Sifat Menurun Pada Buta Warna
A. Pengertian Buta Warna
![]() |
Warna benda Mata Normal (atas) dan Buta Warna (bawah) |
Buta warna ialah istilah umum untuk gangguan persepsi warna. Penderita buta warna kesulitan membedakan nuansa warna atau buta terhadap warna tertentu. Buta warna tidak sanggup disembuhkan. Menurut statistik, sekitar 9% pria dan 0,5% perempuan menyandang buta warna. Masalah mereka terutama ialah membedakan nuansa hijau (deuteranomali) atau nuansa merah (protanomali) dan kebutaan warna hijau (deuteranopia) atau warna merah (protanopia). Kesulitan atau kebutaan terhadap warna biru dan buta warna total sangat jarang terjadi.
B. Penyebab Buta Warna
1) Ketiadaan sel kerucut
Retina mata mempunyai hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel– sel batang dan sel kerucut– yang terkonsentrasi di potongan tengahnya yang disebut makula. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya, dan sanggup menangkap cahaya yang lemah ibarat cahaya dari bintang di malam hari, tetapi sel itu tidak sanggup membedakan warna. Berkat sel batang kita sanggup melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut sanggup melihat detail obyek lebih rinci dan membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga kita sanggup mempunyai penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka warna.
Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual (opsin) yang berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah, hijau dan biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing dan meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak. Otak lalu mengolah dan menggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari retina ke tayangan warna tertentu. Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut, kita sanggup membedakan jutaan warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel kerucut di retina berdampak eksklusif pada persepsi warna di otak. Seseorang yang buta warna mempunyai cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut.
2) Kelainan genetik
Buta warna ialah kelainan warisan. Karena gen untuk pigmen visual merah dan hijau terdapat pada kromosom X, buta warna merah atau hijau umumnya terjadi pada laki-laki. Tidak ibarat wanita, pria hanya mempunyai satu kromosom X sehingga tidak ada salinan cadangan yang sanggup mengganti gen cacat yang sesuai. Seorang perempuan harus mempunyai cacat pada kedua-kromosom X semoga menjadi buta warna merah atau hijau. Bila hal itu terjadi, anak laki-lakinya juga niscaya buta warna, lantaran beliau mewarisi kromosom X dari ibunya. Selain lantaran keturunan, bentuk buta warna yang ringan juga disebabkan oleh mutasi gen opsin pada kromosom X.
Cedera otak atau stroke sanggup mengganggu pengolahan warna di otak. Jika buta warna gres terjadi di usia remaja atau dewasa, penyebabnya ialah penyakit di makula, contohnya lantaran degenerasi makula atau kerusakan saraf optik di belakangnya.
C. Cara mengetahui Buta Warna
Banyak orang yang tidak menyadari dirinya buta warna. Hal ini lantaran mereka umumnya bukan tidak sanggup melihat suatu warna, tetapi hanya kesulitan membedakan nuansanya. Namun, sesungguhnya mereka sanggup menyadarinya dari masalah-masalah yang sering dihadapi. Hal yang sederhana pada orang lain seringkali menjadi problem bagi mereka. Misalnya, dikala harus menentukan sepasang kaus kaki dari kaus kaki lain yang warnanya ibarat atau membedakan warna kabel. Mereka juga mungkin sering memakai warna mencolok lantaran ketidakpekaan terhadap warna.
D. Pembuktian Buta Warna
Tes Buta Warna |
Tes standar untuk mendiagnosis buta warna adalah tes Ishihara, yang banyak dipakai di kantor-kantor, sekolah-sekolah, dan instansi lainnya untuk menyeleksi calon mahasiswa/karyawan. Tes Ishihara terdiri dari 38 set warna yang secara ekstensif menskrining buta warna. Masing-masing set terdiri dari lingkaran-lingkaran dengan titik-titik mosaik bernuansa hijau-merah yang berbeda. Di dalam mosaik terdapat pola-pola angka (“angka atau karakter tokek”) yang tidak sanggup dilihat orang yang buta warna tetapi gampang dilihat orang normal (lihat gambar).
Tes buta warna lainnya ialah tes dikotomi Farnsworth (D-15), tes uji visi dinamis yang dikembangkan Profesor John L. Barbur dari City University of London dan tes warna pilihan ganda yang dikembangkan andal optik Prancis Jean Jouannic.
Tes buta warna lainnya ialah tes dikotomi Farnsworth (D-15), tes uji visi dinamis yang dikembangkan Profesor John L. Barbur dari City University of London dan tes warna pilihan ganda yang dikembangkan andal optik Prancis Jean Jouannic.
E. Sifat Menurun Buta Warna
Contoh: bila perempuan normal ( XB XB ) kawin dengan lelaki buta warna ( Xb Y ), bagaimanakah anak laki-laki dan perempuannya ?
P = XB XB x Xb Y
Gamet: XB Xb
XB Y
F = XB Xb XB Y
XB Xb XB Y
Fenotip Anak
Laki-laki: buta warna ( XB Y )
Perempuan: normal, tetapi carrier/pembawa ( XB Xb )
Laki-laki: buta warna ( XB Y )
Perempuan: normal, tetapi carrier/pembawa ( XB Xb )
Sumber:
IPA 3A Yudhistira. Budi Prasodjo, dkk. 2007.
Sumber http://semi-yanto.blogspot.com
0 Response to "Sifat Menurun Pada Buta Warna"
Posting Komentar