iklan

Hukum Epik Oleh Axel Olrix Dalam Dongeng Raja Negeri Raksasa Pringgadani


Raja Negeri Raksasa Pringgadani
Oleh: joko yulianto
Sinopsis Cerita
Gatutkaca yakni putra dari salah satu tokoh Pandawa yang mempunyai kuku pancanaka yaitu Bima alias werkudara dengan seorang putri dari Negeri raksasa Kerajaan Pringgadani sekaligus penguasa hutan yaitu Dewi Arimbi. Gat yang berarti bulat, dan Utkaca yang berarti kepala, nama Gatutkaca diberikan alasannya yakni kepalanya ketika gres dilahirkan lingkaran ibarat kendi (tempat air minum dari tanah liat), kelahiran Gatutkaca diiringi Kejadian-kejadian aneh yang selalu mengiringi kelahiran Si calon insan setengah raksasa yang sanggup terbang tanpa sayap, dan nantinya mendapat julukan “otot kawat tulang besi”.(1)
Setelah gatotkaca Antaranya, sudah setahun dari masa kelahiran bayi Gatotkaca yang kala itu berjulukan Jabang Tutuka, tali pusarnya tak sanggup dipotong, sudah aneka macam macam alat pemotong dipakai namun tak ada satupun yang berhasil. Raden Arjuna sebagai paman ikut prihatin dengan keadaan keponakanya memutuskan untuk bersemedi mencari petunjuk Sang Dewata: Arjuna: “Kakang Bima… saya mohon izin untuk pergi bersemedi memohon petunjuk Sang Batara, semoga tali sentra Jabang Tutuka sanggup dipotong” arjuna memohon izin ke Bima.(2)
Arjuna pun berangkat bersemedi, Batara Guru yang mengetahui insiden itu mengutus Batara Narada untuk turun ke bumi menemui Arjuna dan memperlihatkan Pusaka Kontawijaya untuk memotong tali pusar si jabang tutuka. Malang, pada ketika yang sama Adipatih karna pada ketika yang sama juga sedang bertapa mencari pusaka, dengan sumbangan ayahnya Batara Surya mendadak langit menjadi gulita, alasannya yakni sosoknya yang ibarat dengan Arjuna Batara Narada pun memperlihatkan Pusaka Kontawijaya pada Karna.
Setelah beberapa waktu batara narada merasa gelisah seakan aka ada sesuatu yang salah pada dirinya, dan ternyata sehabis diusut dan direnungkan Batara Narada segera menyadari kesalahanya dan sehabis bertemu Arjuna beliau menyampaikan kalau ia salah memperlihatkan pusakanya pada Adipati Karna.
Arjuna kemudian mencegat Adipati Karna terjadilah duel sengit dua kesatria memperebutkan pusaka. Nasib mujur, Karna berhasil meloloskan diri membawa Pusaka yang nantinya akan menjadi senjata pembunuh bagi Gatotkaca, sedangkan Arjuna hanya berhasil membawa warangka-nya (Sarung-nya). Namun sarung pusaka kontawijaya yang terbuat dari kayu mastaba pun sanggup dipergunakan untuk memotong tali pusar Gatotkaca, hanya saja keajaiban terjadi wadah pusaka itu masuk kedalam perut Si Jabang Gatotkaca, berdasarkan Kresna itu akan menambah kekuatanya. (pertempuran pertama)
Kocap kacarita Si Jabang Putut Tetuka (Gatotkaca Bayi) dipinjam Batara Narada, untuk menghadapi Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket yang kala itu sedang mengobrak-abrik kayangan, alasannya yakni Niatnya untuk melamar Bidadari Dewi Supraba ditolak oleh Hyang Pramesti Batara Guru, atas perintah rajanya Prabu kalapracona.
Aneh. Semakin patih sekipu menghajarnya bayi Arimbiyatmaja (Nama lain Gatokaca) malah semakin kuat, dengan alasan tidak tega patih sekipu menyerahkan kembali Gatotokaca bayi pada Batara Narada dengan alasan akan kembali melawan Gatotkaca sehabis ia dewasa, ganjal an untuk menutupi rasa malunya alasannya yakni tidak sanggup mengalahkan anak bayi.
Gatotkaca kemudian dijeburkan ke kawah Candradimuka di Gunung Jamurdipa, Para Dewa menaburi Jabang Tetuka dengan aneka macam senjata pusaka, alih-alih mati dalam panasnya kawah candradimuka, Jabang tetuka keluar menjadi kesatria remaja dan semua pusaka yang dilemparkan para ilahi sudah melebur dan bersatu dalam raganya, itulah kenapa Gatotkaca dijuluki “otot kawat tulang besi” alasannya yakni tubuhnya tak sanggup terlukai oleh senjata apapun.
Lalu sesuai janjinya “janji akan bertarung dengan gatotkaca sehabis gatotkaca dewasa” berlangsunglah lagi perang tanding dengan sekipu, tidakberlangsung usang dengan sekali gigit patih sekipu tewas. Para pandawa dan sri kresna yang juga tiba ke kahyangan memberi hikmah kepada gatotkaca untuk tidak meneruskan perangai raksasanya, bertarunglah secara kesatria, dalam upacara tolak bala singkat gigi taring gatotkaca dipotong. (pertarungan ke3)
Kahyangan bersuka cita, semua Dewa dan Dewi bergembira, Batara narada kemudian meruwat jabang tetuka dan mengganti namanya menjadi Gatotkaca, dan sebagai cinderamata rasa terima kasih Batara Guru atau Sang hyang giri natha, memperlihatkan tiga pusaka :
Pertama Caping Basunanda, yang menciptakan pemakainya tak sanggup kena hujan dan terkena panas, kalau jaman kini ibarat payung yang multifungsi.
Kedua, Kotang Antrakusuma, bentuknya ibarat rompi yang menciptakan pemiliknya sanggup terbang tanpa sayap dan kala malam berkobar-kobar sinarnya ketika terbang.
Ketiga, Terompah Padakacarma, ini yakni sepatu yang sanggup menetralisir energi negtif, jadi daerah yang menyeramkan akan terasa biasa-biasa saja, alasannya yakni jin dan setan akan lari terbirit-birit melihat sepatu Padakacarma
Setelah semuanya selesai gatotkaca bersama ayahnya aden Werkudara alias bima dan keempat pamanya serta Sri Kresna turun ke Bumi. Di bumi gatotkaca menjalani hidup sebagai kesatria, beliau sangat menyayangi saudara sepupunya Abimanyu anak dari Prabu Arjuna, kemana abimanyu pergi Gatotkaca selalu mengikuti, pengintai terbang diatasnya.
Pada ketika pamanya Prabu arjuna mengadakan sayembara yang memperebutkan anaknya Dewi Pregiwa, gatotkaca mengikuti dan berhasil mengalahkan berpuluh kesatria pilih tanding, sehabis berhasil mengalahkan Laksmana Mandrakumara yang terhitung masih saudaranya sendiri alasannya yakni ia anak dari Prabu Duryudana saudara dari pihak kurawa. Setelah memenagkan sayembara itu ahirnya gatot kaca menikah dengan saudara sepupunya sendiri dewi pregiwa, gatotkaca mempunyai anak Sasikirana. Gatotkaca benar-benar menjadi kesatria pilih tanding, dikatakan kekuatanya akan meningkat berlipat-lipat kala malam menjelang alasannya yakni ajian gelap sakyuto yang dimilikinya.
Setelah ibudanya Arimbi merasa anaknya sudah cukup remaja balasannya gatutkaca diangkat sebagai Raja di Negeri Raksasa Pringgadani, Terkecuali Brajadenta, kesemua pamanya Brajamusti, Brajalamadan, Brajawikalpa, dan Kalabendana semua sangat menyayangi Gatotkaca, dan Kalabendanalah yang paling Gatutkaca sayangi, meskipun Paklik Raksasanya ini berbentuk bulet , kerdil, tapi hatinya mulia, dan polos.
Brajadenta yang sudah terkena hasutan patih sengkuni bahwa seharusnya tahta Pringgadani jatuh ke dirinya bukan ke tangan keponakanya yang masih seumur jagung dalam ilmu pemerintahan. Akhirnya memberontak Brajamusti diperintahkan untuk mencegah dan menyadarkan saudaranya, terjadilahperang tanding dimana keduanya sama-sama meninggal, arwah brajadenta merasuk ke tangan kiri, dan arwah brajamusti masuk ke tangan kanan, maka makin bertambah pula kekuatan Gatotkaca.
Prabu Gatotkaca memerintah Negeri Raksasa Pringgadani dengan pintar dan bijaksana, hingga tercapailah kemakmuran di Negerinya. Negeri yang letaknya berada ditengah-tengah hutan itu menjadi Negeri yang makmur dan mahsyur, disegani oleh Negeri lainya alasannya yakni mempunyai pemimpin yang berwibawa dan sakti mandraguna.
Alur Cerita
  1. Misteri kelahiran gatotkaca
  2. Perjuangan memotong tali pusar gatotkaca
  3. Pertarungan arjuna merebutkan Pusaka Kontawijaya
  4. Pertarungan pertama gatotkaca dengan patih skipu
  5. Pertarungan kedua gatotkaca melawan patih skipu
  6. Pertarungan gatotkaca melawan para kesatria dalam sayembara
  7. Pengangkatan gatotkaca menjadi raja peringgadani
Dari alur dongeng diatas  maka sanggup digambarkan menjadi gambar berikut ini.
 




Awal                                     tengah                                         akhir
Gambar pola alur gatotkaca hingga menjadi raja pringgadani.
Berdasarkan gambar di atas alur dongeng gatotkaca raja pringgodani ini merupakan alur maju. Pentahapan insiden yang dimulai dari insiden awal (menceritakan proses kelahiran gatotkaca), tengah (pertarungan-pertarungan gatotkaca) dan final (menjadi orang yang disukai dan diangkat menjadi raja). Karena alur dongeng diatas berurutan mulai dari proses kelahiran gatotkaca dan hingga gatotkaca diangkat menjadi raja pringgadani diceritakan secara berurutan oleh Nurgiantoro (2010: 151) disebut sebagai plot kronologis.
Dalam dongeng di atas yang merupakan peristiwa-peristiwa awal yakni peristiwa-peristiwa yang dibritanda pada alur nomor 1 hingga dengan 2, insiden tengah ditandai pada alur nomor 3 hingga dengan alur nomor 6 , sedangkan insiden final ditandai dengan alur nomor 7, demikianlah citra alur dongeng raja peringgadani.
Hukum Epik
Axel Olrix dalam Danandjaja ( 1984) sebagaimana dikutip Sudikan (2001:72-73) menyatakan bahwa struktur atau susunan dongeng prosa rakyat terikat oleh hukum-hukum yang sama yang olehnya disebut sebagai aturan epos ( epic laws). Telah dijelaskan di bab atas bahwa terdapat 13 aturan epik yang dikemukakan oleh Axel Olrix.
Dalam mkalah ini akan dikemukakan beberapa data yang memperlihatkan hukum-hukum epik ala Axel Olrix tersebut.
  1. Hukum Pembuka Penutup
Sudikan (2001:72) menjelaskan aturan pembuka epilog sebagai suatu dongeng rakyat  tidak akan dimulai dengan suatu yang tiba-tiba, tidak juga berakhir dengan mendadak. Artinya dongeng berlasung melalui tahapan-tahapan tertentu.  Tahap tersebut merupakan rangkain insiden yang saling bekerjasama satu sama yang lain. Tahap dongeng sanggup saja terdiri atas tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Tahap awal merupakan pendahuluan cerita. Dalam tahap ini pencerita memperkenalkan tokoh cerita. Tahap tengah merupakan kejian yang sering disebut sebagai puncak cerita. Di dalam tahap inilah terjadi insiden yang disebut sebagai konflik. Dan tahap final merupakan penyelesaian cerita.
Dalam dongeng gatotkaca raja pringgadani ini aturan pembuka sanggup dilihat dari dongeng proses kelahiran gatotkaca, hokum pembuka terdapat pada data sebagai berikut:
“Gatutkaca yakni putra dari salah satu tokoh Pandawa yang mempunyai kuku pancanaka yaitu Bima alias werkudara dengan seorang putri dari Negeri raksasa Kerajaan Pringgadani sekaligus penguasa hutan yaitu Dewi Arimbi. Gat yang berarti bulat, dan Utkaca yang berarti kepala, nama Gatutkaca diberikan alasannya yakni kepalanya ketika gres dilahirkan lingkaran ibarat kendi (tempat air minum dari tanah liat), kelahiran Gatutkaca diiringi Kejadian-kejadian aneh yang selalu mengiringi kelahiran Si calon insan setengah raksasa yang sanggup terbang tanpa sayap, dan nantinya mendapat julukan (otot kawat tulang besi)”
Petikan di atas merupakan paragraf pembuka gatotkaca raja pringgadani. Paragraf ini berisi perkenalan. Pencerita menjelaskan siapa tokoh-tokoh yang akan menjalankan cerita. Di mana tokoh itu berada dan apa yang dilakukannya. Dalam cuilan tersebut terlihat adanya tokoh gatotkaca, ayah gatotkaca dan keluarga gatotkaca Dalam cuilan ini  juga ditemukan kedudukan dongeng atau sering disebut sebagai setting. Penggalan di atas dilanjutkan dengan memperkenalkan  bagaimana tokoh-tokoh itu bertindak dalam sebuah cerita.
Sedangkan aturan epilog sanggup dicermati cuilan berikut ini.
“Prabu Gatotkaca memerintah Negeri Raksasa Pringgadani dengan pintar dan bijaksana, hingga tercapailah kemakmuran di Negerinya. Negeri yang letaknya berada ditengah-tengah hutan itu menjadi Negeri yang makmur dan mahsyur, disegani oleh Negeri lainya alasannya yakni mempunyai pemimpin yang berwibawa dan sakti mandraguna.”
                             Berdasarkan informasi diatas kita sanggup melihat penutupan dongeng gatotkaca raja pringgadani ini diahiri dengan kebahagiaan.
  1. Hukum Pentingnya Tokoh yang Keluar Pertama dan yang Keluar Terakhir.
Menurut Sudikan (2001:73) yang dimaksud aturan pentingnya tokoh yang keluar pertama dan yang keluar terakhir yakni jikalau ada sederet orang atau insiden yang muncul atau terjadi, maka yang terpenting akan ditampilkan terdahulu, walaupun yang ditampilkan terakhir atau insiden yang terjadi kemudian yakni yang akan mendapat simpati atau perhatian dongeng itu. Maknanya yakni tokoh yang muncul pertama yakni tokoh yang lebih penting dalam cerita. Tokoh dalam hal ini sanggup berupa orang atau bentuk lain yang sanggup memainkan  cerita. Indikator penting dalam hal ini yakni tokoh tersebut yang akan ditonjolkan oleh cerita. Penonjolan sanggup berupa sering dibahas, menjadi perhatian tokoh lain atau yang menjadi sentra dilema dalam seluruh cerita.
Dalam dongeng gatotkaca raja pringgadani ini aturan tokoh yang keluar pertama sanggup dilihat dari dongeng gatotkaca yang masih kecil dihadapkan dengan, hokum tokoh yang keluar pertama terdapat pada data sebagai berikut:
“Kocap kacarita Si Jabang Putut Tetuka (Gatotkaca Bayi) dipinjam Batara Narada, untuk menghadapi Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket yang kala itu sedang mengobrak-abrik kayangan, alasannya yakni Niatnya untuk melamar Bidadari Dewi Supraba ditolak oleh Hyang Pramesti Batara Guru, atas perintah rajanya Prabu kalapracona.”
                   Hokum tokoh utama yang keluar terahir sanggup diperoleh dari data sebagai berikut:
“Pada ketika pamanya Prabu arjuna mengadakan sayembara yang memperebutkan anaknya Dewi Pregiwa, gatotkaca mengikuti dan berhasil mengalahkan berpuluh kesatria pilih tanding, sehabis berhasil mengalahkan Laksmana Mandrakumara yang terhitung masih saudaranya sendiri alasannya yakni ia anak dari Prabu Duryudana saudara dari pihak kurawa. Setelah memenagkan sayembara itu ahirnya gatot beling menikah dengan saudara sepupunya sendiri dewi pregiwa, gatotkaca mempunyai anak Sasikirana. Gatotkaca benar-benar menjadi kesatria pilih tanding, dikatakan kekuatanya akan meningkat berlipat-lipat kala malam menjelang alasannya yakni ajian gelap sakyuto yang dimilikinya.”
  1. Hukum Anak Kembar
Sudikan (2001:73) memberi klarifikasi ihwal aturan anak kembar dalam arti yang luas. Anak kembar sanggup diartikan sebagai anak kembar yang sesungguhnya, yaitu dua orang yang seayah seibu yang dilahirkan pada hari, tanggal yang sama dan biasanya mempunyai wajah yang sama. Anak kembar juga sanggup diartikan  saudara kandung, yaitu dua orang yang dilahirkan dari ibu dan ayah yang sama tetapi dilahirkan pada hari, tanggal, bulan, dan tahun yang berbeda. Dalam hal ini anak kembar juga sanggup berupa dua tokoh yang menampilkan diri dalam kiprah yang sama,misalnya saja sepasang penjahat, sepasang petugas keamanan dan lain sebagainya.
Jika kita merujuk dari pendapat sudikan ini dongeng gatotkaca raja pringgadani tidak mempunyai aturan anak kembar, dalam dongeng raja pringgadani ini hanya menjelaskan patner gatotkaca tetapi tokoh yang bersama gatotkaca tersebut tidak mempunyai kiprah yang sejajar.
  1. Hukum Dua Tokoh Dalam satu Adegan
Sudikan (2001:72) yakni didalam suatu adegan dongeng rakyat, tokoh yang diperkenankan untuk menampilkan diri dalam waktu yang bersamaan, paling banyak hanya boleh menceritakan dua orang saja. Berdasarkan pendapat sudikan didalam dongeng raja pringgodani ini tidak terdapat hokum dua tokoh dalam satu adegan, alasannya yakni setiap adegan yang terjadi tokoh-tokohnya tiba dan silih berganti dan tidak ada penumpukan tokohnya.
  1. Hukum Pengulangan
Sudikan (2001:72) menjelaskan bahwa demi memberi tekanan kepada dongeng rakyat, suatu adegan diulang beberapa kali. Pengulangan adegan itu dilakukan dalam aneka macam berbagai bentuk, contohnya saja pengulangan tindakan tokoh, pengulangan bentuk-bentuk ucapan tokoh atau pengulangan setting-setting tokoh.
  1. Hukum Tiga Kali
Sudikan (2001:72)  menjelaskan aturan tiga kali bahwa tokoh dongeng rakyat gres akan berhasil  dalam menunaikan tugasnya sehabis mencobanya tiga kali. Menunaikan kiprah sanggup diartikan sebagai melaksanakan acara yang diperintahkan raja atau keluarga kerajaan. Sedangkan keberhasilan menunaikan kiprah sanggup diukur dari seberapa jauh kiprah tersebut tercapai atau dilaksanakan.
Hokum tiga kali ini dalam dongeng raja pringgodani sanggup dilihat dari alur nomor 3,4 & 5 dalam alur nomer tiga ini menceritakan arjuna melawan patih skipu yang merebutkan Pusaka Kontawijaya yang akan dipakai untuk memotong tali pusar gatotkaca, dari alur nomor empat pertarungan gatotkaca dengan patih skipu masih seri dan dari pertarungan selanjutnya gatotkaca berhasil mengalahkan patih skipu. Itu tergambar dari teks berikut:
“Lalu sesuai janjinya “janji akan bertarung dengan gatotkaca sehabis gatotkaca dewasa” berlangsunglah lagi perang tanding dengan sekipu, tidakberlangsung usang dengan sekali gigit patih sekipu tewas. Para pandawa dan sri kresna yang juga tiba ke kahyangan memberi hikmah kepada gatotkaca untuk tidak meneruskan perangai raksasanya, bertarunglah secara kesatria, dalam upacara tolak bala singkat gigi taring gatotkaca dipotong.” (pertarungan ke3)
  1. Hukum Berpola Cerita Rakyat
Sudikan (2001:73) menjelaskan aturan berpola dongeng rakyat dengan memberi contoh  sebagai berikit. Misalnya seorang cowok harus pergi ke suatu daerah tiga hari berturut-turut dan setiap hari ia akan bertemu dengan raksasa dan berhasil membunuhnya dengan cara yang sama.
  1. Hukum Logika Legenda
Sudikan (2001:73) menjelaskan dongeng rakyat mempunyai logika sendiri, logika yang tidak sama dengan logika ilmu pengetahuan, dan biasanya lebih bersifat animisme, berlandaskan pada kepercayaan terhadap kemukzizatan dan ilmu gaib.
Hokum logika legenda ini tercermin dalam dongeng raja pringgodani, logika legenda yang tampak yakni jikalau seseorang bersemedi untuk mendapat petunjuk niscaya akan mendapat petunjuk. Hal itu sanggup digambarkan melalui teks berikut:
“Raden Arjuna sebagai paman ikut prihatin dengan keadaan keponakanya memutuskan untuk bersemedi mencari petunjuk Sang Dewata: Arjuna: “Kakang Bima… saya mohon izin untuk pergi bersemedi memohon petunjuk Sang Batara, semoga tali sentra Jabang Tutuka sanggup dipotong” arjuna memohon izin ke Bima.”
  1. Hukum keadaan berlawanan
Sudikan (2001: 73) menjelaskan hokum keadaan berlawanan menceritakan diantara tokoh-tokoh dongeng mempunyai sifat yang berlawanan, contohnya thor yang besar lengan berkuasa memerlukan odin yang bijaksana atau loki yang licik untuk mendampinginya. Berdasarkan teori sudikan tersebut dongeng raja pringgodani ini tidak mempunyai hokum berlawanan alasannya yakni dongeng ini tidak menampakkan sifat patner gatotkaca maupun sifat patner musuh-musuhnya.
10.   Hukum Adanya Satu Cerita dalam Suatu Cerita
Sudikan (2001:73) menjelaskan dalam satu cerita, jalan ceritanya tidak akan kembali lagi hanya untuk mengisi kekurangan yang tertinggal dan jikalau hingga ada kajadian yang tertinggal maka hanya akan diisi dalam rupa obrolan saja missal terdapat pada kutipan “(Lalu sesuai janjinya “janji akan bertarung dengan gatotkaca sehabis gatotkaca dewasa”)”
11.   Hokum pengunaan adegan tablo
Penerapan aturan pengunaan adegan tablo ini merupakan adegan adegan puncak yang sanggup merubah tokoh utama, hal ini sesuai dengan pendapat sudikan (2001:73) yang enjelaskan hokum penggunaan hokum tablo yakni adegan-adegan puncak ibarat adegan Samson diikat di tiang pilar sehabis matanya di butakan. Hokum tablo ini sanggup dilihat dari kutipan teks berikut:
“Gatotkaca kemudian dijeburkan ke kawah Candradimuka di Gunung Jamurdipa, Para Dewa menaburi Jabang Tetuka dengan aneka macam senjata pusaka, alih-alih mati dalam panasnya kawah candradimuka, Jabang tetuka keluar menjadi kesatria remaja dan semua pusaka yang dilemparkan para ilahi sudah melebur dan bersatu dalam raganya, itulah kenapa Gatotkaca dijuluki “otot kawat tulang besi” alasannya yakni tubuhnya tak sanggup terlukai oleh senjata apapun.”
                            Dari kutipan tersebut tergambar bahwa puncak tiik balik dan alasan mengapa gatotkaca semakin sakti terungkap. 
12.   Hukum Pemusatan pada Tokoh Utama
Hokum pemusatan pada tokoh utama ini sangat terlihat dari setiap alur cerita, alasannya yakni setiap alur dongeng tersebut selalu berkaitan dengan tokoh utama. Missal dongeng pada alur nomor tiga, ihwal Pertarungan arjuna merebutkan Pusaka Kontawijaya, walaupun gatotkaca tidak ikut bertarung, tetapi pertarungan tersebut terjadi alasannya yakni merebutkan pusaka kontawijaya yang akan dipakai untuk memotong tali pusar gatotkaca, secara tidak pribadi pertarungan tersebut terjadi alasannya yakni gatotkaca.
13.  Hokum kesatupaduan rencana cerita
Hokum kesatupaduan rencana dongeng pada dongeng raja pringgodani ini tergambarkan dalam alur dongeng nomer 4 & 5, dari dongeng alur nomer empat gatot beling yang masih kecil bertarung dengan patih skipu, tetapi didalam pertarungannya dengan gatotkaca patih skipu tak sanggup menundukkan gatotkaca dan pertarungannya berlangsung seri (tidakada yang menang dan tidakada yang kalah), sehabis pertarungan itu patih skipu berjanji untuk bertarung lagi dengan gatotkaca sehabis gatotkaca dewasa. Setelah gatotkaca remaja Pertarungan kedua gatotkaca melawan patih skipu dilanjutkan dan dengan gampang gatotkaca sanggup mengalahkan patih skipu. Dari dongeng diatas tergambar dengan terang kesatupaduan antar alur cerita.

Sumber http://pascaunesa2011.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Hukum Epik Oleh Axel Olrix Dalam Dongeng Raja Negeri Raksasa Pringgadani"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel