI rate terbuka walau tetap menjaga kehati-hatian di tengah tingginya ketidakpastian global dalam jangka pendek," katanya dalam Diskusi "Potensi dan Tantangan Infrastruktur untuk Pertumbuhan Ekonomi" di Jakarta, Jumat (15/1) malam.
Hal itu, ujarnya, terlihat dari keputusan BI untuk menurunkan BI rate 25 basis poin menjadi 7,25 persen, menurut hasil rapat Dewan Gubernur BI pada 13-14 Januari 2016.
Ia optimistis kebijakan yang disambut positif oleh pasar itu pun akan dilakukan dua hingga tiga kali lagi pada 2016 juga sebesar 25 poin. "Pengumuman itu dikeluarkan hanya sekitar dua jam sesudah pengeboman di daerah Sarinah yang hanya beberapa ratus meter dari Gedung BI. Ini memperlihatkan BI memang akan menurunkan BI rate apapun yang terjadi," kata dia.
Penurunan suku bunga itu sejalan dengan keputusan Bank Indonesia yang menyatakan akan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, banyak sekali paket kebijakan ekonomi yang sudah dikeluarkan pemerintah semenjak 2015 juga diperkirakan membawa dampak anggun bagi perekonomian.
Kebijakan-kebijakan yang mempermudah investasi dan mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah-daerah dinila Ryan sebagai bentuk keseriusan pemerintahan akhir pertumbuhan ekonomi pada 2015 hingga tiga kuartal berkisar 4,7 persen, menurun dibandingkan dengan pada 2014 yang rata-rat menyentuh lima persen.
"Namun kami yakin nilai kuartal keempat, yang belum diumumkan BPS, nilainya bisa 4,8 hingga 4,85 persen. Syukur-syukur bisa hingga lima persen," ujar dia.


Tahun 2017

- Perekonomian Indonesia tahun 2017 yang diukur menurut Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp13.588,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp51,89 juta atau US$3.876,8.
- Ekonomi Indonesia tahun 2017 tumbuh 5,07 persen lebih tinggi dibanding capaian tahun 2016 sebesar 5,03 persen. Dari  sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,81 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 9,09 persen.
- Ekonomi  Indonesia  triwulan  IV-2017 bila  dibandingkan triwulan IV-2016 (y-on-y) tumbuh 5,19 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha  Jasa Perusahaan sebesar 9,25 persen. Dari sisi pengeluaran,  pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang
dan Jasa sebesar 8,50 persen.
- Ekonomi  Indonesia  triwulan  IV-2017 bila  dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar  1,70 persen. Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek  musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami kontraksi 21,60 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.
- Struktur  ekonomi  Indonesia  secara  spasial  Tahun 2017 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau  Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan  donasi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,49 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,66 persen, dan Pulau Kalimantan 8,20 persen. 

Sumber http://yimarounimas.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Pendapatan Perkapita Indonesia 5 Tahun Terakhir"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel