Indikator Sebuah Negara Akan Mengalami Krisis Ekonomi
1. TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI TURUN
Permasalahan ekonomi yang terjadi di suatu negara sanggup memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia permasalahan ekonomi sanggup menghambat terwujudnya dan kesejahteraan masyarakat. Ekonomi di Indonesia sangatlah tidak stabil, yang berarti ekonomi di Indonesia sering naik turun. Tidak stabil sanggup dikarenakan oleh banyak hal, misalnya saja lantaran adanya tragedi alam, kekeringan, gunung meletus, kerusuhan, boikot, dan penyakit yang sering terjadi pada binatang ternak. Faktor luar juga sangat menghipnotis ekonomi di Indonesia, misalnya naiknya harga minyak dunia.
2. KEMISKINAN MENINGKAT
Naiknya angka kemiskinan lantaran jumlah penduduk yang meningkat pesat ialah sekitar 3-4 juta orang dalam kurun waktu setahun. Disisi lain fakta di lapangan mengatakan adanya penurunan daya beli masyarakat jawaban mahalnya barang kebutuhan pokok ibarat beras, daging dan barang konsumsi lainnya, dengan kenaikan harga yang cukup berat dirasakan masyarakat. Jika ditelusuri lebih jauh, masih banyak fakta fakta lain di lapangan yang patut sanggup diduga sebagai penyebab mahalnya harga barang kebutuhan pokok masyarakat, sanggup jadi lantaran kekeringan yang berkepanjangan, roda perekonomian yang mengalami pasang surut sehingga mempersempit lapangan kerja dan seterusnya.
3. PENGANGGURAN MENINGKAT
Pengangguran yang tinggi dianggap merupakan warisan krisis ekonomi 1997 yang hingga ketika ini belum sanggup dituntaskan. Akibat krisis itu, perusahaan-perusahaan rontok sehingga menjadikan rentetan pemutusan kekerabatan kerja. Demikian halnya dengan problem kemerosotan investasi ketika ini yang berdampak terhadap pengangguran. Investasi tidak serta akan meningkatkan lapangan kerja bila jenis investasi tersebut tidak ramah terhadap perembesan tenaga kerja (padat modal). Hal ini sanggup jadi disebabkan sektor industri yang berkembang lebih berorientasi pada jenis investasi yang padat modal bukan padat karya.
4. INFLASI MENINGKAT
Inflasi di Indonesia masih menjadi satu dari aneka macam “penyakit” ekonomi makro yang meresahkan pemerintah terlebih bagi masyarakat. Memang, menjelang simpulan pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis moneter) angka inflasi tahunan sanggup ditekan hingga pada single digit, tetapi secara umum masih mengandung kerawanan jikalau dilihat dari seberapa besar prosentase kelompok masyarakat golongan miskin yang menderita jawaban inflasi. Lebih-lebih sehabis semakin berlanjutnya krisis moneter yang lalu diikuti oleh krisis ekonomi, yang menjadi salah satu dari penyebab jatuhnya pemerintahan Orde Baru, angka inflasi cenderung meningkat pesat (mencapai lebih dari 75 % pada tahun 1998), dan diperparah dengan semakin besarnya presentase golongan masyarakat miskin. Sehingga sanggup dikatakan, bahwa meskipun angka inflasi di Indonesia termasuk dalam katagori tinggi, tetapi dengan meninjau presentase golongan masyarakat ekonomi bawah yang menderita jawaban inflasi cukup besar, maka bantu-membantu sanggup dikatakan bahwa inflasi di Indonesia telah masuk dalam stadium awal dari hyperinflation.
5. DEVISIT APBN
Krisis ekonomi tahun 1997 berikut konsekuensinya pada anggaran pemerintah mendapat sorotan yang besar terkait dengan beban anggaran yang dialokasikan untuk penanggulangan dampak krisis. Meningkatnya beban anggaran pemerintah, bahkan hingga defisit, memunculkan pertanyaan apakah pilihan kebijakan tersebut cukup efektif dalam upaya pemulihan ekonomi pascakrisis hingga terhindar dari bahaya krisis fiskal di masa mendatang. Krisis fiskal ditandai dengan meningkatnya belanja pemerintah ter-utama untuk kewajiban kontinjensi. Di sisi lain, penerimaan pemerintah mengalami penurunan yang sangat drastis. Keadaan di atas menciptakan pemerintah Indonesia terbelit beban utang yang berat untuk menutup defisit APBN (gambar 1). Utang pemerintah bertambah menjadi tiga hingga empat kali lipat dari kondisi sebelum krisis, dan hampir tiga perempat dari pertambahan ini merupakan utang dalam negeri yang harus dibayar untuk restrukturisasi perbankan
6. SUKU BUNGA MENINGKAT
Suku bunga merupakan tolak ukur dari acara perekonomian suatu Negara yang berimbas pada acara perputaran arus keuangan perbankan, inflasi, investasi dan pergerakan currency di suatu Negara. Perlu diketahui biasanya Negara-negara besar ibarat Amerika, Inggris, dan Negara-negara yang bergabung dalam Uni Eropa merupakan Negara yang mempunyai currency terbesar dalam transaksi di bursa. Aktivitas ekonomi yang terjadi di Negara-negara mempunyai efek mendasar terhadap perekonomian dunia.
Sumber http://yimarounimas.blogspot.com
0 Response to "Indikator Sebuah Negara Akan Mengalami Krisis Ekonomi"
Posting Komentar